Sambut Hari Bumi, Mahasiswa Tanam 2022 Bibit Mangrove di Pesisir Konawe

Mahasiswa Sulawesi Tenggara menanam sebanyak 2022 pohon mangrove di pesisir pantai Konawe memperingati hari Bumi,

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 07 Apr 2022, 02:00 WIB
Mahasiswa Sulawesi Tenggara menanam sebanyak 2022 pohon mangrove di pesisir pantai Konawe memperingati hari Bumi,(Liputan6.com/dok warga)

Liputan6.com, Kendari - Menyambut Hari Bumi sedunia 22 April mendatang, puluhan mahasiswa Universitas Halu Oleo Kendari, menanam ribuan bibit mangrove di sejumlah wilayah pesisir. Lokasinya, berada di pantai Kelurahan Tapulaga, Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe, Selasa (5/3/2022).

Diketahui, wilayah pesisir pantai Konawe, menjadi salah satu wilayah dengan garis pantai berdekatan dengan perusahaan pertambangan dan pemukiman warga. Kondisi ini, mempengaruhi kondisi perairan dan habitat mangrove.

Melihat hal ini, mahasiswa dan Pemda Konawe berinisiatif menanam mangrove untuk melestarikan habitat hewan laut di pesisir. Mahasiswa juga beranggapan, abrasi pantai parah di sejumlah wilayah pesisir, jadi salah satu topik serius yang harus menghasilkan solusi.

Ada sebanyak 2022 pohon mangrove berhasil ditanam di sepanjang pesisir pantai. Jumlah sebanyak ini, ditanam oleh mahasiswa, pihak Pemda, TNI dan pihak perusahaan tambang.

Kedepannya, mangrove diharapkan berfungsi menjadi tembok hidup dari ancaman ombak besar bagi masyarakat pesisir. Selain itu, kedepannya mangrove bisa diubah menjadi sumber penghasilan daerah.

Sekda Konawe Ferdinand Sapan berharap, masyarakat bisa menyadari peran dan fungsi mangrove. Sehingga, timbul rasa menghargai dan lebih bijak terhadap mangrove.

"Sehingga, apa yang dilakukan mahasiswa, perusahaan, TNI hari ini bisa dirasakan dalam waktu yang lama," ujar Ferdinand.

Dia berharap, ketika berhasil tumbuh di pesisir Konawe, pohon mangrove bukan saja menjadi pelindung habitat hewan dan tumbuhan lainnya di sekitar pantai. Namun, menjadi salah satu destinasi wisata yang bisa memacu peningkatan pendapatan daerah.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:


Kondisi Pantai Rusak

Sejumlah pessir pantai di wilayah daratan Sulawesi Tenggara, tidak luput dari dampak aktivitas pertambangan. Sejumlah wilayah pantai destinasi wisata, kotor dan keruh akibat endapan lumpur dan ore nikel.

Penyebabnya, aktivitas tambang yang tidak terkontrol secara baik. Kemudian, aktivitas masyarakat dan penebangan liar juga menyebabkan mangrove kerap menjadi sasaran.

Kadis Kehutanan Sultra, Sahid menyatakan, kondisi mangrove di pesisir masih baik. Namun, tekanan datang dari industri pertambangan, pencari kayu bakar dan tambak ikan.

"Kalau dibiarkan, akan mengancam dan menyebabkan mangrove berkurang, jadi mesti ada perhatian serius dari pemerintah," ujar Sahid.

Kondisi ini, dibenarkan salah seorang nelayan di Soropia, Sarifuddin (56). Dia menyatakan, kondisi air laut yang kotor dan keruh kecoklatan di beberapa titik di wilayahnya tempat mencari ikan, menyebabkan mereka kesulitan.

"Sekarang kalau cari ikan, harus jauh jauh dari pantai," ujarnya.

Dia menduga, operasi perusahaan tambang yang tak terkontrol menjadi salah satu penyebabnya. Namun, tak tahu mesti mengadu dan meminta tolong kepada siapa.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya