Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin dan Ethereum secara kasar kembali datar pada perdagangan Selasa (5/4/2022). Hal tersebut kemungkinan disebabkan investor yang tampaknya masih menyimak peristiwa yang sedang terjadi saat ini.
Bitcoin baru-baru ini diperdagangkan sekitar USD 46.700 atau sekitar Rp 669,1 juta. Sedangkan sebagian besar kripto besar lainnya berada di zona merah. SOL dan AVAX baru-baru ini turun sekitar 4 persen. Selain itu Polkadot. (DOT) turun sekitar 3 persen dan LUNA, naik sekitar 3 persen.
Perdagangan kripto terus berada di level yang baik sejak beberapa bulan yang lalu, namun masih menandai adanya kehati-hatian investor di tengah ketidakpastian ekonomi yang dipicu oleh agresi Rusia di Ukraina.
Di tengah kondisi tersebut, Analis Pasar Senior Oanda, Inggris dan EMEA, Craig Erlam mengatakan, bitcoin selama seminggu terakhir setelah berhasil melonjak melewati USD 47.000.
Baca Juga
Advertisement
“Bitcoin pulih selama beberapa hari terakhir setelah menemukan beberapa dukungan di sekitar USD 44.000 tetapi terus berjuang untuk menemukan banyak momentum saat mendekati puncak minggu lalu," kata Erlam dikutip dari CoinDesk, Selasa (5/4/2022).
"Dari hal itu masih bisa membangun terobosan tetapi mungkin lebih sulit daripada yang telah kita lihat di masa lalu, mengingat dengan lingkungan yang ada saat ini,” lanjut dia.
Belum lama ini, Presiden AS, Joe Biden mengatakan dalam sambutan singkatnya kepada wartawan, AS akan menambah sanksi yang dimaksudkan untuk melumpuhkan ekonomi Rusia setelah gambar satelit menunjukkan korban sipil besar-besaran di kota Bucha dekat ibu kota Ukraina , Kiev.
Negara-negara di Uni Eropa juga baru-baru ini menunjukkan tanda-tanda mereka mungkin akan mengurangi ketergantungan mereka pada minyak Rusia. Minyak mentah Brent, ukuran harga energi yang dianggap luas, naik menjadi USD 108 per barel, naik sekitar USD 4 dari posisi berakhir Jumat.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Berapa Sisa Suplai Bitcoin?
Sebelumnya, bitcoin sebagai salah satu cryptocurrency terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasarnya merupakan pelopor dari lahirnya koin alternatif (Altcoin) baru yang ada hingga saat ini.
Selain menjadi pelopor, Bitcoin juga menjadi kripto yang paling populer karena harganya yang sangat tinggi, bahkan pada November 2021, Bitcoin pernah menyentuh harga hampir USD 69.000 atau sekitar Rp 991,4 juta (asumsi kurs Rp 14.368).
Meskipun populer, ternyata bitcoin memiliki persediaan yang terbatas. Lantas ada berapa persediaan Bitcoin saat ini dan berapa sisa suplainya yang tersedia?
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Senin, 4 April 2022 Bitcoin memiliki maksimum suplai sebanyak 21 juta Bitcoin. Hingga saat ini, sudah ada sekitar 19.001,856 Bitcoin yang berhasil ditambang atau yang telah beredar di dunia.
Jika dihitung selisih antara total suplai dengan yang sudah beredar saat ini, sisa keseluruhan suplai Bitcoin sekarang adalah sebanyak 1.998.144.
Dilansir dari Investopedia, Bitcoin adalah mata uang digital terdesentralisasi yang dibuat pada Januari 2009. Ini mengikuti gagasan yang ditetapkan dalam white paper milik Satoshi Nakamoto.
Advertisement
Persediaan Bitcoin
Bitcoin menawarkan janji biaya transaksi yang lebih rendah daripada mekanisme pembayaran online tradisional, dan tidak seperti mata uang yang dikeluarkan pemerintah, Bitcoin dioperasikan oleh otoritas yang terdesentralisasi.
Namun, alasan mengenai persediaan Bitcoin yang hanya 21 juta belum dijelaskan secara pasti dan langsung dari Satoshi sendiri.
Meski begitu, sebetulnya tak perlu khawatir jika tidak mengetahuinya. Lantaran, mata uang ini dapat dibagi sampai jumlah yang tak terhingga secara efektif.
Artinya, jumlah tepatnya bukan menjadi masalah selama bisa membaginya menjadi berapa bagian sesuai persetujuan dengan pihak lain, selama jumlah batasnya tetap sama. Karena seperti diketahui, masih ada nominal terkecil dari Bitcoin yaitu Satoshi.