Liputan6.com, Jakarta Penyanyi Maia Estianty mengabarkan bahwa dirinya mengalami penyakit batu empedu. Kabar ini disampaikan Maia melalui video yang diunggah di kanal YouTube Maia Aleldul TV pada 6 April 2022.
Maia Estianty menjelaskan bahwa dokter menemukan 2 batu empedu berukuran sekitar 2 cm di kantong empedunya. Ia pun melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) ulang untuk memastikan jumlah batu empedunya.
Advertisement
Saat pemeriksaan, dokter mengatakan ada 3 batu empedu yang tumpang tindih dalam tubuh Maia.
“Berapa senti-an dok?” tanya Maia terkait ukuran batu empedu tersebut.
“Ini hampir dua senti-lah, 1,80cm, 1,69cm, dan 0,89cm,” kata dokter.
Sebelumnya, pada 2016 Maia juga sempat mengalami hal yang sama dan disarankan dokter untuk memotong kantong empedunya.
“Aku kabur, aku enggak mau dipotong karena yang namanya kantong empedu cuma satu ya masa dipotong sih. Tapi karena ini serangannya tiba-tiba luar biasa sakit, dokter tetap menyarankan untuk dipotong karena ternyata batunya ada tiga dan gede-gede.”
Walau demikian, ibu tiga anak itu belum bisa memutuskan apakah akan menjalankan operasi atau tidak lantaran menunggu keputusan dari suami yang tengah dalam perjalanan dari luar negeri.
“Keputusan operasi atau enggak, akan diputuskan suami kan aku harus patuh sama suami ya.”
Ia pun mengatakan bahwa kini rasa sakitnya sudah berkurang ketimbang awal-awal gejala dan sudah bisa mengonsumsi makanan.
Melansir Web MD, batu empedu adalah potongan bahan padat yang terbentuk di kantong empedu, organ kecil di bawah hati.
Kantong empedu menyimpan dan melepaskan empedu--cairan yang dibuat di hati-- untuk membantu pencernaan.
Empedu juga membawa limbah seperti kolesterol dan bilirubin, yang dibuat tubuh saat memecah sel darah merah. Hal-hal ini dapat membentuk batu empedu.
Batu empedu dapat berkisar dari ukuran sebutir pasir hingga sebesar bola golf. Pasien bisa saja tidak menyadari kondisi tersebut sampai batu empedu memblokir saluran empedu dan menyebabkan rasa sakit yang membutuhkan perawatan segera.
Batu empedu memiliki dua jenis utama yakni:
- Batu kolesterol. Ini biasanya berwarna kuning kehijauan. Jenis ini yang paling umum, membentuk 80 persen dari batu empedu.
- Batu pigmen. Ini lebih kecil dan lebih gelap dan terbuat dari bilirubin.
Gejala Batu Empedu
Kantong empedu adalah organ kecil berbentuk buah pir yang terselip di bawah hati. Pasien yang memiliki masalah dengan organ tersebut bisa saja tidak terlalu memikirkannya kecuali jika terasa sakit.
Kantong empedu melepaskan cairan kehijauan yang disebut empedu setiap kali makan untuk membantu tubuh mencerna lemak dan vitamin. Empedu mengalir ke usus kecil melalui tabung yang disebut saluran empedu. Ketika ada yang tidak beres dengan kantong empedu atau saluran empedu, sisi kanan atas perut bisa terasa sakit. Selain rasa sakit di sisi kanan atas perut, gejala lain dari batu empedu meliputi:
-Nyeri di punggung atau dada, terutama saat menarik napas dalam-dalam.
-Panas/demam.
-Muntah.
-Bengkak.
-Gatal.
-Kelelahan.
-Nyeri di bahu kanan.
-Sakit perut.
-Masalah pencernaan lainnya, termasuk gangguan pencernaan, mulas, dan gas.
-Gejala umum lainnya termasuk kulit dan mata kuning (dikenal sebagai penyakit kuning)
-Penurunan berat badan.
-Perubahan warna pada kencing atau kotoran.
Gejala atau peradangan yang lebih serius perlu segera mendapatkan penanganan rumah sakit. Tanda-tandanya termasuk:
-Sakit perut yang berlangsung beberapa jam.
-Demam dan kedinginan.
-Kulit atau mata kuning.
-Urine gelap dan kotoran berwarna terang.
Advertisement
Diagnosis Batu Empedu
Untuk mendiagnosis batu empedu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan dapat pula melakukan tes termasuk:
-Tes darah yang dilakukan untuk memeriksa tanda-tanda infeksi atau penyumbatan, dan mengesampingkan kondisi lain.
-USG untuk melihat gambar bagian dalam tubuh.
-CT-scan, Sinar-X khusus yang memungkinkan dokter melihat ke dalam tubuh, termasuk kantong empedu.
-Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP) atau tes yang menggunakan medan magnet dan pulsa energi gelombang radio untuk membuat gambar bagian dalam tubuh, termasuk hati dan kantong empedu.
-Kolescintigrafi (pemindaian HIDA). Tes ini dapat memeriksa apakah kantong empedu berfungsi dengan benar. Dokter akan menyuntikkan bahan radioaktif tidak berbahaya yang masuk ke organ. Seorang teknisi kemudian dapat melihat pergerakan kantong empedu dan menilai pergerakannya normal atau tidak.
-Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP). Dokter akan memasukkan tabung yang disebut endoskop melalui mulut ke usus kecil. Dokter juga akan menyuntikkan pewarna sehingga mereka dapat melihat saluran empedu pada kamera endoskopi.
-USG endoskopi. Tes ini menggabungkan USG dan endoskopi untuk mencari batu empedu.
Penanganan Batu Empedu
Pasien batu empedu tidak memerlukan perawatan jika tidak memiliki gejala apa pun.
Namun, kebanyakan orang dengan batu empedu besar harus mengeluarkan kantong empedunya. Orang yang kantong empedunya diangkat, masih bisa mencerna makanan.
Dokter akan menggunakan salah satu dari dua prosedur, yakni:
-Kolesistektomi laparoskopi, ini adalah operasi yang paling umum untuk batu empedu. Dokter akan memasukkan tabung sempit yang disebut laparoskop ke dalam perut melalui sayatan kecil.
Ini memegang instrumen, lampu, dan kamera. Mereka mengeluarkan kantong empedu melalui sayatan kecil lainnya. Pasien biasanya dapat pulang pada hari yang sama.
-Kolesistektomi terbuka, dokter akan membuat sayatan yang lebih besar di perut untuk mengeluarkan kantong empedu. Pasien akan tinggal di rumah sakit selama beberapa hari sesudahnya.
Jika batu empedu berada di saluran empedu, dokter bisa saja menggunakan ERCP untuk menemukan dan mengeluarkannya sebelum atau selama operasi.
Jika pasien memiliki kondisi medis lain dan dokter berpikir pasien tersebut tidak harus menjalani operasi, mereka akan memberi obat sebagai gantinya.
Obat ini termasuk Chenodiol (Chenodo l) dan ursodiol (Actigall, Urso 250, Urso Forte) yang dapat melarutkan batu kolesterol. Obat-obat ini dapat menyebabkan diare ringan.
“Anda mungkin harus minum obat selama bertahun-tahun untuk benar-benar melarutkan batu, dan mereka mungkin kembali setelah Anda berhenti meminumnya.”
Advertisement