Liputan6.com, Jakarta Ridduwan Agung Asmaka adalah penyandang disleksia yang aktif mengekspresikan diri dengan seni pantomim.
Pria asal Bojonegoro, Jawa Timur mulai terjun ke dunia pantomim sejak 2018. Awalnya, ia dipaksa oleh pemain pantomim lain untuk tampil di sebuah acara.
Advertisement
“Akhirnya saya mencoba untuk latihan sebentar dan tampil. Setelah itu, saya tampil juga di depan anak-anak, ternyata mereka suka banget dan saya malah menjadi suka dan tertarik untuk menekuninya,” kata Ridduwan kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks Selasa (5/4/2022).
Pendiri wadah kreatif Dunia Imajinasi akhirnya melihat keistimewaan dari seni pantomim. Menurutnya, pantomim bisa dinikmati oleh segala umur dan membantunya mengekspresikan diri sebagai penyandang disleksia.
“Pantomim membantu banget untuk saya yang disleksia untuk berbicara dengan bahasa tubuh.”
Simak Video Berikut Ini
Disleksia yang Disandang Ridduwan
Disleksia dikenal sebagai kondisi yang membuat penyandangnya kesulitan membaca dan menulis. Hal ini dialami pula oleh Ridduwan, ia menghadapi tantangan tersendiri ketika perlu menulis sesuatu.
"Sebenarnya untuk membaca itu saya bisa membaca lancar. Kalau untuk menulis dengan runtut saya yang sering mbulet."
Saat belum mengenal disleksia, ia sendiri merasa bahwa dirinya tak pandai dalam tulis-menulis seperti membuat proposal.
“Kalau tulis menulis seperti membuat proposal ampun saya. Waktu itu saya baru tahu disleksia ketika saya ikut acara yang membahas disleksia.”
Gejala disleksia semakin dirasakan ketika ia mendongeng tapi penggunaan bahasanya campur aduk, tidak runtut, dan terbolak-balik. Ahli pun menyatakan bahwa ia disleksia.
“Kalau dipikir-pikir memang keluarga saya juga begitu. Bapak saya kalau ngomong suka aneh dan kakak saya juga demikian, bicaranya tidak runtut, sering hilang barang, unik, dan sering kena bully karena kalau cerita tidak tertata A-Z, bisa A, C, J B dan seterusnya.”
Advertisement
Cocok dengan Pantomim
Hal ini juga menjadi alasan mengapa Ridduwan merasa cocok dengan seni pantomim. Menurutnya, dengan seni tersebut ia bisa mengekspresikan diri tanpa harus berbicara atau menulis.
“Dengan berpantomim saya bisa membuat cerita tanpa ngomong yang belibet dan acak-acakan dan sangat membantu saya dengan menyalurkan imajinasi saya menjadi sebuah cerita menggunakan gerak dan ekspresi.”
Ketertarikan pada pantomim pun semakin dalam. Tak hanya mengekspresikan diri, kini pria kelahiran 1994 ini juga bermain pantomim untuk menghibur anak-anak yang kurang mampu termasuk anak-anak disabilitas.
“Sekarang saya suka tampil di acara ulang tahun, khitanan, acara di sekolah seperti Isra Mi'raj, Maulid Nabi dan puasa. Selain itu diundang ke pertunjukan-pertunjukan lainnya seperti acara Agustusan, pasar keroncong, acara galang dana, dan lain-lain.”
“Saya merasakan ternyata ini to yang saya suka, yaitu bercerita dengan gestur tubuh dan mimik wajah. Setelah saya teliti lagi tentang gaya belajar saya memang saya termasuk orang yang gaya belajarnya kinestetik dengan gerakan,” tutupnya.
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Advertisement