Liputan6.com, Denpasar - Tarawih merupakan salat sunah yang dikerjakan selama bulan Ramadan. Waktu salat tarawih setelah isya’ hingga sebelum terbit fajar. Dapat dilakukan di awal waktu, dapat juga di tengah malam setelah tidur.
Dalam pelaksanaan salat tarawih ditemukan perbedaan yang mencolok, misalnya jumlah rakaatnya ada yang 8, 20, hingga 36. Bagi orang awam, perbedaan tersebut kerap membingungkan bahkan menjadi bahan perdebatan.
Padahal jika dipelajari dari perbedaan tersebut, masing-masing memiliki dalil atau dasar yang cukup kuat. Sangat disayangkan jika memperdebatkan perkara tersebut hingga akhirnya muncul penyakit hati dan permusuhan di bulan yang penuh mulia ini.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Wakil Ketua Lembaga Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Tri Sundani, perbedaan dalam salat tarawih harus diakui dengan lapang dada. Sebab pada prinsipnya tarawih sama dengan salat malam, hanya saja waktunya di bulan Ramadan.
“Salat tarawih itu kan disebut sebagai salat lail (salat malam), atau kalau bangun tidur disebut sebagai salat tahajud, kalau dilaksanakan di bulan Ramadan disebut dengan tarawih karena ada jeda istirahatnya,” katanya dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, Minggu (3/4/2022).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Tarawih Muhammadiyah 4-4-3
Agus menuturkan bahwa beberapa ulama atsar dan sahabat nabi tidak membatasi jumlah rakaat salat tarawih. Kendati demikian, Muhammadiyah mengikuti tata cara Rasuulullah SAW yakni dengan formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1 atas dasar hadis.
Formasi rakaat tarawih 4-4-3 didasarkan dari hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim.
“Dari A’isyah, istri Nabi Muhammad SAW, ia berkata, Nabi SAW tidak pernah melakukan salat sunah pada Ramadan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau salat empat rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan indahnya. Kemudian, beliau salat lagi empat rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau salat lagi tiga rakaat (witir).”
Dalam salat witir, bacaan di rakaat pertama adalah surat Al-’Ala, rakaat kedua Al-Kafirun, dan rakaat ketiga surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, serta An-Nas.
Advertisement
Tarawih Muhammadiyah 2-2-2-2-2-1
Formasi rakaat tarawih dan witir pilihan kedua adalah 2-2-2-2-2-1. Formasi ini didasarkan hadis riwayat Muslim dari sahabat Ibn Abbas.
“Aku berdiri di samping Rasulullah, kemudian Rasulullah meletakkan tangan kanannya di kepalaku dan dipegangnya telinga kananku dan ditelitinya, lalu Rasulullah salat dua rakaat kemudian dua rakaat lagi, lalu dua rakaat lagi, dan kemudian dua rakaat, selanjutnya Rasulullah salat witir, kemudian Rasulullah tiduran menyamping sampai Bilal menyerukan azan. Maka bangunlah Rasulullah dan salat dua rakaat singkat-singkat, kemudian pergi melaksanakan salat subuh.”
Agus menjelaskan, atas hadis-hadis itu maka Tarjih Muhammadiyah memilih dua cara tersebut dalam pelaksanaan tarawihnya.
“Jadi warga Muhammadiyah bisa memilih salah satu dari dua tadi karena itu tanawu’ ibadah. Pilihan dalam ibadah,” katanya.