Bantah Mitos Tentang Gangguan Penglihatan, Ini Faktanya

para ahli membahas beberapa fakta dan mitos tentang tunanetra dan tunanetra sebagian untuk membantu Anda memahami perbedaannya.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 11 Apr 2022, 10:00 WIB
Ilustrasi Kebutaan pada Mata Credit: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta Masalah gangguan penglihatan pada penyandang tunanetra banyak disalahpahami. Kini saatnya kita membantah mitos-mitos tersebut dan lebih bersandar pada fakta sebenarnya.

Wajar kita mampu memvisualisaksikan sesuatu yang kita pikirkan atau bayangkan atau bahkan memimpikannya jika memiliki kemampuan visual/pernah melihatnya. Namun penglihatan semua orang tidak selalu bagus, mungkin karena penyakit tertentu, atau memang sudah tunanetra. Ada perbedaan menjadi tunanetra dan tunanetra sebagian. Sebagian besar orang memiliki kesan dan anggapan yang salah tentang kedua kondisi ini.

Dilansir dari onlymyhealth, para ahli membahas beberapa fakta dan mitos tentang tunanetra dan tunanetra sebagian untuk membantu Anda memahami perbedaannya.

Mitos 1 = Bayi dapat melihat saat lahir

Dr. Paritosh Arora, Ahli Bedah Mata di BNK Eye Centre, Kanpur, mengatakan, kalau sebagian besar orang percaya kalau bayi yang baru lahir sudah bisa melihat sejak hari pertama saat lahir. Namun faktanya, bahkan tanpa disabilitas pun, bayi belum mengembangkan penglihatannya sampai beberapa hari setelah kelahirannya.

"Faktanya, perkembangan penuh penglihatan terjadi mendekati usia 6 tahun. Pada saat inilah proses belajar utama mulai berlangsung. Bayi yang baru lahir hanya dapat melihat sedikit lebih dari perbedaan antara terang dan gelap," jelas Dr. Arora.

Mitos 2 = Anak-anak harus menjalani pemeriksaan mata pertama mereka di kelas 1 SD

Ini adalah pernyataan yang salah, kata Dr. Arora. "Setiap anak harus memeriksakan matanya ke dokter pada usia tiga tahun. Jika tidak ada masalah, pemeriksaan berikutnya harus dilakukan pada usia sekitar enam tahun. Deteksi masalah penglihatan idealnya pada usia 3 tahun karena itu bisa mengganggu proses belajar. Jadi sebaiknya penglihatan anak dikoreksi sedini mungkin agar memiliki kecepatan belajar dan perkembangan yang baik.

 


Mitos 3 = Tak bisa melihat baik dalam gelap, Anda menderita rabun senja

Dr. Arora sangat menyangkal gagasan ini, dan mengatakan kalau masalah melihat dalam gelap berkaitan dengan rabun senja adalah mitos besar. Rabun senja belum begitu umum. Namun kehilangan penglihatan jika dalam gelap merupakan gejala penyakit mata yang disebut retinitis pigmentosa.

Kondisi ini harus diperiksa secara berkala oleh dokter. Kebanyakan orang mengalami kesulitan melihat di malam hari hanya karena lebih sulit untuk melihat ketika kurang cahaya. Sebelum sampai pada suatu kesimpulan, lebih baik berkonsultasi dengan dokter dan ahli untuk konsultasi yang tepat, sarannya.

Mitos 4 = Wortel meningkatkan kemampuan Anda untuk melihat dalam gelap

"Wortel memang bermanfaat untuk kesehatan mata tetapi bukan berarti dapat menyembuhkan atau mengobati kemampuan melihat dalam gelap. Lebih baik memiliki suplemen yang memiliki vitamin A di dalamnya dan terkait dengan peningkatan kesehatan mata. Jika ada masalah, maka dapat disembuhkan tetapi seperti yang disebutkan sebelumnya. Jadi itu normal bagi sebagian orang jika tidak bisa melihat dengan baik dalam gelap karena kurangnya cahaya," jelas Dr. Arora.

Mitos 5 = Katarak hanya dapat diangkat melalui pembedahan jika sudah matang

"Katarak bukanlah sayuran yang perlu dimasak, harap dipahami bahwa ini adalah situasi yang serius dan dapat menyebabkan kebutaan jika tidak segera diobati. Katarak dapat tetap stabil atau menjadi progresif saat semakin parah. Memburuknya katarak berarti penglihatan Anda akan mulai terjadi buram. Pembedahan dilakukan ketika penglihatan pasien terganggu ke tingkat yang menimbulkan masalah untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari," jelas Dr. Arora.

Mitos 6 = Membaca akan membuat mata cepat sakit

Untuk yang satu ini, Dr. Arora menjelaskan kalau kesalahan optik tidak pernah disebabkan karena membaca atau melakukan aktivitas biasa. Bayangan di mata tercipta karena pembiasan dan ada kesalahan yang tidak bisa disebabkan karena alasan itu saja. Gejala kelelahan mata, sakit kepala dan penglihatan mempengaruhi seseorang karena banyak alasan lainnya.

Infografis Waspada Cuaca Ekstrem di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya