Jangan Anggap Remeh, Benjolan di Belakang Telinga Bisa Picu Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran dapat dipicu berbagai hal, salah satunya penyakit yang ditandai dengan benjolan di belakang telinga.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Apr 2022, 10:00 WIB
Ilustrasi gangguan pendengaran foto: ANDRÉ FELLIPE dari pexels.

Liputan6.com, Jakarta Gangguan pendengaran dapat dipicu berbagai hal, salah satunya penyakit yang ditandai dengan benjolan di belakang telinga.

Benjolan di belakang telinga dapat pula disebabkan berbagai hal. Ada yang tidak berbahaya, ada pula yang sangat membahayakan.

Melansir tulisan yang ditinjau ulang Dewi Mustikasari, A.Md. Aud di Ruang Mendengar, setidaknya ada 8 penyebab benjolan di belakang telinga yang tidak boleh diremehkan.

Penyebab-penyebab tersebut yakni:

Mastoiditis

Mastoiditis adalah infeksi di area tengkorak belakang telinga yang disebabkan bakteri. Area tersebut merupakan rongga udara yang memiliki struktur seperti sarang lebah yang disebut pula sebagai mastoid.

Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak dan merupakan komplikasi yang dapat terjadi jika pasien memiliki penyakit otitis media atau infeksi telinga tengah. Ketika otitis media sudah dalam kondisi parah dan kronik maka risiko mastoiditis semakin tinggi.

“Infeksi ini biasanya bermula dari infeksi di telinga tengah yang tidak diobati. Akibatnya, infeksi tersebut menjadi parah dan perlu penanganan khusus dari dokter,” mengutip Ruang Mendengar Jumat (8/4/2022).

Telinga akan terasa nyeri dan kemerahan, suhu badan meninggi, sakit kepala, bahkan bisa menimbulkan gangguan pendengaran.

Otitis Media

Otitis media adalah infeksi yang terjadi di telinga bagian tengah, tepatnya di rongga udara yang terletak di belakang gendang telinga. Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri. Biasanya, penyakit ini menyerang anak-anak.

Rasa nyeri di telinga dan demam biasanya menyertai penyakit ini. Namun, otitis media dapat sembuh dengan sendirinya.

Dalam beberapa kasus, dokter menyarankan penggunaan antibiotik untuk menghindari infeksi yang lebih parah. Selain itu, dalam kasus lainnya, dokter akan menentukan perawatan yang harus dilakukan berdasarkan tipe otitis medianya.


Penyebab Lainnya

Ilustrasi wajah yang berjerawat. (Pixabay.com)

Jerawat

Benjolan di belakang telinga juga bisa disebabkan jerawat. Selain muncul di wajah, jerawat juga bisa muncul di belakang telinga.

Jerawat adalah kondisi ketika pori-pori kulit tersumbat oleh sebum, yaitu zat berminyak yang disekresikan oleh unit di dalam folikel rambut.

Jerawat yang dibiarkan akan membentuk kista jerawat dan dapat menimbulkan rasa sakit ketika ditekan.

“Karena tempatnya berada di belakang telinga, Anda tidak boleh menyepelekan hal tersebut dan harus segera memeriksakan diri ke dokter bila jerawat tersebut mengganggu.”

Kista

Kista merupakan salah satu jenis penyakit kulit yang dapat muncul di mana saja, termasuk di belakang telinga.

Bentuknya menyerupai benjolan yang berisi cairan dan kadang-kadang memiliki bintik hitam di atasnya yang disebut punctum.

Dalam kondisi umum, kista bukan merupakan hal yang berbahaya.

“Namun, jika Anda merasakan nyeri pada benjolan tersebut, bisa jadi kista tersebut meradang dan Anda harus segera memeriksakannya ke dokter.”

Lipoma

Penyebab benjolan di belakang telinga selanjutnya adalah lipoma. Ini adalah benjolan lemak yang tumbuh dengan lambat, tidak menyebar, dan tidak bersifat kanker.

Sama seperti jerawat dan kista, lipoma dapat muncul di bagian kulit mana saja, termasuk belakang telinga.

Umumnya, hampir semua kasus lipoma tidak menimbulkan rasa sakit. Lipoma juga dapat dihilangkan dengan penanganan khusus dari dokter.


Selanjutnya

Bisul

Abses

Abses atau lebih dikenal dengan bisul adalah benjolan kecil berisi nanah yang berkumpul di jaringan, organ, atau ruang di dalam tubuh.

Sama halnya dengan penyakit kulit pada umumnya, abses dapat muncul di bagian mana saja, termasuk belakang telinga.

Abses terasa nyeri ketika disentuh. Dalam beberapa kasus, abses juga dapat menyebabkan demam. Penyakit ini dapat ditangani dengan mengonsumsi obat-obatan sesuai resep dokter atau melalui operasi medis.

Limfadenopati

Limfadenopati adalah pembengkakan kelenjar getah bening yang terjadi di area tubuh tertentu, salah satunya di belakang telinga.

Kelenjar getah bening yang berada di belakang telinga disebut kelenjar getah bening auricularis posterior.

Kelenjar getah bening yang membengkak dapat disebabkan oleh adanya infeksi, peradangan, bahkan kanker.

“Jika benjolan tersebut tidak hilang dalam dua minggu dan menimbulkan gejala lain, seperti batuk, pilek, demam, atau radang tenggorokan, Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter.”


Yang Lebih Serius

Ilustrasi Penyakit Kanker Credit: pexels,com/Tom

Kanker

Benjolan di belakang telinga juga bisa menandakan penyakit serius seperti kanker. Ini merupakan salah satu penyakit yang ditakuti oleh banyak orang.

Jenis kanker yang dapat menimbulkan benjolan di belakang telinga disebut kanker nasofaring atau Nasopharyngeal Carcinoma (NPC). Kanker tersebut merupakan jenis kanker yang menyerang bagian atas tenggorokan dan di belakang hidung.

Kanker nasofaring dapat disebabkan infeksi dari virus Epstein-Barr (EBV). Selain benjolan di belakang telinga, gejala lain yang dirasakan yaitu sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, mimisan, penglihatan kabur, hingga gangguan pendengaran.

“Anda perlu berkonsultasi ke dokter untuk mendiagnosis dan mendapatkan penanganan yang tepat.”

Jika benjolan di belakang telinga menjadi terasa lunak, kemerahan, mengeluarkan cairan, dan semakin menyakitkan maka perlu segera ditangani dokter. Selain itu, benjolan yang berubah, tumbuh terus-menerus, dan disertai gejala lain juga harus segera diperiksakan.

“Memeriksakan diri ke dokter lebih baik daripada membuat diagnosis sendiri.”

Dokter akan membuat diagnosis dengan memeriksa bentuk dan tekstur benjolan tersebut. Selama pemeriksaan, pasien perlu menjelaskan apa yang dirasakan terkait benjolan tersebut, berapa lama gejalanya, dan riwayat medis yang dialami secara jelas. Hal tersebut akan mempermudah dokter untuk mendiagnosis dan memberikan penanganan.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya