Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan keuangan Jepang, Nomura Holdings Inc menyatakan jika perekonomian China menghadapi kondisi penurunan terburuk sejak musim semi 2020 ketika dilanda gelombang pertama Covid-19.
Dikutip dari Bloomberg, Rabu (30/3/2022), Ekonom Nomura Holdings Inc, termasuk Lu Ting menulis dalam sebuah catatan jika perlambatan pertumbuhan ekonomi China memburuk pada kuartal pertama dan pasar harus khawatir tentang penurunan lebih lanjut di kuartal kedua tahun ini.
Advertisement
Dengan penyebaran Covid-19 yang menekan berbagai sektor, termasuk layanan publik, konstruksi, dan beberapa aktivitas manufaktur. "Semakin sulit bagi Beijing untuk mencapai target pertumbuhan PDB 'sekitar 5,5 persen' untuk 2022," kata para ekonom Nomura Holdings.
Memburuknya situasi Covid-19 juga memangkas estimasi pertumbuhan ekonomi China untuk April hingga Desember 2022.
Sementara para ekonom Nomura Holdings merevisi ekspektasi untuk ekspansi China dalam tiga bulan pertama menjadi 4,2 persen.
Mereka mencatat bahwa perkiraan 2,9 persen yang ada mungkin mencerminkan apa yang disebut sebagai situasi ekonomi riil di lapangan dengan cukup baik.
Perekonomian China memiliki awal yang lebih kuat dari perkiraan untuk tahun ini, dengan jumlah belanja konsumen, investasi, dan hasil industri melampaui perkiraan.
Namun, perkiraan pertumbuhan ekonomi semakin tidak menentu ketika negara itu memerangi wabah Covid-19 terburuk sejak muncul di Wuhan dua tahun lalu.
Hal ini di tambah dengan dampak konflik Rusia-Ukraina pada pasar keuangan global dan harga energi.
Covid-19 Hambat Produksi di Pusat Teknologi dan Manufaktur China
Kegiatan produksi di pusat teknologi dan manufaktur China, Shenzhen, dan kota produksi otomotif Changchun juga terganggu oleh langkah-langkah pengendalian virus, sementara warga di pusat keuangan Shanghai diminta untuk tinggal di rumah saat kota itu melakukan tes Covid-19 massal.
Pada 26 Maret 2022, China melaporkan 5.600 kasus baru Covid-19 - infeksi harian terbanyak dalam lebih dari dua tahun.
Namun para ekonom Nomura Holdings mencatat pembuat kebijakan di China kemungkinan akan "lebih meningkatkan langkah-langkah pelonggaran untuk membendung apa yang sebenarnya merupakan perlambatan pertumbuhan yang memburuk".
Para ekonom memprediksi bank sentral China bakal memotong rasio persyaratan cadangan bank sebesar 50 basis poin selama beberapa bulan ke depan, dan tingkat fasilitas pinjaman jangka menengah satu tahun serta tingkat perjanjian pembelian kembali terbalik 7 hari sekitar 10 basis poin pada bulan April.
Selain itu, Beijing juga diperkirakan akan mengizinkan lebih banyak pemerintah daerah untuk melonggarkan pembatasan properti lokal.
Advertisement