Pedasnya Harga Cabai Rawit di Kota Madiun Jadi Pemicu Inflasi Sebesar 0,78 Persen

Kepala BPS Kota Madiun Dwi Yuhenny mengatakan bahwa dari 10 komoditas penyumbang terbesar inflasi, kenaikan harga cabai rawit memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,08 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Apr 2022, 23:59 WIB
Pedagang cabai merah merapikan dagangannya di Pasar Jati, Jakarta, Kamis (10/3/2022). Harga cabai rawit merah di Pasar Jati mengalami kenaikan dari harga normal Rp 35.000 per kilogram, saat ini Rp 55.000 - Rp 60.000 per kilogram. (Faizal Fanani/Liputan6.com)

Liputan6.com, Madiun - Kota Madiun, Jawa Timur mengalami inflasi sebsar 0,78 persen pada bulan Maret 2022. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) setempat, kenaikan harga cabai rawit menjadi salah satu pemicu inflasi tersebut.

Kepala BPS Kota Madiun Dwi Yuhenny mengatakan bahwa dari 10 komoditas penyumbang terbesar inflasi, kenaikan harga cabai rawit memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,08 persen.

"Dari 11 kelompok pengeluaran, tingkat inflasi tertinggi berada di kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 2,09 persen. Pemicu inflasi yang pertama adalah kenaikan harga cabai rawit sebesar 0,08 persen," ujar Henny dalam keterangannya di Madiun, Jumat (1/4/2022), dilansir dari Antara.

Menurut dia, selain naiknya harga cabai rawit, komoditas lain yang menyebabkan terjadinya inflasi 0,78 persen pada Maret 2022 tersebut adalah tempe, telur ayam ras, bahan bakar rumah tangga, daging ayam ras, minyak goreng, bawang merah, nangka muda, pepaya, dan tahu mentah.

"Untuk minyak goreng, jika di bulan Januari-Februari ini merupakan pemicu deflasi, tapi setelah ada aturan dilepasnya HET, maka minyak goreng kembali menjadi komoditas pemicu inflasi dengan andil sebesar 0,04 persen," kata dia.

Sementara itu, sejumlah komoditas yang tercatat menghambat inflasi adalah penurunan harga tomat, jeruk, pasir, kacang panjang, semangka, biskuit, wortel, semen, pisang, dan ikan.

Dwi Yuhenny menambahkan, angka inflasi Kota Madiun pada Maret 2022 sebesar 0,78 persen itu lebih tinggi dibanding inflasi Jawa Timur yang mencapai 0,71 persen dan inflasi nasional 0,66 persen.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. 

 


Daya Beli Tinggi

Pihaknya menilai, tingginya inflasi di Kota Madiun tersebut menunjukkan daya beli masyarakat yang cukup tinggi. Artinya bahwa pemkot bisa mengendalikan kasus COVID-19 sehingga masyarakat sehat. Dengan demikian berdampak pada perekonomian yang turut bergerak.

"Selain itu, inflasi juga dipengaruhi oleh permintaan atau "demand" yang tinggi, sementara suplai atau pasokan barangnya stabil," kata dia.

Pada Maret 2022, dari delapan kabupaten/kota penghitung inflasi di Jawa Timur, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sumenep 1,09 persen, kemudian Jember 1,07 persen, Banyuwangi 0,92 persen, Madiun 0,78 persen. Disusul Probolinggo 0,72 persen, Surabaya 0,70 persen, Malang 0,63 persen, dan Kediri 0,43 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya