Media Harus Berperan dalam Sikapi Misinformasi Krisis Iklim

Minimnya kesadaran masyarakat akan urgensi krisis iklim diakibatkan oleh maraknya misinformasi terkait perubahan iklim.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Apr 2022, 19:30 WIB
Aliansi Perlawanan Iklim melakukan aksi damai di kawasan Monas, Jakarta, Jumat (5/11/2021). Massa menyerukan bahwa bumi sedang darurat serta krisis iklim namun dibiarkan karena negara hanya melindungi oligarki dan bisnisnya, bukan masa depan seluruh rakyat Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Minimnya kesadaran masyarakat akan urgensi krisis iklim diakibatkan oleh maraknya misinformasi terkait perubahan iklim. Media seharusnya berperan dalam meningkatkan kesadaran krisis iklim masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Aulia Nastiti, peneliti dan editor di Remotivi, Selasa (5/03/2022).

“Di media, informasi yang kita terima sehari-hari seolah-olah krisis iklim itu masih fenomena yang diperdebatkan, bukan konsesus,” ucap Aulia, pada Webinar "Krisis Iklim, Misinformasi dan Peran Media" yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Selasa (5/3/2022).

Konsensus yang dimaksud di sini adalah fakta ilmiah yang tidak tersampaikan. Dikhawatirkan, suatu berita menjadi tidak merepresentasikan temuan ilmiah.

Untuk diketahui, krisis iklim menjadi salah satu topik misinformasi terbesar. Misinformasi terkait krisis iklim ini cenderung bersifat menimbulkan keraguan.

Aulia memaparkan hasil temuannya bahwa di Amerika Serikat, 49% media cenderung mengutip dari sumber-sumber yang cenderung kontra dibanding pada ilmuwan.

“Rilis pers dari company besar, korporasi besar, yang banyak memakai energi fosil, itu seringkali disitasi oleh media. Suara mereka diamplifikasi,” ujar Aulia. “Sedangkan suara-suara kelompok yang pro aksi iklim malah tidak diberikan tempat oleh media.”

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tingkatkan Kesadaran Masyarakat

Aliansi Perlawanan Iklim melakukan aksi damai di kawasan Monas, Jakarta, Jumat (5/11/2021). Massa menyerukan bahwa bumi sedang darurat serta krisis iklim namun dibiarkan karena negara hanya melindungi oligarki dan bisnisnya, bukan masa depan seluruh rakyat Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lebih lanjut, ia menjelaskan peran organisasi-organisasi yang bergerak di bidang krisis iklim justru dibutuhkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Melihat media-media cenderung tidak menggubris rilis pers yang dirilis oleh organisasi tersebut.

Ia menyayangkan peran media yang cenderung mengedepankan “agenda-agenda perusahaan besar yang lebih banyak memakai energi fosil.”.

Maka dari itu, ia berharap agar media dapat berperan positif sebagai sumber informasi yang dapat menciptakan kesadaran, meningkatkan pengetahuan, dan mendorong urgensi terhadap krisis iklim yang ada.

Viona Pricilla/Universitas Multimedia Nusantara


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya