Cikal Bakal Obesitas dari Makanan yang Tidak Berkualitas

Makanan yang tidak berkualitas menyebabkan terjadinya obesitas.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 08 Apr 2022, 07:00 WIB
Ilustrasi Obesitas Credit: pexels.com/Shvets

Liputan6.com, Jakarta Peneliti Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung, Jawa Barat, Siti Nur Fatimah menerangkan, terjadinya obesitas dipengaruhi asupan makanan yang tidak berkualitas. Penyebabnya dari konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat berlebih.

"Obesitas itu cikal bakal dari makanan yang tidak berkualitas. Salah satunya dari karbohidrat yang berlebih dan protein hewani yang lebih tinggi daripada protein nabati," terang Nur Fatimah saat sesi diskusi The Hidden Health Impacts of Industrial Livestock Systems pada Kamis, 7 April 2022.

"Nah, itu justru yang dipilih ibu-ibu karena murah dan rasanya enak serta disukai oleh keluarganya."

Dampak konsumsi makanan tidak berkualitas selain mengalami obesitas, akan memengaruhi pertumbuhan. Pada usia pertumbuhan, asupan kalori dan protein tidak seimbang.

"Maka, akan mempengaruhi pertumbuhan dan ini tidak bagus. Dengan pertumbuhan yang tidak bagus, justru memberi bekal anak sejak usia belasan tahun mendapatkan risiko diabetes lebih tinggi," jelas Nur Fatimah.

"Jadi, diabetes turunan dari orangtua itu tidak betul. Tapi dengan kontrol pola hidup, kita hanya akan membawa risiko tapi tidak akan menjadi penyakit. Dampak lain, kurang vitamin dan mineral sertan lemak berlebih menambah risiko penyakit yang berhubungan dengan masalah sejak dini."


Berat Badan Berlebih Menuju Obesitas

Obesitas (Sumber Pixabay)

Indonesia sedang mengalami Triple Burden Nutrition yaitu malnutrisi (undernutrition), berat badan berlebih (overweight), dan obesitas (obesity). Ini sudah dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan menjadi salah satu target pengendalian SDGs. 

"Obesitas artinya, sudah di posisi sakit dan terkena gangguan pembuluh darah, sedangkan kalau berat badan lebih itu baru faktor risiko obesitas. Di Indonesia sebagian besar berat badan lebih, tapi sudah di atas menuju ke obesitas," Siti Nur Fatimah melanjutkan.

"Jelas ini penanda tidak baik. Tapi malnutrisi juga banyak. Apalagi di Asia-Afrika, penduduknya cukup banyak, lebih dari 50 persen penduduk dunia. Tentu saja status kesehatannya memengaruhi kualitas hidup, produktivitasnya, dan mempengaruhi apakah negara itu bisa maju atau tidak."

Sementara itu, malnutrisi berkembang di seluruh dunia, termasuk Indonesia belum bagus, khususnya di bagian Indonesia timur, misalnya di Papua. Tetapi untuk obesitas hampir di semua wilayah Indonesia meningkat.

"Obesitas menjadi perhatian karena dapat mengakibatkan risiko penyakit tidak menular," pungkas Nur Fatimah yang juga Praktisi RS Santosa Bandung Central.


1 Miliar Lebih Orang Alami Obesitas

Ilustrasi Obesitas Credit: pexels.com/pixabay

Berdasarkan laporan WHO tahun 2022, lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia mengalami obesitas. Rinciannya, 650 juta orang dewasa, 340 juta remaja, dan 39 juta anak-anak yang obesitas.

Jumlah ini masih terus bertambah. WHO memperkirakan pada tahun 2025, sekitar 167 juta orang, baik dewasa dan anak-anak akan menjadi kurang sehat karena kelebihan berat badan atau obesitas.

Pada momen Hari Obesitas Sedunia 2022, WHO mendesak negara-negara untuk berbuat lebih banyak untuk membalikkan krisis kesehatan yang dapat diprediksi dan dicegah, sebagaimana pernyataan resmi WHO pada 4 Maret 2022.

Obesitas adalah penyakit yang memengaruhi sebagian besar sistem tubuh. Ini memengaruhi jantung, hati, ginjal, sendi, dan sistem reproduksi, yang mengarah ke berbagai penyakit tidak menular (PTM). Sebut saja, diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, hipertensi dan stroke, kanker, dan masalah kesehatan mental.

Orang dengan obesitas juga tiga kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena COVID-19.


Cegah Obesitas dengan Nutrisi yang Baik

ilustrasi makanan obesitas/Photo by Lorena Martínez from Pexels

Kunci untuk mencegah obesitas, menurut WHO, adalah bertindak sejak dini idealnya, bahkan sebelum bayi dikandung. Nutrisi yang baik selama kehamilan, diikuti pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan terus menyusui sampai usia 2 tahun dan seterusnya merupakan cara terbaik untuk semua bayi dan anak kecil.

Pada saat yang sama, negara-negara perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan pangan yang lebih baik, sehingga setiap orang dapat mengakses dan membeli makanan yang sehat.

Langkah-langkah efektif termasuk membatasi pemasaran makanan dan minuman tinggi lemak, gula dan garam kepada anak-anak, mengenakan pajak pada minuman manis, dan menyediakan akses yang lebih baik ke makanan sehat yang terjangkau.

Kota-kota perlu menyediakan ruang untuk berjalan, bersepeda, dan rekreasi yang aman, dan sekolah perlu membantu rumah tangga mengajarkan kebiasaan sehat kepada anak-anak sejak dini.

WHO menanggapi krisis obesitas global di banyak bidang. Ini termasuk memantau tren dan prevalensi global, pengembangan berbagai panduan yang menangani pencegahan dan pengobatan kelebihan berat badan dan obesitas.

Infografis Alasan Makan Bersama Berisiko Tinggi Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya