Perluas Akses Ekspor, Petani Jatim Diminta Jaga Kualitas Pisang

Khofifah Indar Parawansa terus menggeber perluasan akses ekspor pisang Jatim ke Pasar Global.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 31 Mar 2022, 14:06 WIB
Khofifah mengecek harga daging sapi di pasar. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Ponorogo - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa terus menggeber perluasan akses ekspor pisang Jatim ke Pasar Global. Menurutnya, pangsa ekspor pisang menjadi peluang Indonesia.

Jawa Timur menjadi daerah penghasil pisang terbesar di Indonesia pada 2020, dengan total lebih dari 2,6 juta ton atau sebesar 32 persen dari produksi pisang nasional.

"Jawa Timur terus berupaya meningkatkan produksi, baik dari segi kuantitas, kontinuitas, maupun juga kualitas," ujarnya di Ponorogo, Rabu (30/3/2022).

Sejalan dengan hal tersebut, pihaknya mendorong program pengembangan hortikultura berorientasi ekspor untuk mensubstitusi impor produk hortikultura dan meningkatkan pemerataan ekonomi di daerah.

"Data eksportasi komoditas pertanian di Jawa Timur selama 15 hari (16 - 30 Desember 2021), volume ekspor mencapai 142.275 ton dengan nilai 2,71 triliun antara lain terdiri atas nilai ekspor komoditas hortikultura Rp 297 miliar atau 10,96 persen dari total ekspor," ucapnya.

Kabupaten tertinggi produksi pisang di Jatim secara berurutan berada di kabupaten Malang, Pasuruan, Lamongan, Banyuwangi, Lumajang dan Ponorogo.

Menurutnya, seiring dengan masifnya kemitraan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan swasta, dan petani, menjadi solusi yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, daya saing, dan kontinuitas produk pisang cavendish sehingga dapat memenuhi kebutuhan baik bagi pasar lokal maupun pasar global.


Pertahankan Mutu

Hal tersebut tentunya berdampak langsung pada kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur. Pada Desember 2021, NTP naik 1,33 persen dari 100,88 menjadi 102,22. Sub sektor yang mengalami kenaikan NTP terbesar terjadi pada sub sektor Hortikultura sebesar 12,35 persen.

"Diikuti sub sektor Peternakan sebesar 0,32 persen, subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,11 persen dan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,01 persen," ujar Khofifah.

Di sisi lain, saat ini penanganan pasca panen dan pengolahan hasil tanaman hortikultura perlu ditekankan pula untuk mempertahankan mutu komoditas segar, mencegah kerusakan fisik maupun kimiawi.

Juga memperpanjang daya simpan produk, dan utama menyiapkan hasil panen menjadi produk olahan yang siap dipasarkan dan dikonsumsi.

"Saya berharap melalui Pengembangan Pisang Cavendish di Ponorogo ini menjadi momentum Optimis Jawa Timur Bangkit guna Meningkatkan motivasi, inovasi serta kemandirian petani, maupun para pelaku agribisnis agar dapat lebih berdaya saing," ucap Khofifah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya