Menko PMK Muhadjir Effendy Minta Kelompok Intoleran di Indonesia Merenung

Menko PMK Muhadjir Effendy membahas isu mayoritas dan minoritas di Indonesia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 30 Mar 2022, 12:55 WIB
Menko PMK Muhadjir Effendy saat Peluncuran Perpres No.105/2021 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) Tahun 2020-2024 di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Selasa (22/3/2022). (Dok Kemenko PMK RI)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta agar kelompok intoleran Indonesia merenung apabila mereka menjadi minoritas. Ia menganggap kelompok-kelompok itu tidak sadar tentang keanekaragaman di Indonesia. 

Hal itu diucapkan oleh Menko Muhadjir dalam acara  ICSF 2022 Advancing Inclusive Democracy in Indonesia bersama Kedutaan Besar Amerika Serikat.

"Munculnya perilaku-perilaku yang ekstrem, perilaku-perilaku yang radikal karena tidak membayangkan bahwa dirinya, kebetulan menjadi penganut keyakinan yang di lingkungan itu sebagai agama mayoritas, kalau dia di tempat yang yang lain, sebetulnya dia ini penganut agama minoritas," ujar Menko Muhadjir Effendy, Rabu (30/3/2022). 

Para kelompok-kelompok intoleran dan radikal itu lantas diminta berpikir apabila mereka berada di posisi minoritas. 

"Kalau kita melakukan intoleran terhadap mereka yang minoritas di mana mereka berada, maka kita harus bisa merasakan bagaimana seandainya kita berada di tengah-tengah mayoritas di mana kita di posisi minoritas itu," jelasnya. 

Menko Muhadjir pun berharap agar pelajaran-pelajaran ini bisa diajarkan di Indonesia sejak dini di sistem pendidikan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Ruang Diskusi

Sejumlah pekerja berjalan melintas pelican cross di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (2/11/2021). Sektor non-esensial kini boleh mempekerjakan hingga 75 persen karyawannya dari kantor. Sebelumnya, angka ini dibatasi hingga 50 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Turut hadir dalam forum tersebut yakni aktivis sosial Ruby Kholifah. Ia adalah perwakilan dari Asian Muslim Action Network (AMAN Indonesia).

Dalam paparannya, Ruby menyebut pentingnya ruang-ruang diskusi untuk menjembatani perbedaan. Salah satu satu fokus Ruby adalah peran perspektif wanita dalam agama, sesuatu yang menurutnya tak digunakan MUI.

Selain aktif di lapangan, Ruby juga aktif dalam media Mubadalah.id yang memberikan ruang diskusi fiqih dan sosial melalui perspektif perempuan. Ruby turut menyambut ketika ada komentar-komentar dari perempuan dengan sudut pandang fundamentalis.

"Yang respons bukan saja dari yang progresif, justru orang-orang yang 'abu-abu' juga mereka tertarik untuk terlibat mendiskusikan itu, dan isunya sangat kekinian, termasuk childfree, (serta) widowhood," ujarnya.


Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19

Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya