Aktivitas Online Tinggi, Ini Nih Tips Aman dari Phishing Selama Ramadhan

Tingginya aktivitas belanja online untuk memenuhi kebutuhan Ramadhan membuat orang kerap tak sadar ada ancaman siber yang mengintai. Ini sejumlah tips aman untuk menghindari phishing selama Ramadhan.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 01 Apr 2022, 21:00 WIB
Ilustrasi phishing.

Liputan6.com, Jakarta - Menyambut Ramadhan, keluarga di Indonesia mulai mempersiapkan dengan berburu promo produk kebutuhan rumah tangga secara online.

Tanpa disadari, pelaku kejahatan siber juga memanfaatkan momen Ramadan ini untuk menebarkan ancaman ke pengguna, salah satunya melalui aktivitas phishing.

Tujuannya tidak lain adalah mendapatkan keuntungan finansial dari penipuan pengguna. Kaspersky mengungkap, sistemnya memblokir 253 juta link phishing secara global.

Riset yang sama menyebut, 8,20 persen pengguna Kaspersky di berbagai negara menghadapi setidaknya satu serangan phishing tahun lalu. Indonesia termasuk yang angka serangan phishing-nya tinggi.

Pelaku kejahatan siber memanfaatkan aktivitas belanja online dalam menjebak korban di serangan phishing. Analis Kaspersky menyebut halaman phishing paling sering dirancang untuk meniru toko online, sistem pembayaran, hingga perbankan.

Karena 87 persen pengguna di Indonesia memakai aplikasi pembayaran seluler, tak heran bahwa penjahat siber menargetkan sektor ini lalu meluncurkan banyak upaya phishing selama Ramadan.

Berikut tips untuk menghindarkan diri jadi korban penipuan phishing selama Ramadan:

1. Jangan asal klik

Jangan pernah mengklik tautan mencurigakan yang dikirimkan kepada Anda melalui SMS, WhatsApp, atau platform lainnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


2. Pastikan saluran komunikasi resmi dari bank digital

Phishing - ilustrasi (itpro)

Saat ini marak penipuan phishing yang berasal dari komunikasi dengan akun tidak resmi, yang mengatasnamakan sebagai bank.

Sebaiknya sebelum memulai komunikasi, penting bagi pengguna untuk mengidentifikasi keaslian saluran komunikasi tersebut. Misalnya akun Twitter bank harusnya punya centang biru.

Begitu juga dengan saluran komunikasi resmi lainnya mulai dari media sosial, situs web, email, hingga WhatsApp resmi.

Hal ini sangat penting dilakukan untuk menghindari penipu yang meniru bank terkait. Jangan sampai mau mengadukan keluhan malah nasabah kehilangan tabungan gara-gara berkomunikasi dengan akun bodong.

3. Aktifkan notifikasi

Penting juga untuk mengaktifkan notifikasi real-time di ponsel pengguna. Hal ini bisa membantu Anda bertindak cepat jika ada notifikasi otorisasasi akun perbankan yang tak pernah Anda minta.

Misalnya, tiba-tiba ada SMS berisi kode OTP dari bank. Padahal, Anda tidak pernah meminta kode tersebut.

Di saat seperti ini, Anda bisa langsung mengajukan keluhan ke bank karena tidak pernah mencoba login ke perangkat lainnya. Upaya percobaan masuk oleh orang lain pun bisa dihindari.

 

 


Jangan Impulsif

Salah satu model cybercrime yang patut diwaspadai adalah phishing, seperti apa cara kerjanya?

4. Hindari keterikatan emosional berlebihan saat belanja online

Perayaan yang megah biasanya akan mengarah pada kecepatan untuk mendapatkan penawaran terbaik dalam waktu terbatas.

Ingatlah untuk selalu berpikir dua kali sebelum berbelanja online. Sangat disarankan agar Anda dapat menghindari risiko penipuan online.


5. Jangan Bagi OTP

Ilustrasi OTP. Dok: web.dev

OTP alias one time password kini banyak dipakai penyedia layanan digital untuk mengakses layanan digital. Mulai dari perbankan, akun e-commerce, email, sampai ke WhatsApp.

Kalau tak ingin jadi korban penipuan online, jangan pernah membagikan informasi apa pun, termasuk kode OTP ke siapa pun.

Ingat, kode OTP sifatnya adalah rahasia. Pantang dibagikan kepada siapa pun, apalagi orang yang pura-pura menawarkan bantuan online ke Anda.

6. Aktifkan otentikasi dua faktor untuk melindungi akun

Ada banyak serangan phishing yang bertujuan untuk membajak akun.

Namun saat penyerang mendapatkan login dan kata sandi, kita masih bisa mencegah mereka mengakses akun digital kita dengan cara mengaktifkan otentikasi dua faktor (two-factor authentication).

Metode ini juga biasa disebut two step authentication.

(Tin/Ysl)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya