Liputan6.com, Jakarta - Satelit pengamatan Bumi baru milik China berhasil meluncur dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di China barat laut pada Kamis (7/4/2022). Satelit bernama Gaofen-3 03 itu diluncurkan oleh roket Long March-4C pada pukul 07.47 Waktu Beijing (06.47 WIB) dan sukses memasuki orbit yang telah direncanakan.
Satelit ini akan terhubung ke jaringan dengan satelit Gaofen-3 dan Gaofen-3 02 yang mengorbit untuk membentuk konstelasi satelit radar darat-laut dan pencitraan radar apertur sintetis (synthetic-aperture radar/SAR) yang andal dan stabil, seperti dilansir Xinhua.
Advertisement
Citra-citra tersebut akan menampilkan resolusi 1 meter bersama dengan periode kunjungan kembali satu hari, sehingga meningkatkan kemampuan pemantauan satelit radar darat-laut China.
Satelit ini akan melayani bidang pencegahan dan mitigasi bencana laut, pemantauan lingkungan laut yang dinamis, penelitian kelautan, perlindungan lingkungan, pemeliharaan air, pertanian, dan meteorologi, sembari membantu melindungi hak dan kepentingan maritim.
Peluncuran ini menandai misi ke-414 untuk seri roket Long March.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Satelit Zhongxing-2E
China mengirim satelit Zhongxing-2E ke ruang angkasa dengan roket pembawa Long March-3B dari Pusat Peluncuran Satelit Xichang di Provinsi Sichuan China barat daya pada Jumat, pukul 00:30 dini hari waktu setempat.
Dikutip dari laman Xinhua, Jumat 6 Agustus 2021, satelit telah memasuki orbit yang telah ditentukan sebelumnya. Peluncuran ini adalah misi ke-383 dari seri roket Long March.
Sebelumnya pada Juli 2021, China telah meluncurkan tiga satelit dalam dua misi yang berbeda pada kurun waktu tiga hari, demikian menurut laporan pihak program luar angkasa dan media pemerintah, seperti dikutip dari Space.com.
Peluncurkan pertama dari Taiyuan Satellite Launch Center yang berada di Shanxi, China Utara.
Sedangkan dua satelit lainnya meluncur dari China Academy of Space Technology, terbang dengan roket Long March 4B pada 3 Juli 2020 menurut China Aerospace Science and Technology Corp (CASC).
Salah satu satelit ini telah diidentifikasi sebagai Gaofen oleh SpaceNews, media China menyebutnya sebagai satelit penginderaan jauh untuk penggunaan sipil.
Resolusi satelit kurang dari satu meter (tiga kaki) dan akan beroperasi dalam orbit untuk menempatkan matahari pada sudut yang konsisten di permukaan, yang disebut orbit sinkron matahari. Orbit ini memudahkan untuk membandingkan gambar antara lintasan satelit.
Advertisement
Satelit Militer Iran
Satelit militer Iran bernama Noor-2 telah sukses meluncur ke orbit. Peluncuran itu dilakukan dari sebuah gurun yang terletak di Shahroud, wilayah di bagian utara Iran.
Seperti dilaporkan kantor berita resmi IRNA, satelit yang diproduksi Angkatan Udara Korps Garda Revolusi Islam (Islamic Revolution Guards Corps/IRGC) Iran itu mengorbit pada ketinggian 500 kilometer dengan menumpang wahana pengangkut Qased (Messenger).
Wahana tersebut, yang juga diproduksi mandiri oleh Iran, tersusun menjadi tiga bagian dengan bahan bakar campuran.
Satelit militer Iran yang digunakan untuk tujuan pengintaian tersebut mencapai orbit dengan kecepatan rata-rata 6,7 kilometer per detik, menurut laporan itu, seperti dilansir Xinhua, Rabu 9 Maret 2022.
Noor-2 merupakan satelit militer kedua Iran yang ditempatkan di orbit rendah Bumi. Pada akhir April 2020, IRGC menggunakan wahana pengangkut Qased untuk meluncurkan Noor-1 ke orbit pada ketinggian 425 kilometer di atas permukaan bumi.
Saat ini, republik Islam tersebut memiliki dua satelit militer di orbit.
Satelit Korea Utara
Kim Jong-un, pemimpin tertinggi Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) menyatakan negaranya akan meluncurkan beberapa satelit pengintai militer ke ruang angkasa. Informasi ini disampaikan lewat kantor berita resmi Korea Central News Agency.
Kim Jong-un membuat pernyataan selama inspeksi baru-baru ini dari Administrasi Pengembangan Dirgantara Nasional (NADA), seperti dikutip dari laman.
Ia menyatakan kepuasan besar atas hasil tes utama oleh NADA, yang melakukan dua uji coba pengembangan satelit pengintaian pada 27 Februari dan 5 Maret 2022.
Kim menganggap pengembangan satelit pengintai sebagai pekerjaan untuk perlindungan kedaulatan dan kepentingan nasional.
Selain itu ia juga menganggap ini sebagai bentuk pelaksanaan hak yang sah untuk membela diri, Kim mengatakan proyek mendesak ini untuk menyempurnakan kapasitas kesiapsiagaan perang negara dengan meningkatkan pencegah perang.
"Adalah tugas revolusioner, tugas prioritas politik dan militer yang dianggap paling penting oleh Partai dan pemerintah kita," kata pemimpin Korea Utara tersebut.
Advertisement