Asal Mula Mantrijeron Yogyakarta, Tempat Tinggal Pasukan Elite

Mantrijeron adalah salah satu wilayah di Kota Yogyakarta yang menyimpan sejarah dan kisah tentang prajurit Keraton Yogyakarta.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 06 Apr 2022, 12:00 WIB
Tugu Pal Putih, salah satu ikon Yogyakarta. Foto: (Yanuar H/Liputan6.com)

Liputan6.com, Yogyakarta - Mantrijeron adalah salah satu wilayah di Kota Yogyakarta yang menyimpan sejarah dan kisah tentang prajurit Keraton Yogyakarta. Nama Mantrijeron berasal dari kata Mantrijero yang merupakan nama salah satu pasukan atau bregada Keraton Yogyakarta.

Dikutip dari berbagai sumber, penamaan wilayah tersebut tak lepas dari cikal bakal daerah tersebut sebagai permukiman para prajurit Mantrijero. Nama pasukan Keraton Yogyakarta Bregada Mantrijero berasal dari kata mantri dan jero.

Kata mantri bermakna juru bicara, menteri atau jabatan di atas bupati. Kemudian jero, yang bermakna dalam. Prajurit Mantrijero memiliki tugas untuk ikut dalam memutuskan hal-hal dalam lingkungan Keraton Yogyakarta.

Prajurit Mantrijero memiliki klebet atau panji yakni Purnamasidhi. Purnamasidhi memiliki bentuk persegi panjang dengan warna dasar hitam. Pada bagian tengah Purnamasidhi terdapat lingkaran warna putih.

Purnamasidhi berasal dari kata purnama yang berarti bulan penuh dan sidhi berarti sempurna. Klebet ini memiliki makna bahwa Mantrijero adalah pasukan yang diharapkan selalu memberikan cahaya dalam kegelapan.

Senjata yang digunakan oleh anggota Bregada Prajurit Mantrijero adalah tombak (waos) dan senapan. Tombak pusakanya bernama Kanjeng Kiai Cakra dengan bentuk ujung (dapur) yang dinamakan Cakra.

Pada saat berjalan cepat (mars), Bregada Prajurit Mantrijero diiringi dengan gendhing plangkenan atau mars setok. Apabila berjalan lambat (lampah macak) akan diiringi dengan gendhing slagunder atau restopelen.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Pindah dari Dalam ke Luar Benteng

Sebelum era Sultan HB IV, para prajurit Mantrijero tinggal di bagian dalam kompleks bentengan Keraton Yogyakarta. Hingga akhirnya pada masa pemerintahan  Sultan HB IV berlangsung pemindahan lokasi permukiman para prajurit keraton dari dalam benteng keraton (Njeron Beteng) ke luar benteng (Njaban Beteng).

Permukiman tempat tinggal para prajurit Mantrijero pun mendapat nama Mantrijeron pada masa Sri Sultan Hamengkubuwana IV . Para prajurit Mantrijero disebut termasuk dalam daftar 10 bregada prajurit Keraton Jogja yang kembali "dihidupkan" oleh Sultan HB IX pada 1970, setelah sebelumnya sempat dibubarkan karena tekanan politik pihak Jepang.

Dalam catatan sejarah, pasukan Mantrijero bisa digolongkan dalam satuan elite. Pada saat momen penting seperti penobatan Sultan, dua prajurit Mantrijero bersenjata kelewang didapuk sebagai pengawal terdekat bagi sultan dan permaisuri.

Selama prosesi, dua prajurit itu menempatkan diri di kiri-kanan sultan serta permaisuri. Dua prajurit Mantrijero itu bertugas bersama delapan prajurit Nyutra bersenjata tombak yang berbaris di beberapa langkah di depan.

Kini wilayah tempat tinggal para prajurit Keraton Yogyakarta ini secara administrasi merupakan wilayah kemantren. Kampung Mantrijeron berada di sebelah timur Kampung Mangkuyudan, juga berada di sebelah utara Kampung Jogokaryan.

 

Penulis: Tifani

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya