Rupiah Berpeluang Lesu Jumat 8 April 2022

Rupiah ditutup melemah hari ini 7 April 2022. Pergerakan rupiah dipengaruhi rilis data cadangan devisa.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 07 Apr 2022, 22:11 WIB
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah ditutup melemah 3 poin pada perdagangan Kamis sore, 7 April 2022 meski sebelumnya sempat menguat 4 poin di Rp 14.362. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya rupiah berada di posisi 14.359.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah masih berpotensi melemah pada perdagangan Jumat, 8 April 2022.

“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.340 hingga Rp 14.380,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Kamis (7/4/2022). 

Secara internal gerak rupiah dipengaruhi oleh cadangan devisa Indonesia. Bank Indonesia (BI) yang melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia tetap tinggi sebesar USD 139,1 miliar atau sekitar Rp 1,9 kuadriliun pada akhir Maret 2022. 

Meski demikian, posisi pada Maret 2022 tersebut menurun jika dibandingkan dengan posisi pada akhir Februari 2022 sebesar USD 141,4 miliar.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan penurunan posisi cadangan devisa dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

“BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan,” katanya dalam siaran pers, Kamis (7/4/2022).

Posisi cadangan devisa tersebut, setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau tujuh bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

BI memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Dolar AS Menguat

Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara Rupiah melemah, Dolar AS justru melayang di dekat level tertinggi dua tahun terhadap sekeranjang mata uang pada Kamis, setelah risalah rapat menunjukkan Federal Reserve bersiap untuk bergerak agresif untuk mencegah inflasi.

Pejabat The Fed mencatat satu atau lebih kenaikan 50 bps dalam kisaran target dapat sesuai pada pertemuan mendatang, yang berikutnya adalah pada Mei, terutama jika tekanan inflasi tetap tinggi atau meningkat.

The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 bps setelah pertemuan Maret mereka, dan risalah menunjukkan efek ekonomi dari invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari mencegah kenaikan 50 bps.

Mereka juga menunjukkan kesepakatan umum tentang pemotongan USD 95 miliar per bulan dari kepemilikan aset yang membengkak selama pandemi.

Hal Itu kurang lebih sejalan dengan ekspektasi pasar, tetapi kesiapan pembuat kebijakan untuk memulai segera setelah Mei menghadapi dan kemungkinan akan membuat dolar tetap tinggi.


Gerak Rupiah Setelah Rilis Risalah The Fed

Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah melemah setelah rilis risalah pertemuan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve.

Kurs rupiah bergerak melemah 3 poin atau 0,02 persen ke posisi 14.362 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.359 per dolar AS.

Analis Bank Mandiri Rully Arya mengatakan, belum akan terlalu banyak sentimen yang akan menggerakkan pasar setelah publikasi inflasi pekan lalu dan rilis data ketenagakerjaan di AS.

"Pelaku pasar masih akan memantau perkembangan sentimen global, terutama dampak dari perang Rusia dan Ukraina, serta perkembangan imbal hasil US treasury," ujar Rully dikutip dari Antara, Kamis (7/4/2022).

Risalah pertemuan The Federal Reserve terakhir memperkuat ekspektasi beberapa kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin untuk mengendalikan inflasi yang melonjak dan ikut berdampak ke nilai tukar rupiah.

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya