Usai Hamil, Keluhan Endometriosis Bisa Datang Lagi

Wanita dengan endometriosis memang mesti mengalami terapi panjang. Usai hamil keluhan endometriosis bisa datang lagi.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Apr 2022, 10:00 WIB
Ilustrasi Hamil/https://unsplash.com/Alicia Petresc

Liputan6.com, Jakarta - Bagi wanita dengan endometriosis mungkin pernah mendengar bahwa hamil bisa memperbaiki kondisi tersebut. Nyatanya, itu cuma mitos.

"Betul saat hamil tidak ada nyeri karena tidak ada haid. Jadi ada perubahan hormon yang bisa menekan gejala endometriosis tersebut. Ini bersifat sementara," kata Ketua Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI) Prof. Dr. dr. Wiryawan Permadi, SpOG(K)

Setelah perempuan melahirkan lalu kembali menstruasi, maka gejala atau keluhan endometriosis bisa kembali terjadi. Gejala yang kerap dikeluhkan mereka dengan endometriosis seperti nyeri perut saat haid, nyeri panggul dan nyeri di luar menstruasi seperti mengutip Antara.

Bila menilik dari sisi peluang kehamilan, wanita dengan endometriosis tetap bisa hamil meski sulit. Dikatakan kategori sulit hamil akibat berbagai sebab antara lain perlengketan sehingga menyumbat saluran telur sehingga dia lebih sulit hamil.

"Ada pasien endometriosis, kista bisa hamil. Pada saat melahirkan dioperasi ternyata kista endometriosis juga bisa pecah. Jadi, tidak berarti penderita endometriosis tidak bisa hamil," tutur dia.

Hal lain yang juga menjadi mitos yakni pengangkatan rahim bisa menghilangkan endometriosis. Menurut Wiryawan, kadangkala pasien endometriosis yang diangkat rahim bahkan kedua indung telurnya masih mengeluhkan adanya rasa nyeri.

 


Fakta dan Mitos Lain tentang Endometriosis

Ilustrasi Endometriosis (Foto: iStockphoto)

Masih ada mitos terkait endometriosis yakni nyeri haid dikatakan normal. Nyeri haid dikatakan normal intensitasnya ringan sampai sedang dan tidak bertambah hebat seiring waktu.

"Bilanyeri haid hebat, makin lama makin progresif kita kaitkan dengan endometriosis. Kita buktikan dulu dia bukan endometriosis baru kita bisa katakan haidnya normal," kata Wiryawan.

Ada yang mengaitkan pasien endometriosis dengan siklus haid tak teratur. Faktanya pasien endometrisosi justru haidnya teratur dengan nyeri ringan.

"Hal-hal seperti itu kadang menyamarkan untuk aware pada endometriosis. Banyak mitos yang harus kita klarifikasi dengan baik," tutur dia.

Endometriosis termasuk penyakit yang sangat individual, dengan gejala dan dampak yang bervariasi. Beberapa orang memiliki nyeri yang ringan saat haid, namun ada yang memiliki gejala nyeri haid berat dan berulang.

Sebanyak 1 dari 10 persen perempuan mengalami nyeri haid, panggul dan ini bisa mempengaruhi kehidupannya. Endometriosis juga dilaporkan menelan biaya yang sangat mahal dalam perawatan kesehatan, ketidakhadiran dan kehilangan partisipasi sosial dan ekonomi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya