Unilever Bantah PHK Massal Akibat Pandemi COVID-19

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) angkat bicara mengenai kabar PHK massal.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 06 Apr 2022, 11:12 WIB
Ilustrasi Unilever Indonesia (unilever.co.id)

Liputan6.com, Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membantah ada pemutusan hubungan kerja (PHK) masal akibat pandemi COVID-19.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk, Reski Damayanti menjelaskan, perusahaan secara berkesinambungan melakukan transformasi pada end-to-end operasi bisnisnya. Sehingga memang berdampak pada penyesuaian aspek sumber daya manusia pada unit-unit tertentu.

Hal itu sebagai salah satu upaya perusahaan agar bisa bertahan di tengah situasi yang terus berubah dan penuh tantangan, serta agar tetap relevan di masa depan (future-fit).

"Perlu kami tegaskan bahwa Perusahaan dalam hal ini tidak melakukan PHK masal, akan tetapi perusahaan melakukan penyesuaian pada unit-unit tertentu yang berdampak kepada 161 karyawan di Rungkut yang saat ini masih dalam proses," kata Reski dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Rabu (6/4/2022).

Adapun, presentase jumlah karyawan yang terdampak terhadap keseluruhan karyawan yang bekerja di pabrik milik perseroan adalah sebesar 4,9 persen. Ia menambahkan, penyesuaian yang dilakukan perusahaan ini tidak berdampak signifikan terhadap aspek operasional, keuangan, hukum maupun kelangsungan usaha perusahaan.

Menjawab tuntutan buruh, perusahaan telah melakukan serangkaian komunikasi terbuka dengan serikat pekerja melalui rapat bipartit yang berlangsung sebanyak dua kali. Kemudian kepada seluruh karyawan melalui komunikasi, sosialisasi atau townhall, disambung komunikasi personal dengan karyawan terdampak.

Selain kompensasi pesangon yang melebihi standar kewajiban yang ditetapkan undang-undang, Perusahaan juga berkomitmen memberikan berbagai dukungan lain di antaranya insentif, pelatihan, dan serangkaian paket manfaat yang akan mendukung kesiapan karyawan terdampak agar dapat tetap produktif pasca menyelesaikan masa kerja di perusahaan.

"Ke depannya dan juga selama proses berjalan, perusahaan tetap berkomitmen untuk membuka semua jalur komunikasi dengan karyawan dan serikat pekerja. Proses transisi ini juga akan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia," tandasnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Unilever Indonesia Kantongi Laba Rp 5,7 Triliun pada 2021

Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel

Sebelumnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengungkapkan laporan kinerja keuangan untuk tahun 2021 (diaudit). Meski pertumbuhan penjualan domestik melambat sebesar 8 persen, Perseroan tetap berhasil mencatat penjualan bersih sebesar Rp 39,5 triliun.

Merujuk laporan keuangan Unilever Indonesia, penjualan Foods & Refreshment naik 1,45 persen menjadi Rp 13,17 triliun.

Sementara Home and Personal Care merosot dari sebelumnya Rp 29,99 triliun menjadi hanya Rp 26,38 triliun doi 2021. Pada periode tersebt, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 5,7 triliun atau turun 19,6 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk Ira Noviarti menyebutkan sejumlah tantangan yang dihadapi perseroan selama pandemi. Di antaranya pembatasan mobilitas yang akibatkan penurunan daya beli. Kemudian lonjakan harga bahan baku akibat naiknya harga komoditas.

"Oleh  karena, itu kami melihat bahwa capaian Perseroan di tengah berbagai tantangan hebat ini sebagai sesuatu yang membawa optimisme di tahun-tahun mendatang. Perseroan terus menggenjot  berbagai produk yang memiliki peluang besar, misalnya dari kategori Foods and Refreshment yang  berhasil menopang pertumbuhan Perseroan di tahun ini," tutur dia dalam keterangan resmi, Kamis, 10 Februari 2022.

Ira menegaskan, dua tahun melewati pandemi bagi Perseroan merupakan masa reset dan menyiapkan landasan yang kuat untuk pertumbuhan dan kemenangan jangka panjang.

Berbagai pengalaman tersebut juga menjadi dasar dari strategi Perseroan untuk menjawab  berbagai tantangan dengan tepat sasaran, yang diturunkan menjadi lima prioritas strategis Unilever Indonesia pada 2022.

Pertama, memperkuat dan unlock potensi penuh dari brand-brand besar dan  produk utama melalui inovasi yang terdepan untuk menstimulasi konsumsi konsumen. Kedua, memperluas dan memperkaya portfolio ke value dan premium segment. Tiga, memperkuat kepemimpinan di channel utama (GT dan Modern Trade) dan channel masa depan (e-Commerce).

Selanjutnya, memimpin di Digital & Data Driven capabilities, dan kelima tetap menjadi yang terdepan dalam mewujudkan  bisnis yang berkelanjutan.

"Kami optimis bahwa di tahun 2022, seiring dengan membaiknya  perekonomian Indonesia, semakin besar juga peluang bagi Perseroan untuk mengakselerasi  pertumbuhan bisnis yang konsisten, kompetitif, menguntungkan, dan bertanggung jawab,” ujar  Ira. 


Kinerja 2021

Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

PT Unilever Indonesia Tbk mencatat penjualan bersih turun 7,9 persen menjadi Rp 39,54 triliun pada 2021. Pada 2020, perseroan meraup penjualan Rp 42,97 triliun. Harga pokok penjualan tercatat Rp 19,91 triliun hingga 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 20,51 triliun.

Dengan demikian, laba bruto perseroan tercatat Rp 19,62 triliun pada 2021. Laba bruto itu susut 12,6 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 22,45 triliun.Demikian mengutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis pekan ini.

Perseroan mencatat beban pemasaran dan penjualan turun menjadi Rp 7,86 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 8,62 triliun. Beban umum dan administrasi susut menjadi Rp 4,08 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,35 triliun.

Perseroan membukukan penghasilan lain-lain Rp 1,52 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 20,12 miliar. Dengan demikian, laba usaha merosot 18,74 persen dari Rp 9,45 triliun pada 2020 menjadi Rp 7,67 triliun.

Laba PT Unilever Indonesia Tbk merosot 19,6 persen dari Rp 7,16 triliun pada 2020 menjadi Rp 5,75 triliun pada 2021. Laba per saham dasar pun tercatat turun menjadi Rp 151 pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 188.

Perseroan mencatat liabilitas Rp 14,74 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 15,59 triliun. Total ekuitas turun menjadi Rp 4,32 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,93 triliun.

Total aset turun menjadi Rp 19,06 triliun pada 2021 dari periode 2020 sebesar Rp 20,53 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 325,19 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 844,07 miliar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya