Selain Berisiko Tinggi Penularan COVID-19, Ngobrol Saat Makan Bisa Bikin Keselek

Anjuran terkait tidak boleh berbicara saat makan ketika berbuka menjadi ramai diperbincangkan.

oleh Diviya Agatha diperbarui 04 Apr 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi buka puasa dengan teman. (Photo by PNW Production: https://www.pexels.com/photo/women-in-hijab-having-picnic-on-the-beach-8995836/)

Liputan6.com, Jakarta - Anjuran untuk tidak berbicara saat makan ketika buka bersama (bukber) saat bulan Ramadhan tahun ini sempat ramai diperbincangkan. Hal ini lantaran Juru Bicara Satgas COVID-19, Prof Wiku Adisasmito menyarankan untuk tidak berbicara saat makan.

"Saat menyantap makanan tentunya tidak berbicara untuk menghindari adanya droplet (percikan air liur). Sedangkan setelah makan selesai bisa melanjutkan silaturahmi berbicara dengan menggunakan masker dalam jarak yang cukup aman," ujar Wiku pada Health Liputan6.com pada Rabu, 30 Maret 2022.

Terkait hal tersebut, Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman juga mengungkapkan bahwa salah satu klaster tertinggi yang berkontribusi dalam COVID-19 adalah tempat makan.

"Klaster tersering itu ada di tempat yang sifatnya satu indoor, kedua yang sifatnya ada kontak erat dengan potensi penularan secara droplet yang kuat," ujar Dicky melalui keterangan suara pada Health Liputan6.com, Kamis (31/3/2022).

"Droplet itu terutama dari orang berbicara, orang bernyanyi, atau batuk, bersin dan sebagainya. Nah ketika makan, orang itu cenderung ada semua itu apalagi sambil berbicara," tambahnya.

Tak hanya itu, Dicky menjelaskan bahwa ketika makan sambil berbicara juga dapat menyebabkan seseorang batuk-batuk atau keselek. Itulah mengapa biasanya di tempat makan salah satu klaster tertinggi.


Meminimalisasi Risiko

Berbicara soal pandemi COVID-19 akan erat kaitannya dengan strategi meminimalisasi risiko penularan.

"Ketika makan karena kita tahu makan itu dibuka (maskernya) dan banyak potensinya tadi, sehingga jangan ditambah dengan ngobrol," ujar Dicky.

"Dengan cara konsentrasi fokus tidak sambil ngobrol, tentunya waktu untuk makan jadi lebih cepat. Kedua potensi menular juga jadi lebih kecil. Bukan sama sekali tidak ada tapi kecil," Dicky menjelaskan.

Dicky menjelaskan, apabila memang bisa, usahakan untuk tidak lebih dari 15 menit membuka masker saat tengah berkumpul bersama untuk meminimalisir risiko penularan.

"Orang yang pulang makan ini kan akan ketemu saudaranya, mungkin orangtuanya yang mungkin berisiko. Nah kita harus melindungi orang yang beresiko itu," kata Dicky.


Infografis

INFOGRAFIS: Beda Durasi Waktu Puasa Negara-Negara di Dunia (Liputan6.com / Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya