Liputan6.com, Jakarta Laporan kemunculan varian XE, yang merupakan gabungan atau rekombinan dari dua subvarian Omicron sebelumnya, yaitu BA.1 dan BA.2 baru-baru ini mulai menimbulkan kekhawatiran. Varian ini pertama kali terdeteksi di Inggris pada 19 Januari 2022.
Di Indonesia sendiri, Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, varian XE belum ditemukan, walau penyebaran subvarian Omicron BA.1 dan BA.2 di Indonesia sudah ada. Pemerintah terus memantau varian virus Corona yang menyebar.
Baca Juga
Advertisement
"Sejauh ini, menurut Kementerian Kesehatan RI, varian XE yang pertama kali ditemukan di Inggris, belum ditemukan di Indonesia," ucap Wiku menjawab pertanyaan Health Liputan6.com di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Selasa, 5 April 2022.
Berdasarkan data awal penelitian yang dihimpun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian Omicron XE mempunyai kemampuan penularan sekitar 10 persen lebih tinggi dari subvarian Omicron BA.2.
"Namun, WHO masih menekankan, perlunya penelitian lebih lanjut terkait temuan awal ini," lanjut Wiku.
Lebih dari 600 Sekuens Varian XE Dilaporkan
Dalam laporan WHO, COVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 85 yang dipublikasikan pada 29 Maret 2022, sebanyak lebih dari 600 sekuens varian XE dilaporkan dan dikonfirmasi sejak pertama kali terdeteksi di Inggris.
Pemantauan terhadap varian XE terus dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan dalam transmisi dan karakteristik penyakit, termasuk tingkat keparahan. WHO juga masih meneliti bagaimana risiko kesehatan masyarakat yang terkait dengan varian rekombinan tersebut dan akan memberikan pembaruan saat bukti lebih lanjut tersedia.
Di sisi lain, perkembangan varian virus Corona, kondisi epidemiologi global SARS-CoV-2 saat ini ditandai dengan dominasi global varian Omicron.
Sekitar 382.789 sekuens diunggah ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) dengan spesimen yang dikumpulkan dalam 30 hari terakhir (23 Februari - 24 Maret 2022). Rinciannya, 381.824 (99,7 persen) adalah Omicron dan 175 (kurang dari 0,1 persen) Delta.
Advertisement