Liputan6.com, Semarang Memasuki bulan suci Ramadhan, aroma rempah hingga kumpulan asap mulai menjadi teman bagi beberapa orang yang berada di sisi Masjid Jami Pekojan Kota Semarang.
Terlihat seorang pria lansia berparas Pakistan, sedang mengaduk panci berukuran besar yang berada di atas tungku kayu berusia ratusan tahun.
Advertisement
Panasnya tungku itu tidak membuat pria bernama, Ahmad Ali (55) menjadi pudar semangat.
Dengan semangat yang membara, selaku kepala atau kapten saat menyajikan makanan itu, ia masih sempat untuk mengecek dan mengawasi proses pembuatan hidangan berbuka puasa.
Tak hanya itu, untuk tetap menjaga kestabilan nyala api dalam tungku, Ia beberapa kali membelah kayu menggunakan kapak kecil.
Sembari megaduk adonan, dan memasukkan bumbu masakan yang lain, tidak sama sekali terlihat keluhan ataupun kelelahan di raut wajah para pembuat masakan tersebut.
Usai melalui proses yang cukup panjang, Ahmad Ali mengatakan hidangan yang sedang dibuatnya yang biasa untuk berbuka puasa itu adalah bubur india, yang merupakan masakan khas para pedagang Gujarat.
Ia pun juga bercerita bahwa pembuatan bubur ini tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, apa lagi untuk menjadi menu berbuka puasa di Masjid Jami Pekojan Kota Semarang.
Dia juga menjelaskan, untuk proses dan cara ataupun tempat ini, masih sama seperti ratusan tahun silam, seperti yang diwariskan oleh leluhurnya.
"Kebetulan saya yang mewarisi jadi juru masak di Masjid Jami Pekojan, saya adalah generasi ke-4. Secara turun-temurun leluhur saya mengajarkan resep ini," jelas Ali kepada Liputan 6, Rabu (6/4/2022) sore.
Bahkan untuk resep bubur India, Ali mengatakan resep bubur india di Masjid Jami Pekojan hingga kini masih sama seperti ratusan tahun silam, saat bubur tersebut diperkenalkan oleh para penjelajah dari Gujarat yang singgah ke Kota Semarang.
Tradisi Ratusan Tahun
Berbuka dengan bubur india di Masjid Jami Pekojan, sudah menjadi kebiasaan yang berlangsung dari ratusan tahun silam.
Sembari menata bubur untuk disantap ketika waktu buka puasa, ia menjelaskan proses membuat bubur india. Berbagai rempah dan sayuran dioleh menjadi satu. Rempah yang digunakan oleh Ali seperti jahe, sere, dan kayu manis.
Setelah itu, ia juga memasukkan santan, bawang merah dan putih, daun pandan, daun salam, garam serta bahan utama yaitu beras dan air.
Waktu pun terus berjalan, berjam-jam Ali dan beberapa orang terus memasak bubur india.
Sesekali ia membersihkan peluh di dahinya, maklum, suhu dari tungku kayu benar-benar terasa panas.
Sebelum selesai memasak, Ali mengatakan, ada syarat khusus agar bisa memasak dan menghasilkan bubur india yang benar-benar matang.
"Syaratnya harus ikhlas, jika tidak pasti ada kendala, entah bubur tidak matang atau lainya," jelas pria ramah itu.
Selesai dimasak, bubur india tersebut langsung diletakkan ke mangkuk dan ditata di lantai Masjid. Setidaknya 250 porsi selesai dibuat Ali dan beberapa juru masak lainnya.
Selain bubur india, kurma, semangka dan teh hangat juga telah disiapkan untuk jamaah yang hendak berbuka di Masjid Jami Pekojan.
Pemandangan berbeda pun terlihat di Masjid Jami Pekojan, setelah ratusan bubur india ditata.
Deretan panjang mangkuk, gelas hingga buah terlihat mencolok di lantai Masjid Jami Pekojan sebelum para jamaah datang.
Ali pung mengatakan, semua yang disediakan di sini semua gratis untuk masyarakat, bahkan jika ada yang ingin membawa pulang dipersilakan.
"Setiap hari selama puasa kami memasak untuk masyarakat, setidaknya 20 kilogram beras kami olah menjadi bubur," jelasnya.
Ali pun mengaku sampai sekarang ia bingung dan heran dari mana pasokan bahan tersebut.
"Karena sehari sebelum puasa, tiba-tiba bahan-bahan tersebut datang, dan entah siapa yang menyumbang. Hal itu terjadi bertahun-tahun, mungkin dari donatur, atau orang baik yang membantu Masjid Jami Pekojan," paparnya.
Tak terasa waktu menjelang berbuka puasa pun semakin dekat, terlihat warga masyarakat juga mulai memadati Masjid Jami Pekojan.
Tak begitu lama, suara beduk dan azan bersautan, begitu juga halnya di Masjid Jami Pekojan.
Selepas itu, masyarakat berjajar di tempat yang sudah disediakan, dan menikmati bubur india bersama-sama.
Tawa dan syukur mewarnai buka puasa yang dilaksanakan ratusan warga di Masjid Jami Pekojan.
Sembari bercengkrama, sejumlah warga secara lahap menikmati bubur india di Masjid Jami Pekojan.
Advertisement
Warga Luar Semarang pun Penasaran
Tak hanya masyarakat sekitar yang ikut berbuka di Masjid Jami Pekojan, beberapa orang juga berasal dari luar Kota Semarang juga sempat berkunjung ke sini karena rasa penasaran.
Salah satunya warga asli Kendal, Andhika Kurniawan (25) yang rela menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk hanya bisa mencoba bubur india.
Ia juga mengatakan, sembari bermain dan jalan-jalan ke kota Semarang.
"Saya penasaran sebelumnya, maka oleh itu saya ke sini untuk mencoba. Ya sekalian saya main-main juga sambil berbuka puasa," kata Andhika.
Untuk rasa, ia mengatakan bubur ini sangat gurih dan pas sekali menjadi teman untuk berbuka puasa.
"Rasanya enak sekali, bubur ada gurih-gurihnya cocok lah buat teman buka nih, apa lagi gratis kan," ucapnya.