Liputan6.com, Jakarta - Raksasa energi Rusia, Gazprom mengumumkan telah memberhentikan bisnisnya di Jerman, di tengah konflik di Ukraina yang masih berlangsung serta serangkaian sanksi ekonomi.
Pemberhentian bisnis Gazprom di Jerman juga terjadi menyusul aturan baru Rusia untuk pembelian gas dengan mata uang Rubel.
Advertisement
Dilansir dari CNN Business, Senin (4/4/2022) perusahaan itu mengatakan telah menghentikan partisipasinya di Gazprom Germania dan semua asetnya, termasuk Gazprom Marketing & Trading.
Namun, tidak diketahui jelas bagaimana langkah itu akan mempengaruhi 40 persen pasokan gas Rusia di Jerman.
Laporan harian bisnis Handelsblatt mengatakan bahwa kementerian ekonomi Jerman sedang mempertimbangkan untuk mengambil alih unit Gazprom dan Rosneft di negara itu di tengah kekhawatiran tentang keamanan pasokan energi.
Di sisi lain, Rusia mengatakan langkah tersebut akan menjadi pelanggaran hukum internasional.
Pemegang saham Gazprom Germania, yakni Gazprom Export, adalah anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Gazprom.
Pakar : Situasi di Eropa Sudah Tidak Bersahabat bagi Bisnis Gazprom
Peneliti senior di Institut Oxford untuk Studi Energi, yakni Katja Yafimava, menyampaikan pendapatnya tentang Gazprom yang memberhentikan bisnisnya di Jerman.
Ia melihat, berhentinya perusahaan itu di Jerman karena situasi politik dan peraturan yang sudah tidak lagi bersahabat di Eropa.
"Saya pikir ini berarti Gazprom sedang menarik tirai untuk menjadi peserta aktif di pasar gas Eropa. Pada dasarnya perusahaan itu akan pulang karena tidak lagi merasa diterima," kata Katja Yafimava, peneliti senior di Institut Oxford untuk Studi Energi, dilansir dari US News.
"Saya pikir Gazprom memahami akan menghadapi lingkungan politik dan peraturan yang tidak bersahabat di Eropa dan karena itu ingin mengkonsolidasikan dan menjalankan semua bisnisnya di satu tempat - St Petersburg, kemungkinan besar dengan dukungan politik dari pemerintah Rusia," jelasnya.
Advertisement