H+3 Ramadhan, Harga Daging Sapi hingga Cabai Rawit Masih Selangit

Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), mencatat harga cabai rawit, minyak goreng dan daging sapi masih tinggi

oleh Tira Santia diperbarui 06 Apr 2022, 10:00 WIB
Pedagang musiman memotong daging sapi dan kerbau di Pasar Ciledug, Tangerang, Rabu (13/6). Pada H-2 Idul Fitri, harga daging sapi mengalami kenaikan hingga mencapai Rp 140 ribu per kilogram. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), mencatat harga pangan pada Ramadhan H+3 ini, beberapa komoditas terpantau masih cukup tinggi dan belum bisa turun.

Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan, menyebutkan antara lain minyak goreng masih di kisaran Rp 19.500 per liter. Selain itu, komoditas cabai masih belum sesuai harga eceran tertinggi

"Cabai rawit merah masih Rp 60.000 per kg, beberapa cabai lain masih bertengger Rp 50.000 per kg," kata Reynaldi dalam keterangan resminya, Rabu (6/4/2022).

Sementara, komoditas bawang merah terpantau naik dari Rp 33.000 ke Rp 37.000 per kg, bawang putih juga mengalami kenaikan Rp 500 dari Rp 30.000 per kg menjadi Rp 33.500 per kg.

Untuk daging ayam naik dari Rp 39.000 menjadi Rp 40.200 per kg , telur dari Rp 22.000 per kg menjadi Rp 25.300 per kg. Adapun untuk komoditas gula pasir yang memang barang nya sampai detik ini masih langka juga naik harganya, semula Rp 13.500 per kg menjadi Rp 14.500, tepung terigu dari Rp 7.500 menjadi Rp 9.000 , dan daging sapi juga naik dari Rp 140.000 per kg menjadi Rp 143.000 per kg.

"Itu beberapa komoditas yang kami pantau sampai detik ini masih cukup tinggi, dan beberapa komoditas yang tinggi ini masih kami dorong agar pada fase ke 2 menjelang idul fitri tidak ada kenaikan cukup tinggi," ujarnya.

 


Bakal Turun

Pedagang menunjukkan minyak goreng curah di pasar tradisional, Pondok Labu, Jakarta, Rabu (2/2/2022). Minyak goreng masih dijual dengan harga tinggi karena menghabiskan stok lama yang ada. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dia menjelaskan, beberapa komoditas yang terpantau tinggi ini pihaknya menganalisa akan ada penurunan, karena biasanya fase pertama berhenti itu akan ada penurunan setelah 1 minggu ramadhan.

"Ini setelah masuk puasa 1 minggu akan ada penurunan pembelian daya beli masyarakat, akan ada penurunan permintaan dan penurunan," ucapnya.

Selanjutnya, diprediksi permintaan ini akan naik lagi 1 minggu menjelang idul fitri ini yang masuk fase ke 2. Oleh karena itu, IKAPPI meminta kepada pemerintah untuk mengeluarkan seluruh daya dan upaya dalam proses pelaksanaan penurunan harga pangan sehingga menjelang ramadhan tidak terlampau tinggi.


Sri Mulyani: Ancaman Masyarakat Bergeser dari Pandemi ke Harga Pangan

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, saat ini masyarakat dihadapkan dengan satu ancaman baru. Setelah pandemi Covid-19, kini kenaikan harga barang terutama harga pangan jadi ancaman bagi masyarakat.

Ia menyampaikan, merespons kenaikan harga komoditas dan inflasi global, Kementerian Keuangan akan menyiapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Alasannya, harga komoditas membuat penerimaan APBN meningkat, tapi di sisi lain masyarakat terkena imbas kenaikan harga pangan.

“Namun di sisi lain masyarakat juga akan merasakan rambatan dari inflasi global tersebut, kemudian perlu diputuskan langkah-langkah untuk menjaga. Kalau dulu tantangan dan ancaman bagi masyarakat adalah pandemi, sekarang tantangan dan ancaman bagi masyarakat adalah kenaikan (harga) barang-barang tersebut,” paparnya dalam Konferensi Pers di Komplek Istana Presiden, Selasa (5/4/2022).

 


Selanjutnya

Menteri Keuanga Sri Mulyani Indrawati (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dari sisi APBN, kata dia, pihaknya akan merumuskan langkah untuk memanfaatkan penambahan penerimaan tersebut untuk bisa dialokasikan secara tepat. Tujuannya, agar masyarakat yang membutuhkan bisa bertahan dari dampak negatif kenaikan harga barang-barang.

“Tadi bapak presiden sudah menginstruksikan seperti disampaikan Pak Menko (Airlangga) untuk kita melihat secara detail harga-harga pangan dan harga energi dan pilihan-pilihan kebijakan yang bisa kita ambil,” katanya.

“Untuk bisa di satu sisi kita bisa menjaga daya beli masyarakat, menjaga momentum ekonomi tapi juga menjaga APBN, ini 3 hal penting untuk terus dilakukan,” imbuh Sri Mulyani.


Infografis Harga Minyak Goreng

Infografis Gonjang-Ganjing Kenaikan Harga dan Kelangkaan Minyak Goreng. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya