Liputan6.com, Jakarta Para jutawan mampu meraih kekayaan bisa disebabkan karena kepribadian baik yang dimiliki. Karenanya, bila bercita-cita ingin menjadi seorang jutawan sebaiknya juga memiliki kepribadian yang baik agar keinginan itu bisa terwujud.
Sebuah studi baru dari Panel Sosial Ekonomi (SOEP) di Institut Jerman untuk Penelitian Ekonomi dan Universitas Munster menemukan bahwa jutawan terutama yang mandiri cenderung lebih toleran terhadap risiko, stabil secara emosional, terbuka, ekstrovert, dan teliti.
Advertisement
“Ini adalah studi pertama yang menggambarkan kepribadian jutawan menggunakan data yang kuat,” kata Profesor Psikologi Universitas Munster Mitja Back yang ikut menulis studi tersebut, dilansir CNBC, Sabtu (9/4/2022).
Dalam sebuah pernyataan, “Karena orang kaya memiliki pengaruh tertentu atas proses pengambilan keputusan masyarakat dan kepribadian memiliki pengaruh terhadap penentuan cara orang berpikir dan berperilaku, penyelidikan ciri-ciri kepribadian jutawan memiliki relevansi sosial yang besar.”
Para peneliti kemudian mempelajari data dari tes kepribadian yang divalidasi lebih dari 20.000 sampel individu di SOEP, sebuah studi berbasis rumah tangga yang sedang berlangsung terhadap ribuan orang di Jerman yang dimulai pada tahun 1984. Dari tes kepribadian tersebut, lebih dari 1.000 orang berasal dari jutawan.
Tes tersebut mengukur ciri kepribadian “Lima Besar”, yaitu neurotisisme, ekstraversi, keterbukaan terhadap pengalaman, keramahan, dan kesadaran.
Ciri-ciri
Para peneliti mengatakan ciri-ciri, seperti toleransi risiko, stabilitas emosional, dan ekstraversi sangat jelas terlihat di antara para jutawan mandiri dan “kurang menonjol” pada orang-orang yang mewarisi kekayaan mereka.
Semakin tinggi kekayaan, semakin menonjol ciri-ciri kepribadian tersebut, kata studi tersebut. Bahkan di antara non-jutawan, orang-orang yang melihat diri mereka sendiri alias telah menghasilkan uang sendiri tanpa bantuan dari orang lain, memiliki banyak ciri kepribadian yang sama.
“Secara keseluruhan, hasilnya menunjukkan bahwa kepribadian adalah faktor yang relevan dalam akumulasi kekayaan,” kata Johannes König sebagai rekan peneliti di SOEP.
Studi ini telah diterbitkan pada minggu lalu di jurnal Humanities and Social Sciences Communications. Para peneliti mendefinisikan “jutawan” sebagai seseorang dengan kekayaan bersih individu setidaknya 1 juta euro atau setara dengan USD 1.092.450.
Advertisement
Tips Cerdas Atur Keuangan Buat Para Orang Tua yang Baru Punya Anak
Keadaan finansial atau keuangan terus berubah setiap waktu. Termasuk bagi sebuah keluarga yang baru memiliki keturunan. Jadi, sebagai orang tua baru, coba atur kembali keuangan agar tidak menyesal di kemudian hari.
Bagi orang tua yang baru memiliki seorang anak hal ini mungkin terbilang pengalaman baru. Rasa bingung mungkin ada.
Meski demikian, Anda harus tetap mengatur keuangan kembali karena biaya ini seringkali lebih tinggi dari yang diharapkan, menurut penasihat keuangan.
Menurut U.S. Department of Agriculture, rata-rata pasangan suami istri berpenghasilan menengah menghabiskan USD 12.350 hingga USD 13.900 setahun untuk membesarkan anak di negaranya.
Itu termasuk biaya untuk perumahan, makanan, perawatan anak, kesehatan. Belum termasuk biaya sekolah atau kuliah.
Oleh karena itu, sebagai orang tua Anda harus mengatur keuangan kembali agar seluruhnya terencana dan tidak menyesal di kemudian hari.
Melansir laman CNBC, berikut ini langkah cerdas mengatur keuangan bagi orang tua yang baru memiliki anak.
1. Susun kembali anggaran
Penganggaran merupakan langkah pertama yang harus dilakukan. Akan tetapi, mengelola keuangan sebetulnya lebih dari sekadar menabung untuk biaya awal, seperti tagihan medis untuk rawat inap di rumah sakit, pakaian, furnitur kamar bayi, dan perlengkapan bayi, menurut Eric Roberge yang merupakan seorang perencana keuangan bersertifikat dan pendiri Beyond Your Hammock di Boston.
“Meskipun cerdas untuk menabung di awal untuk pengeluaran ini, Anda juga perlu mempertimbangkan fakta bahwa memiliki anak itu berarti perlu memasukkan lebih banyak biaya tetap yang berkelanjutan ke dalam pengeluaran normal Anda,” kata Roberge.
Biaya tersebut mungkin termasuk susu formula bayi, botol, popok dan tisu, misalnya. Orang tua harus mempertimbangkan biaya tetap ini bersama dengan biaya lain yang mungkin juga muncul, seperti sewa bulanan yang lebih tinggi atau hipotek untuk tempat tinggal yang lebih besar, tambah Roberge.
Di samping itu, pendiri Gen Y di Austin, Texas Sophia Bera pun mengatakan bahwa orang tua harus mengurangi pengeluaran yang tidak perlu dan menabung atau melunasi utang secepat mungkin.
2. Beli asuransi jiwa
Asuransi jiwa menawarkan perlindungan finansial untuk anak jika orang tua meninggal sebelum waktunya atau kehilangan pekerjaan.
Penasihat keuangan merekomendasikan untuk membelinya sebelum bayi lahir, jika memungkinkan. Asuransi berjangka yang berlangsung selama jangka waktu tertentu biasanya paling mudah, murah, dan memiliki premi tetap.
Sebaiknya orang tua harus membeli asuransi yang cukup untuk menutupi 10 hingga 15 kali pendapatan mereka saat ini, menurut presiden dan kepala eksekutif Francis Financial di New York Stacy Francis.
Advertisement
3. Rencanakan tabungan kuliah anak
Ada banyak pilihan yang tersedia untuk membantu merencanakan tabungan kuliah anak. Memang, sulit untuk mengetahui secara pasti berapa biaya kuliah dan berapa banyak yang harus dihemat. Namun yang terpenting, Anda sebagai orang tua harus memulainya sesegera mungkin, tegas Bera.
4. Gunakan akun dana yang menguntungkan
Orang tua baru harus mempertimbangkan pendanaan akun yang diuntungkan pajak lainnya, seperti akun pengeluaran fleksibel atau FSA, yang ditawarkan melalui tempat kerja, kata penasihat.
Para orang tua bisa daftar untuk mendapatkan manfaat ini selama periode pendaftaran terbuka tahunan.
5. Buat surat wasiat atau perbarui
Terakhir, para orang tua juga harus memperbarui surat wasiat, kata penasihat.
Langkah ini akan memastikan uang orang tua dan aset lain nantinya diberikan kepada seorang anak jika sudah tiada. Hanya seorang anak yang dapat dipercaya dan berhak mendapatkannya, kata Francis.
Selain itu, orang tua juga harus memperbarui penerima manfaat terkait hal lain, seperti investasi dan akun lainnya, katanya.
Reporter: Aprilia Wahyu Melati