DPR Cecar IDI soal Terawan: Seenak Udelnya Pecat Anggota

Irma Chaniago mencecar Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) perihal pemecatan dr Terawan Agus Putranto.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Apr 2022, 19:01 WIB
Menteri Kesehatan, dr Terawan Agus Putranto bersiap mengikuti rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (3/2/2020). Rapat kerja itu membahas penanganan virus corona di Indonesia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Anggota Komisi IX DPR RI Irma Chaniago mencecar Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) perihal pemecatan dr Terawan Agus Putranto.

Dalam kesempatan itu, Politikus NasDem ini menyinggung soal metode Digital Substraction Angiography (DSA) atau terapi cuci otak Terawan yang disebutnya berguna bagi pasien.

"Jelas cuci otaknya dokter Terawan itu berguna bagi manusia, berguna bagi pasien," kata Irma saat rapat Komisi IX DPR dengan IDI di kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (4/4/2022).

Menurut dia, banyak pasien yang memberikan testimoni positif untuknya. Karena itu, dia menyesalkan ada pemecatan terhadap Terawan.

"IDI enggak mensejahterahkan anggota, orang seenak-enak udelnya saja mecat-mecat anggota," kata Irma.

Dia pun menegaskan, seorang dokter mempunyai sumpah yang harus mendahulukan kepentingan dan keselamatan nyawa manusia. Hal itu yang dilakukan oleh Terawan.

"Saya enggak melihat kesalahan apa yang dilakukan dokter Terawan, harusnya IDI memberikan supporting kepada dokter Terawan bagaimana caranya agar DSA itu bisa diterima, disupport, karena enggak ada yang bermasalah dan menyelamatkan, kenapa harus tidak diperbolehkan," kata Irma.

 


Penjelasan IDI

Sebelumnya, Juru Bicara Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk Sosialisasi Hasil Muktamar ke-31 sekaligus Ketua Bidang Hukum dan Pembelaan Anggota (BHP2A) IDI, Beni Satria memberikan tanggapan. Masyarakat perlu memahami, inovasi kedokteran bukan didasarkan pada testimoni, melainkan bukti ilmiah atau evidence based.

Metode Digital Subtraction Angiography (DSA) atau cuci otak yang Terawan lakukan, hingga saat ini belum terbukti secara ilmiah. IDI terus berupaya melakukan pertemuan dengan Terawan terkait penjelasan lebih rinci metode cuci otak, yang akhirnya tidak direspons baik oleh Terawan. Hal ini berujung dengan ketetapan pemberhentian dari keanggotaan IDI.

"Mohon dipahami bahwa inovasi-inovasi dokter itu jangan berdasarkan testimoni, tetapi berdasarkan kaidah ilmiah. Karena kalau kita berdasarkan testimoni, yang dirugikan masyarakat," terang Beni menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat sesi Group Interview Perihal Sosialisasi Hasil Muktamar IDI ke-31 pada Jumat, 1 April 2022.

"Yang dirugikan jelas bukan dokter, bukan Ikatan Dokter Indonesia juga, tetapi masyarakat."

Pada prinsipnya, IDI terbuka dengan berbagai inovasi-inovasi anggotanya. Kunci utama adalah inovasi harus berdasarkan bukti ilmiah dan dipublikasikan di jurnal ilmiah yang tersertifikasi.

"Silakan dipaparkan, ilmu kedokteran itu berkembang. (Ilmu) yang hari ini dilarang, besok bisa disetujui atau yang hari ini disetujui, lusa bisa ditolak. Tentu ini harus di dalam ruang kaidah-kaidah ilmiah," imbuh Beni.

 

Reporter: Genantan Saputra/Merdeka.com

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya