BJB Syariah Kantongi Laba Bersih Rp 21,9 Miliar di 2021

Melesatnya profitabilitas BJB Syariah didorong penyaluran pembiayaan Rp 6,43 triliun pada akhir 2021.

oleh Nurmayanti diperbarui 31 Mar 2022, 18:00 WIB
Direktur Utama BJB Syariah Indra Falatehan saat memaparkan kinerja di Bandung, Kamis (31/3/2022).

Liputan6.com, Jakarta BJB Syariah, anak usaha PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 21,9 miliar di 2021. Angka laba bersih ini meningkat 494 persen dibandingkan 2022.

Direktur Utama BJB Syariah Indra Falatehan menyebutkan jika pencapaian ini melampaui rata-rata industri perbankan syariah yang mencatat pertumbuhan laba 16,9 persen selama 2021.

Melesatnya profitabilitas BJB Syariah didorong penyaluran pembiayaan Rp 6,43 triliun pada akhir 2021, tumbuh 11,33 persen dari periode yang sama tahun lalu Rp 5,77 triliun.

Pada periode yang sama industri perbankan syariah mencatatkan rata-rata pertumbuhan pembiayaan sebesar 6,83 persen.

“BJB Syariah berkomitmen mendukung percepatan kebangkitan ekonomi yang sempat terpuruk akibat Pandemi COVID-19. Oleh karena itu kami cukup ekspansif dalam menyalurkan pembiayaan kepada sektor-sektor produktif,” kata dia di Bandung, Kamis (31/3/2022).

Pembiayaan BJB Syariah di sektor produktif tumbuh sebesar 14 persen pada 2021, melalui pembiayaan modal kerja dan investasi. Sementara itu pembiayaan sektor konsumsi tumbuh secara terukur dengan risiko yang terjaga. 

Dalam menyalurkan pembiayaan, Indra menjelaskan, pihaknya selalu mengingat posisi strategis perseroan sebagai agen pembangunan di daerah, sekaligus menjalankan peran sentral dalam menggerakkan ekonomi umat.

“Bagi kami, dua tugas utama ini merupakan peluang sekaligus panggilan. Bersama induk (Bank BJB), kami harus menjadi motor pembangunan di Jawa Barat dan di saat yang terus meningkatkan partisipasi dalam memajukan serta memberdayakan ekonomi ummat,” jelas dia.  

Akselerasi penyaluran pembiayaan berdampak positif pada pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang mencapai Rp 463,16 miliar, meningkat 29,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Hal ini mendorong net Imbalan perseroan juga meningkat dari 5,14 persen pada 2020 menjadi 5,61 persen pada 2021.

“Meski ekspansif dalam menyalurkan pembiayaan, kami tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian, tercermin dari rasio pembiayaan bermasalah (net performing financing/NPF) gross yang turun dari 5,28 persen menjadi 3,42 persen,” kata Indra.

 


Dana Pihak Ketiga

Ilustrasi Neraca Keuangan atau Laba Rugi. Freepik

Pada saat yang sama, perseroan berhasil menekan biaya dana yang tercatat Rp 257,5 miliar pada 2021, turun 17,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Menariknya, penurunan biaya dana ini terjadi ketika DPK tumbuh sebesar 18,6 persen menjadi Rp 7,88 triliun pada 2021 dibandingkan dengan Rp 6,64 triliun pada 2020.

Pertumbuhan DPK BJB Syariah kembali melampaui industri perbankan syariah yang tercatat tumbuh 15,3 persen selama 2021.

Penurunan biaya dana dipengaruhi oleh faktor peningkatan dana murah (current account saving account/CASA) yang tumbuh pesat selama 2021.

Porsi CASA terhadap total DPK meningkat, dari 28,1 persen pada 2020 menjadi 34,9 persen pada 2021. Sebaliknya porsi deposito terhadap DPK menyusut dari 71,9 persen menjadi 65,1 persen.

“Kenaikan DPK setidaknya menunjukkan dua hal. Pertama, tingkat kepercayaan publik yang semakin baik sehingga semakin banyak nasabah yang mengamanahkan dananya untuk dikelola BJBS. Kedua, likuiditas kami sangat mencukupi untuk menopang rencana bisnis kami ke depan,” ujar Indra.

Pada akhir 2021, perseroan mencatatkan total aset sebesar Rp 10,36 triliun, meningkat 16,6%, dibandingkan dengan 2020 yang tercatat Rp 8,88 triliun.

Rasio intermediasi atau financing to deposits ratio (FDR) BJB Syariah pada akhir 2021 tercatat 81,55 persen dan capital adequacy ratio (CAR) tercatat 23,47 persen.

“Dengan kinerja positif selama 2021, kami optimistis menyambut tahun-tahun mendatang. Kami kembali masuk ke jalur cepat dalam pertumbuhan bisnis dan profitabilitas,” ujar Indra Falatehan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya