Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, PT Pertamina (Persero) tetap bakal menanggung kerugian meski telah menaikan harga Pertamax menjadi Rp 12.500-13.000 per liter mulai Jumat (1/4/2022) hari ini.
"Pertamina masih menanggung kerugian dari kenaikan harga Pertamax ini. Jadi kenaikan sebenarnya belum ekonomis," kata Mamit kepada Liputan6.com, Jumat (1/4/2022).
Advertisement
Kerugian itu dihitung lantaran Pertamina tidak sampai hati mengangkat nilai jual Pertamax sesuai harga keekonomiannya, yakni Rp 16.000 per liter. Sehingga perseroan masih menanggung selisih Rp 3.500 dari setiap penjualan Pertamax per liternya.
Namun, Mamit belum bisa memperkirakan, berapa besar kerugian yang diderita Pertamina akibat kenaikan harga Pertamax yang tidak sesuai perhitungan ini.
"Kita lihat dulu ya berapa lama kenaikan harga minyak dunia berlangsung. Siapa akan turun nanti jadinya, bisa ekonomis malah harganya. Selain itu juga kita belum bisa pastikan secara real berapa persen terjadinya migrasi ini (dari Pertamax ke Pertalite)," ungkap dia.
Harga Minyak Dunia Tak Terkendali
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mewajari jika Pertamina melakukan penyesuaian harga terhadap sejumlah produk BBM miliknya, termasuk Pertamax.
Sebab, harga minyak dunia terus naik tak terkendali. Terlebih setelah adanya serangan kepada kilang milik Saudi Aramco, yang membuat harga minyak dunia tembus USD 120 per barel.
Komaidi menilai, gejolak harga minyak dunia ini secara berangsur imbasnya bakal turut dirasakan di dalam negeri.
"Saya kira ini menjadi faktor tambahan untuk mendorong harga minyak bertahan pada level tinggi, sudah jelas kita dalam posisi tertekan, kita net importir yang harus ikut harga pasar," bebernya.
Dia juga menaksir kerugian yang ditanggung Pertamina dengan adanya kenaikan harga minyak dunia menunjukkan besaran yang fantastis. Ini baru mengacu hitungan dari dua jenis bahan bakar minyak yang dijual Pertamina.
"Jika tidak ada penyesuaian, kerugian dari Pertalite dan Pertamax dapat mencapai kisaran Rp 130-150 triliun," sebut dia.
Advertisement