Banyuwangi Gelar "Festival Buah Naga" sebagai Pemasok Buah Naga Terbesar Nasional

Kabupaten Banyuwangi menjadi daerah pemasok buah naga terbesar di Indonesia. Dengan panen sepanjang tahun, Banyuwangi menghasilkan 82.544 ton dalam setahun.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Apr 2022, 07:00 WIB
(Foto:Dok.Pemkab Banyuwangi)

Liputan6.com, Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi menjadi daerah pemasok buah naga terbesar di Indonesia. Dengan panen sepanjang tahun, Banyuwangi menghasilkan 82.544 ton dalam setahun. Untuk kian mendorong produksi buah naga, Banyuwangi menggelar Festival Buah Naga, di Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Jumat (18/2/2022) malam.

Festival ini digelar di tengah perkebunan buah naga bersama kelompok Petani Buah Naga Banyuwangi (Panaba). Selain memperkenalkan berbagai produk dari buah naga, juga disuguhkan aksi penari gandrung tampil dengan latar belakang lampu-lampu penerangan yang digunakan untuk meningkatkan produksi buah naga.

Lampu-lampu tersebut merupakan inovasi Puting Si Naga (Penggunaan Lampu Tingkatkan Produksi Buah Naga), penggunaan lampu di kebun buah naga pada malam hari untuk merangsang pembungaan, sehingga menghasilkan peningkatan produktivitas buah naga. Puting Si Naga terpilih dalam Top 45 Inovasi Pelayanan Publik (SINOVIK) Tingkat Nasional.

"Festival Buah Naga ini untuk mengapresisasi para petani Banyuwangi yang selalu melakukan inovasi di sektor pertanian. Ditambah lagi seiring telah dicanangkannya Banyuwangi Rebound, Festival Buah Naga bisa menjadi momentum kebangkitan sektor pertanian," kata Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani.

Ipuk mengapresiasi para petani buah naga yang terus melakukan inovasi. Mulai bagaimana meningkatkan produktivitas hingga mengajak warga setempat membuat olahan pangan berbahan baku buah naga.

"Ini adalah wadah kreasi dan inovasi produk pertanian unggulan Banyuwangi. Selain unsur edukasi, festival ini juga diharapkan menjadi instrument eksplorasi potensi pertanian lokal dengan kualitas global," tambah Ipuk.

Buah naga sebenarnya merupakan tanaman hortikultura yang bersifat jangka panjang, seperti tanaman jeruk dan jambu. Produksi buah naga mencapai puncak pada musim panen bulan November-Maret dan selebihnya tidak berbuah (off-season).

Pada puncak panen raya buah naga, sering kali terjadi over produksi yang menyebabkan harga buah naga di tingkat petani menjadi anjlok. Sementara pada kondisi off-season harga jual buah naga meningkat hingga 2–3 kali lipat dari harga normal akibat ketidakseimbangan antara ketersediaan produk yang rendah dengan permintaan pasar yang tinggi.

 

(Foto:Dok.Pemkab Banyuwangi)

Kondisi ini yang melatarbelakangi terciptanya beberapa perlakuan terhadap buah naga, selain penerapan Good Agriculture Practices (GAP) juga diterapkan Puting Si Naga, sehingga buah naga Banyuwangi saat ini tidak mengenal off season.

Dengan memberikan pencahayaan lampu di malam hari (pukul 18.00 – 05.00), terbukti mampu merangsang buah naga untuk berbunga, sehingga buah naga bisa panen sepanjang tahun. Melalui inovasi ini buah naga mampu berproduksi hingga rata-rata 35 ton/hektar setahun.

Kondisi ini turut meningkatkan pendapatan petani buah naga melalui peningkatan hasil panen dan volume penjualan. Dibandingkan dengan sebelum menggunakan lampu, pendapatan petani buah naga meningkat sekitar Rp.260 juta per hektar dalam setahun dengan asumsi harga buah naga rata-rata Rp. 10.000/kg.

Luas areal pertanaman buah naga di kabupaten Banyuwangi sebesar 3.786 hektar dengan produksi mencapai 82.544 ton per tahun, sehingga dikenal sebagai penghasil buah naga terbesar di Indonesia.

Ditambahkan Plt Kadis Pertanian dan Pangan Banyuwangi, M Khoiri, buah naga berkembang dengan pesat terutama di kawasan Banyuwangi bagian selatan yang meliputi wilayah kecamatan Purwoharjo, Tegaldlimo, Pesanggaran, Siliragung, Cluring, Srono, Bangorejo dan Sempu. Petani buah naga pada awalnya merupakan petani tanaman pangan yang beralih komoditas dalam perkembangannya.

"Dengan besarnya potensi buah naga, juga mampu meningkatkan potensi lapangan pekerjaan melalui ekspansi kebun buah naga hingga berbagai produk turunan buah naga," jelas Khoiri.

Dari buah naga muncul berbagai olahan buah naga seperti dodol buah naga, sirup buah naga, keripik buah naga, rengginang buah naga, mie buah naga dan selai buah naga yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ekononomi.

Dengan panen buah naga sepanjang tahun, Banyuwangi mampu memenuhi permintaan pasar dengan harga yang lebih menguntungkan sehingga pendapatan dan kesejahteraan petani buah naga semakin meningkat.

"Peningkatan produksi buah naga sangat signifikan. Produksi buah naga tahun 2020 sebesar 82.544 ton meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar 19.068 ton. Keberhasilan ini semakin memantapkan posisi Kabupaten Banyuwangi sebagai pemasok buah naga di skala regional dan nasional, bahkan internasional," kata Khoiri.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya