Atlet Tinju Jadi Korban Kerangkeng Manusia Bupati Nonaktif Langkat, Begini Komentar Menpora

Atlet tinju menjadi salah satu dari 65 korban kerangkeng manusia bupati Nonaktif Langkat, Menpora siap beri bantuan pemulihan.

oleh Defri Saefullah diperbarui 05 Apr 2022, 22:17 WIB
Menpora Zainudin Amali (kanan) saat menerima wakil ketua LPSK, Edwin Partogi (dok: Kemenpora)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pemuda dan Olahrga Republik Indonesia atau Menpora RI, Zainudin Amali bakal membantu pemulihan atlet tinju yang jadi korban kerangkeng manusia Bupati Nonaktif Langkat. Ini disampaikannya saat menerima Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Edwin Partogi Pasaribu, Selasa (5/4/2022) sore.

Kedatangan rombongan LPSK ini untuk membahas terkait kerjasama penanganan korban kasus kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat, Sumatera Utara. Salah satu yang menjadi korban yaitu atlet tinju berprestasi.

Menpora Amali memastikan pihaknya memberikan dukungan terhadap upaya-upaya pemulihan para korban kerangkeng di rumah bupati Langkat.

"Terkait upaya pemulihan itu, kita akan bantu yang memungkinkan untuk kita bantu. Mudah-mudahan tidak ada lagi. Saya ucapkan terimakasih kepada LPSK," ujarnya.

"Kami sedang menangani dan memberi perlindungan pada korban kerangkeng manusia di Langkat, Sumatera Utara, di rumahnya bupati Langkat," ujar Edwin Partogi Pasaribu menambahkan.

 

 


Atlet Tinju

Wakil Ketua LPSK, Edwin Partogi (dok: Kemenpora)

Dijelaskannya, kejadian ini terungkap ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) kepada bupati Langkat 19 Januari 2022 lalu. Saat itulah, KPK menemukan ada kerangkeng manusia.

Kemudian LPSK pro aktif menemui beberapa korban termasuk kunjungan lapangan. Hasilnya ditemukan 65 korban yang rata-rata usia masih muda, bahkan ada atlet tinju yang berprestasi.

Menurut Edwin Partogi, mereka yang masuk dalam kerangkeng tersebut bukan hanya karena permasalahan narkoba. Namun juga ada masalah yang lain seperti KDRT, judi dan kasus lainnya.

 


Dititipkan

Menpora Zainudin Amali m (foto: istimewa)

Edwin mengatakan, karena rumah bupati tersebut dianggap tempat rehabilitasi dan makan gratis, maka sebagian besar keluarga korban menitipkan anaknya ke tempat tersebut.

“Kami mendapatkan sekitar 65 orang mendekam dalam kerangkeng itu dan sebagian besar anak muda. Bahkan diantara mereka ada yang cukup bagus prestasinya yakni atlet tinju, punya banyak penghargaan dan prestasi. Usianya masih 15 tahun," jelasnya.

"Sementara mereka di tempat itu diekploitasi, dipekerjakan di kebun sawit bupati, nyaris 24 jam. Dan mengalami penyiksaan luar biasa, lebih 20 tahun saya mendampingi korban ini. Ini yang buat ngilu," katanya.

 


Kerjasama

Menpora RI Zainudin Amali secara resmi membuka Wushu Championship 2020 secara virtual pada Sabtu (10/10)

Dengan demikian, karena mereka mengalami trauma psikologis, medis di saat sakit, pemulihan, sandang papan serta pekerjaan bagi mereka sehingga LPSK melakukan kerjasama dengan kementerian dan instansi terkait termasuk Kemenpora.

"Kalau yang berprestasi mungkin dibina dan disekolahkan. Saya lihat di Kemenpora Deputi Pemberdayaan Pemuda ada progran Bela Negara, Pengembangan Kewirausahaan. Bisa mungkin Menpora, karena situasi mereka ini sebagian besar takut menjadi saksi, rakut dimintai keterangan polisi," katanya.

Setelah mendengarkan laporan LPSK, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali pun menyampaikan ucapan terimakasih karena ikut membantu dan mendampingi para korban termasuk diantaranya atlet.

 


Harus Dipulihkan

Sementara itu, Menpora Amali menyambut baik kerjasama ini. Pasalnya, korban Kerangkeng manusia ini harus dipulihkan lagi baik secara mental maupun fisik.

"Terma kasih wakil ketua, saya kira kita juga kaget, nanti kita caba temui anaknya dahulu setelah itu nanti kita cari kira-kira apa yang bisa kami bantu," ucapnya.

"Pemulihan korban Kerangkeng manusia ini, bisa Keolahragaan atau kepemudaan, karena kita harus lihat dahulu," tambahnya.

Atas kejadian ini, Menpora Amali pun berharap kerangkeng manusia ini tidak ada lagi di Indonesia. "Mudah-mudahan tidak ada lagi kejadian seperti ini. Terus terang kami sangat prihatin atas kejadian ini," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya