Liputan6.com, Jakarta - Rusia mengizinkan impor produk tanpa izin pemilik merek dagang. Langkah ini diambil Rusa merespons sanksi yang telah menghentikan serangkaian produk negara Barat masuk ke wilayahnya.
Diketahui bahwa Rusia telah menghadapi serangkaian sanksi ekonomi atas invasi di Ukraina. Sanksi tersebut disertai dengan banyaknya penarikan bisnis hingga produk yang berasal dari negara Barat.
Advertisement
Dilansir dari BBC, Kamis (31/3/2022), Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan bahwa hingga saat ini, produk luar tidak dapat dijual di Rusia tanpa izin pemilik merek dagang.
Namun, langkah "impor paralel" disetujui sebagai bagian dari paket dukungan keempat untuk usaha kecil dan menengah di negaranya.
Mishustin menjelaskan, tujuan membiarkan pengecer mengimpor produk tanpa izin perusahaan, adalah untuk memenuhi pasar sehingga masyarakat memiliki akses cepat ke barang-barang yang diperlukan, menjamin pasokan meski "tidak ramah politisi asing".
Dalam sebah pidato yang disiarkan di televisi lokal, Mishustin mengatakan, daftar produk yang akan diimpor ini akan dikoordinasikan dengan kementerian perindustrian dan perdagangan Rusia.
Sejumlah laporan menyebut impor ini akan berfokus pada produk konsumen di mana harga telah naik.
Keputusan impor produk tanpa izin perusahaan ini datang ketika inflasi tahunan Rusia telah melonjak menjadi 15,66 persen pekan ini. Nilai mata uang Rubel juga anjlok.
Banyak Perusahaan Global Gulung Tikar di Rusia
Ratusan produk dari perusahaan global seperti Apple dan H&M telah gulung tikar dari pasar Rusia atau menghentikan penjualan mereka sejak konflik di Ukraina.
Beberapa perusahaan terus menyediakan nutrisi dasar dan barang-barang kebersihan.
Merek yang menjual produk olahraga, Decathlon juga mengumumkan pekan ini bahwa pihaknya hanya menutup tokonya karena masalah rantai pasokan, sementara Nestle telah menangguhkan penjualan "sebagian besar volume dan penjualan" di Rusia.
Dalam upaya untuk menopang mata uang, Rusia pekan lalu mengumumkan daftar "negara-negara yang tidak bersahabat", yang mengharuskan mereka menggunakan uang Rubel jika ingin membeli gas Rusia.
Uni Eropa telah menolak gagasan itu dan Jerman mengatakan Kanselir Olaf Scholz telah diberitahu bahwa Eropa akan dapat terus membayar gas dengan euro ke bank Rusia, yang kemudian akan mengubah uang itu menjadi rubel.
Advertisement