Liputan6.com, Jakarta Terkait kemunculan varian XE, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengimbau masyarakat Indonesia tidak perlu takut berlebih. Apalagi varian XE, yang merupakan rekombinan (Omicron BA.1 dan BA.2) banyak terjadi pada virus lainnya.
"Rekombinasi virus bukan merupakan hal baru dan sudah banyak terjadi, termasuk pada virus selain COVID-19," terang Wiku menjawab pertanyaan Health Liputan6.com di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Selasa, 5 April 2022.
Baca Juga
Advertisement
Pemerintah juga selalu memantau dan menggunakan data terkini dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam berbagai penyesuaian kebijakan. Ditegaskan kembali, masyarakat tetap waspada dengan tidak perlu takut berlebih.
"Ketakutan yang berlebihan pun akan berpengaruh terhadap imunitas tubuh menghadapi berbagai ancaman penularan penyakit di sekitar kita," imbuh Wiku.
Adapun varian XE di Indonesia sampai saat ini belum ditemukan walau subvarian Omicron BA.1 dan BA.2 sudah menyebar. Secara keseluruhan, laporan varian Omicron di Indonesia yang masuk ke data Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) hingga 6 April 2022 pukul 10.04 WIB berjumlah 9.673 sekuens dengan penambahan 295 sekuens dalam 4 pekan terakhir (99,3 persen).
Penularan 10 Persen Lebih Tinggi dari Omicron BA.2
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), COVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 85 yang dipublikasikan 29 Maret 2022, varian XE pertama kali terdeteksi di Inggris pada 19 Januari. Lebih dari 600 sekuens telah dilaporkan dan dikonfirmasi.
Perkiraan awal menunjukkan tingkat penularan varian XE di lingkup komunitas sebesar 10 persen lebih tinggi dibandingkan subvarian Omicron BA.2. Meski begitu, WHO menegaskan, temuan ini memerlukan konfirmasi lebih lanjut.
WHO terus meneliti varian XE untuk mengetahui tingkat transmisi dan karakteristik penyakit, termasuk tingkat keparahan. WHO juga memantau dan menilai risiko kesehatan masyarakat terkait dengan varian rekombinan tersebut dan akan memberikan pembaruan saat bukti lebih lanjut tersedia.
Dalam meneliti varian virus Corona yang beredar, WHO bekerja sama dengan otoritas nasional, lembaga dan peneliti secara rutin menilai, apakah varian SARS-CoV-2 mengubah karakteristik transmisi atau penyakit, memengaruhi efektivitas vaksin, terapi, diagnostik atau kesehatan masyarakat.
Varian SARS CoV-2 yang menjadi perhatian (Variant of Concern/VoC), Variant of Interest (VoI), dan varian dalam pemantauan dinilai berkala berdasarkan risiko yang ditimbulkan kesehatan masyarakat global. Saat bukti tersedia, klasifikasi varian akan direvisi.
Advertisement