Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kementerian Kominfo) menggelar pelatihan Literasi Digital 2022 untuk anak-anak muda pada Rabu (27/7/2022). Tema yang diangkat kali ini adalah 'Positif, Kreatif, dan Aman di Internet'.
Narasumber yang hadir adalah Direktur Aplikasi Aminin Azizah Zuhriyah, Individual Consultant dan Digital Nomad Fitriani ST, dan Public Figure Vizza Dara. Pelatihan ini dilakukan secara online atau daring.
Baca Juga
Advertisement
Dalam pemaparannya, Direktur Aplikasi Aminin Azizah Zuhriyah menyebut, pengguna media digital pada 2022 ini mencapai 210 juta dan akan terus bertambah setiap harinya.
"Dari sudut pandang kebudayaan, media digital sendiri memiliki dua sisi yakni positif dan negatif. Positif berisikan informasi yang aman dan sehat serta dari sumber terpercaya. Dan negatif, sebaliknya," papar Azizah melalui keterangan tertulis, Rabu (27/7/2022).
Kemudian, dia menjelaskan, dalam membuat konten di sosial media (sosmed) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
"Lingkaran dalam pembuatan konten di media digital itu sendiri, meliputi kreatifitas, positif dan aman. Hal ini jelas berkaitan dengan media sosial yang digunakan, percakapan yang berjalan, dan keamanan perangkat yang digunakan," jelas Azizah.
Ditambahkan oleh Individual Consultant dan Digital Nomad Fitriani ST, dari segi keamanan, media digital berkaitan dengan data diri dan perangkat yang digunakan.
Karena, Fitriani menegaskan, adanya rekam jejak digital yang sangat rentan disalahgunakan apabila tidak waspada.
"Saat ini, kehidupan semua generasi terpaku pada media digital. Bukan cuma anak-anak, namun remaja, dewasa, bahkan orang tua. Media digital itu seperti 2 mata pisau, yang satu sisi bisa sangat positif dan sisi lain sangat negatif," kata dia.
Tetap Waspada Pakai Internet
Kemudian Fitriani menjelaskan, dari sisi positif, banyak anak muda kreatif menggunakannya sebagai wadah kreatifitas mereka.
"Namun negatifnya maraknya anak muda yang menjadi pribadi konsumtif dan lalai. Selalu berfikir kreatif, karena tidak semua yang ada diinternet bisa dengan lugas dipercaya begitu saja," tutup Fitriani.
Untuk diketahui, setiap harinya lebih dari 10.000 akun mengakses beragam pilar di internet dengan kebutuhannya masing-masing. Tidak hanya positif dan kreatif namun banyak juga yang negatif bahkan berunsur kejahatan.
Di generasi muda, internet atau digital sudah menjadi salah satu kebutuhan dan kebiasaan yang berjalan beriringan. Tanpa adanya arahan dan literatur yang jelas, kita akan tersesat didalamnya serta tidak bisa membedakan mana negatif dan kreatif.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kominfo Ingatkan Makna dan Dampak Cyberbullying di Sosmed Melalui Webinar
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kementerian Kominfo) memberikan pelatihan pada generasi muda Papua-Maluku tentang Cyberbullying di Dunia Maya.
Pelatihan cyberbullying ini dijabarkan dalam sebuah webinar secara online atau daring dari beberapa sudut pandang seperti keamanan, budaya, dan etika oleh para praktisi yang ahli dalam bidangnya.
Mereka adalah Fajar Sidik, seorang Podcaster at 30 degree Media Network mengupas dari sudut pandang etika digital, lalu ada Yulia Dian seorang Social Media Specialist yang memaparkan dari sudut pandang keamanan digital, dan terakhir Sondang Pratama melengkapi pemaparan dari sudut pandang etika.
Dalam pemaparannya, Podcaster at 30 degree Media Network Fajar Sidik menjelaskan tentang alasan menggunakan media digital tetap harus memiliki etika.
"Interaksi diruang digital yang makin intens, yang dilakukan oleh manusia nyata dengan beragam latar belakang. Dari situ lahirlah, standar komunikasi dari banyaknya koneksi. Untuk itu perlu adanya etika dalam media digital," ujar Fajar, melalui keterangan tertulis, Rabu (27/7/2022).
Menurut dia, ada beberapa kompetensi dasar literasi digital sesuai etika seperti kemampuan akses informasi, menyaring konten, memproduksi dan mendistribusikan informasi, membangun hubungan baik, sehingga bisa melahirkan kolaborasi yang aman dan nyaman.
"Cyberbullying sendiri berdampak rasa takut/minder pada korban, sehingga banyak yang berhenti berkreasi karena adanya cyberbullying. Saranku, mari kita bagikan hal bermanfaat, dan jangan jadi manusia yang gampang dikendalikan oleh tekhnologi," tutup Fajar.