Liputan6.com, Yogyakarta - Salah satu komoditas andalan Indonesia adalah rumput laut. Tanaman yang satu ini tumbuh subur di perairan Indonesia, tak terkecuali pesisir Bantul Yogyakarta.
Rumput laut sendiri mengandung beragam nutrisi, seperti karbohidrat, protein, serat, vitamin dan mineral termasuk magnesium, mangan, kalsium, folat, zat besi, yodium, kalium, sodium, dan tembaga, dalam jumlah yang cukup tinggi.
Selain itu, rumput laut juga mengandung antioksidan, vitamin A, C, E, K, kolin dan fosfor meski dalam jumlah sedikit.
Masyarakat setempat mengolah rumput laut menjadi kuliner langka asal Kretek Bantul. Namanya, karangan.
Nama karangan muncul karena bahan baku rumput laut liar diambil dari batu-batu karang saat air laut surut.
Baca Juga
Advertisement
Sebelum diolah, rumput laut dijemur di bawah sinar matahari. Selanjutnya rumput laut dibersihkan dan direbus di dalam air asam jawa selama kurang lebih tiga jam. Selama proses perebusan, rumput laut terus diaduk dan diberi pewarna agar menarik.
Karangan memiliki kandungan serat yang tinggi dan sangat bermanfaat untuk pencernaan. Karangan memiliki bentuk seperti agar-agar, memiliki rasa agak tawar, dan beraroma sedikit amis.
Untuk menambah cita rasanya biasanya karangan dinikmati dengan botok kelapa yang memiliki rasa gurih pedas, maupun kethak krengseng yang manis gurih. Saat dimakan, karangan memiliki sensasi tersendiri, seperti kenyal sekaligus renyah sesuai tekstur rumput laut.
Kuliner karangan sudah mulai langka karena sulitnya mendapatkan bahan baku dan lamanya proses pembuatan. Namun, menu ini ini masih bisa ditemukan di beberapa pasar tradisional seperti Pasar Turi, Pasar Celep dan Pasar Ngangkruksari.
Kudapan karangan ini harganya cukup murah, hanya Rp 500 per potong. Karangan biasanya dibungkus daun pisang.
(Tifani)