Sri Mulyani Minta BPDPKS Pintar Kelola Dana di Tengah Fluktuasi Harga Kelapa Sawit

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta kepada Badan Layanan Umum (BLU) Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk bisa menjaga fluktuasi harga CPO.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Mar 2022, 13:30 WIB
Seorang pekerja membawa cangkang sawit di sebuah perkebunan sawit di Sampoiniet, provinsi Aceh (7/3/2021). Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang memiliki produksi terbesar di Kabupaten Aceh. (AFP Photo/Chaideer Mahyuddin)

Liputan6.com, Jakarta - Harga komoditas dunia terus melambung sebagai dampak sentimen geopolitik. Harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) pun ikut melambung. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta kepada Badan Layanan Umum (BLU) Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk bisa menjaga fluktuasi harga CPO.

"Ini memang didesain mekanisme absorber CPO saat harga drop dan naik. Peranannya penting," kata Sri Mulyani dalam Pembukaan Rakor BLU 2022, Jakarta, Rabu (30/3/2022).

Jumlah dana yang dikelola tidak sedikit karena 2-3 tahun lalu harga CPO mengalami kemerosotan yang begitu dalam. Kemudian dihadapkan dengan pandemi Covid-19 dan saat ini gejolak harga komoditas juga menjadi tantangan lainnya.

"Kemampauan BLU saat terjadi guncangan keuangan ini penting, tapi kemampuan organisasinya dari manajemennya, SDM ini bisa mampu menjalankan tugas dan fungsinya , ini penting buat dilihat," kata Sri Mulyani.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Jangan Terlena

Seorang pekerja membawa cangkang sawit di sebuah perkebunan sawit di Sampoiniet, provinsi Aceh (7/3/2021). Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang memiliki produksi terbesar di Kabupaten Aceh. (AFP Photo/Chaideer Mahyuddin)

Sri Mulyani mengingatkan kenaikan harga CPO ini jangan sampai melenakan karena angka pertumbuhan pendapatannya yang meningkat tajam. Ini perlu menjadi perhatian, mengingat kenaikan pendapatan tersebut sebagai shock absorber atau sebagai prestasi kinerja.

"Ini selalu saya ingatkan, kita perlu syukuri namun kita juga harus save critical sama diri sendiri. Ini karena kinerja kita atau syok dari luar," kata dia.

Untuk itu dia ingin BLU melakukan pemisahan atau pembeda capaian kinerja berdasarkan unsurnya. Walaupun menangani shock bagian dari prestasi tetapi tidak hanya direduksi dan ditunjukkan dengan angka-angka.

"Angka yang muncul dipermukaan tidak mencerminkan kualitas dari organisasi, leadership, manajemen, kualitas SDM dan tata kelola. Apakah ini benar-benar membaik atau sebaliknya," kata dia.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya