Balai POM Palu Ungkap Ciri Takjil Mengandung Bahan Berbahaya

Masyarakat perlu berhati-hati dalam memilih takjil agar tidak berbahaya bagi kesehatan.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Apr 2022, 06:15 WIB
Warga melakukan aktivitas jual beli makanan untuk berbuka puasa (takjil) di kawasan Jalan Panjang, Jakarta, Selasa (5/5/2020). Pandemi virus COVID-19 dan pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berimbas pada sepinya pembeli takjil di kawasan tersebut. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Kala Ramadhan tiba, aneka makanan berbuka puasa yang akrab disebut takjil ramai dijajakan. Meski demikian, masyarakat perlu berhati-hati dalam memilih takjil agar tidak berbahaya bagi kesehatan.

Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM) di Palu, Sulawesi Tengah Agus Riyanto meminta masyarakat mengenali ciri-ciri takjil yang mengandung bahan berbahaya.

"Ada beberapa ciri takjil yang mengandung bahan berbahaya yang dapat diketahui oleh masyarakat, diantaranya takjil yang memiliki warna mencolok dan cenderung berpendar disertai banyak muncul titik-titik aneh dan mencurigakan," kata Agus, dilansir Antara, Minggu (3/4).

Agus tak ingin umat Islam di Sulteng yang menjalani ibadah selama Ramadhan terganggu kesehatannya karena mengonsumsi takjil yang mengandung bahan berbahaya seperti formalin, boraks, rhodamin B dan methanil yellow.

Agus juga memberi tahu ciri takjil gorengan yang mengandung bahan berbahaya. Menurutnya, tekstur gorengan dengan bahan berbahaya biasanya bertekstur sangat renyah dan terasa getir. Tekstur renyah dan getir disebabkan oleh kandungan boraks yang dicampurkan ke dalam gorengan.

"Saya imbau kepada masyarakat agar memilih takjil yang sehat dan bebas dari tiga cemaran yakni cemaran fisik, cemaran kimia, dan cemaran geologis," ujarnya.

Cemaran fisik yang dicontohkan Agus yakni takjil yang mengandung bahan-bahan asing semisal kerikil atau rambut.

 


Perhatikan Kemasan

Selain itu, Agus juga menyarankan masyarakat agar tidak membeli takjil yang dikemas dalam kertas bekas, kertas koran, atau dibungkus dalam kantong plastik hitam.

Alasannya, takjil tersebut berpotensi tercemar bahan kimia dari kemasan.

"Sebab ada potensi takjil tersebut tercemar bahan kimia berbahaya dari kemasan tersebut. Kalau cemaran biologis tidak bisa kita lihat dalam takjil menggunakan mata telanjang, tapi kita bisa lihat dari pedagang yang menjual takjil itu, apakah dia menerapkan sanitasi yang higienis pada kemasan takjil dan lapak dagangannya serta di sekitar lapak dagangannya atau tidak," ucap Agus.

Agus juga mengatakan, masyarakat bisa memeriksa kandungan takjil atau pangan olahan siap saji dengan memeriksa secara teliti kemasan, label, izin edar serta tanggal kedaluwarsa.


Infografis

Infografis 6 Tips Bantu Anak Terbiasa Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya