Kreasi Sate Rembiga dan Garang Asam ala Chef Chandra untuk Menu Buka Puasa Ramadan

Jangan bayangkan sate rembiga dan garang asam yang biasa bila Chef Chandra Yudasswara yang mengolahnya sebagai santapan buka puasa.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 05 Apr 2022, 16:33 WIB
Sate rembiga kreasi Chef Chandra Yudasswara untuk Seribu Rasa. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Sate rembiga belum sepopuler sate madura atau sate ponorogo. Namun, bukan berarti rasanya tak nendang. Di tangan Chef Chandra Yudasswara, sate daging sapi ini jadi sajian spesial Restoran Seribu Rasa di bulan Ramadan, khususnya untuk berbuka puasa.

Sate rembiga merupakan sate khas Lombok. Cita rasa aslinya pedas manis gurih karena memakai cabai lombok yang didadukan terasi dan asam jawa. Tapi untuk tamu restoran, Chef Chandra memoderasi tingkat kepedasannya agar bisa dinikmati lebih banyak kalangan.

"Yang mainstream sudah ada, karenanya saya pilih sate rembiga. Saya sempat semedi di Lombok," canda celebrity chef itu saat ditemui di Jakarta, pertengahan Maret 2022.

Sate rembiga, kata dia, tergolong sebagai sate kering. Bumbu kecapnya baru dioles di akhir, tergantung selera tamu. Proses memasaknya dimulai dengan memarinasi potongan daging sapi di dalam bumbu halus yang di antaranya terdiri dari bawang, ketumbar, gula merah, cabai, terasi, dan asam jawa.

Chef Chandra sengaja menggunakan daging sapi tenderloin yang cocok untuk proses memasak panjang. "Dimarinasi kurang lebih dua jam, kemudian dipanggang pakai arang. Diberi jarak yang cukup supaya bisa slow cooking," ia menerangkan.

Warga Lombok biasa menyantapnya dengan makanan berkuah ditemani lontong atau ketupat. Tapi di restoran itu, sate dihidangkan bersama nasi putih. Karena kering, lebih baik menyantapnya dengan makanan berkuah agar tidak seret di kerongkongan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Garang Asam

Garang asam Labuan Rasa kreasi Chef Chandra Yudasswara untuk Seribu Rasa. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Bicara makanan berkuah, garang asam Labuan Rasa bisa menjadi pilihan. Ini menjadi menu kedua kreasi Chef Chandra untuk Seribu Rasa. 

Bila garang asam umumnya dihidangkan dengan dibungkus daun pisang, ia menyajikannya ala fine dining, ditata di atas piring berlekuk dengan kuah di sekitar daging ikan kakap merah. Sementara, belimbing wuluh ditata sedemikian rupa, agar tetap cantik dilihat.

Kuah garang asam itu ternyata mengombinasikan lebih dari 15 bumbu dan rempah, seperti jahe, lengkuas, daun salam, daun jeruk, cengkeh, kayu manis, dan asam jawa. Penggunaan asam di dalam kuah membuat sajian lebih segar. Namun, jangan bayangkan rasa garang asam yang biasa karena ini lebih seperti garang asam versi 'progresif' dibandingkan 'tradisional'.

"Kita steam dulu ikannya sembilan menit supaya tender," ia menjelaskan. Terbukti, ikannya memang lembut dan tak butuh banyak usaha untuk mengunyahnya. Selain kakap merah, daging ikan kakap putih dan gurami juga pas untuk diolah menjadi masakan itu.

 

 


Gairahkan Konsumen

Restoran Seribu Rasa Menteng. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Kolaborasi restoran dengan Chef Chandra Yudasswara meracik menu Ramadan itu merupakan salah satu usaha untuk menggairahkan kembali minat konsumen. Terlebih, selama dua tahun terakhir, ajang buka bersama tak bisa bebas dilakukan karena situasi pandemi Covid-19.

"Tujuan kami menggandeng Chef Chandra, tentu selain menyuguhkan varian menu berbeda, juga sensasi untuk menggairahkan konsumen kembali. Dengan adanya menu baru, bisnis ini akan jauh lebih baik dan konsumen juga lebih senang," kata Mega Nurdiansyah, Brand Manager dari Seribu Rasa.

Menu sate rembiga dan garang asam ini melengkapi dereta menu favorit di restoran itu, seperti Grilled Lemongrass Chicken, Binjai Fried Chicken, dan Gulai Kepala Ikan Tasik. Jangan lewatkan menu udang gulung Tempoe Doeloe yang rasanya mengingatkan pada otak-otak. Menu ini terbilang banyak peminat dengan terbukti ludes dilahap para tamu.


Aturan Buka Bersama

Ilustrasi Berbuka Puasa Credit: pexels.com/pixabay

Sementara itu, Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan kegiatan buka bersama sudah dibolehkan dengan syarat wajib jaga jarak dan tidak boleh berbicara saat makan. "Buka bersama ya sebaiknya jaga jarak yang cukup dan tidak usah berbicara saat makan," kata Wiku Adisasmito dalam Dialog FMB9 pada Senin, 28 Maret 2022, dikutip dari kanal Health Liputan6.com.

Wiku menjelaskan bahwa aturan untuk tidak ngobrol saat berbuka puasa hanya berlaku saat makan, bukan untuk keseluruhan saat acara bukber berlangsung. Anjuran tidak boleh mengobrol saat makan ketika bukber bertujuan mencegah percikan atau cipratan air liur.

Ketika sudah selesai makan dan minum, masker dipakai kembali, lalu bisa melanjutkan berbincang dengan teman-teman atau kolega. "Setelah makan selesai bisa melanjutkan silaturahmi berbicara dengan menggunakan masker dalam jarak yang cukup aman," jelas Wiku lewat pesan singkat pada 30 Maret 2022.

Ia juga mengingatkan agar semua orang mencuci tangan sebelum makan. Hal ini untuk menjaga kebersihan sekaligus mencegah kuman ikut termakan.

 


Aman Berpuasa Saat Pandemi

Infografis Aman Berpuasa Saat Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya