Liputan6.com, Kyiv - Pemerintah Rusia menuduh Ukraina menyerang stasiun di Kramatorsk. Stasiun itu digunakan warga Ukraina untuk evakuasi. Pada Jumat (8/4), stasiun Kramatorsk menjadi sasaran roket dan setidaknya 52 orang tewas, termasuk anak-anak.
Menurut laporan media pemerintah Rusia, TASS, Sabtu (9/4/2022), Kementerian Pertahanan Rusia mengaku tidak punya agenda menembak stasiun di Kramatorsk pada 8 April 2022. Pihak Rusia juga menuduh Ukraina yang menyerang warganya sendiri si stasiun tersebut.
Advertisement
Sumber tembakan disebut berasal 45 kilometer dari lokasi stasiun, yakni Dobropolye. Rusia menilai tembakan ke arah stasiun itu adalah bentuk provokasi dari pasukan Ukraina.
Pihak Ukraina bersikeras menuduh Rusia sebagai dalang serangan. Misil yang dipakai adalah Tochka-U. Pihak Rusia juga telah mengidentifikasi bahwa yang digunakan adalah Tochka-U, namun membantah memakai misil itu. Hal itu turut ditegaskan oleh Kedutaan Besar Rusia di Jakarta.
"Pasukan Rusia tidak menggunakan senjata yang dipakai, yaitu rudal “Tochka U”," jelas pihak Kedubes Rusia melalui Facebook.
Meski demikian, beredar rekam jejak digital yang menampilkan Rusia menggunakan Tochka-U sejak awal Maret 2022.
Kecaman ke serangan terhadap Ukraina ini sudah diberikan kepada serangan ini dari Presiden Uni Eropa Ursula von der Leyen, serta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ada 4.000 Orang di Stasiun Ukraina yang Diserang Roket
Serangan itu menewaskan setidaknya 52 orang dan puluhan lainnya terluka. Pejabat daerah setempat berkata ada lima anak-anak Ukraina yang jadi korban. Tak sedikit korban yang kehilangan tangan dan kakinya.
Dilaporkan AP News, Sabtu (9/4), beredar foto-foto korban di area stasiun kereta. Pada roket itu juga tertulis "untuk anak-anak" dalam bahasa Rusia. Ada sekitar empat ribu orang yang berada di stasiun untuk ketika roket menghantam.
Pihak Rusia membantah melakukan penyerangan. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkata melancarkan investigasi untuk mengetahui siapa yang memberikan perintah dan dari mana misilnya berasal, serta bagaimana serangan tersebut bisa disetujui.
Wali Kota Kramatorsk, Oleksandr Goncharenko, berkata rumah sakit lokal kesulitan untuk merawat para korban.
"Banyak orang yang berada dalam kondisi serius, tanpa tangan atau kaki," ujar Goncharenko.
Menteri Pertahanan Inggris Ben Walla berkata serangan tersebut adalah kejahatan perang, sementara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut serangan tersebut tidak diterima.
Presiden Uni Eropa Ursula von der Leyen juga mengaku tak bisa menggambarkan serangan tersebut dengan kata-kata. Ia menyebut aksi sinis Rusia sulit untuk diukur.
Menurut laporan BBC, Presiden Zelensky berkata serangan di stasiun kereta ini akan ia bawa ke pengadilan internasional sebagai tindak kejahatan perang.
"Pertanggungjawaban tidak bisa dihindari," ucapnya.
Presiden Volodymyr Zelensky turut berterima kasih atas peran Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang secara pribadi terlibat untuk menyiapkan tim investigasi gabungan atas tindakan-tindakan Rusia dan memberikan keadilan kepada para pelaku.
Advertisement
Kecaman PBB
PBB menyebut serangan mematikan hari Jumat (8/4) terhadap stasiun kereta api Ukraina dan serangan-serangan lainnya “sama sekali tidak dapat diterima” dan merupakan "pelanggaran berat hukum humaniter (kemanusiaan) internasional dan hukum hak asasi manusia internasional, dan untuk itu pelakunya harus bertanggung jawab."
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengulangi seruan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres untuk "segera diakhirinya perang brutal ini," demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (9/4).
Pejabat kereta api negara Ukraina mengatakan 50 orang tewas, termasuk lima anak-anak, dan sedikitnya 87 terluka dalam serangan rudal terhadap sebuah stasiun di Ukraina timur yang digunakan untuk mengevakuasi warga sipil.
Dua rudal dikatakan telah menghantam stasiun di Kramatorsk.
Gubernur wilayah Donetsk mengatakan ribuan orang berada di stasiun untuk berusaha pergi ke daerah-daerah yang lebih aman selagi wilayah itu bersiap untuk serangan besar Rusia, lapor Reuters.
Dewan HAM PBB Sanksi Rusia karena Serang Ukraina
Rapat Umum PBB, Kamis (7/4/2022) memutuskan menskors Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Rusia dikeluarkan karena dianggap melanggar HAM secara sistematis karena menyerang Ukraina.
Dilansir Channel News Asia, dalam rapat yang dipimpin Amerika Serikat (AS), sebanyak 93 voters setuju Rusia keluar, 24 voters mengatakan tidak, dan 58 voters abstain. Rapat itu sendiri mengambil tempat di New York, AS.
Sebanyak 2/3 voting dibutuhkan untuk mengeluarkan Rusia dari anggota Dewan HAM PBB. Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Gennady Kuzmin menilai voting itu ilegal dan bermuatan politis.
Selanjutnya, Gennady menegaskan Rusia keluar dari Dewan HAM PBB. Namun pernyataan itu dibalas Duta Besar Ukraina untuk PBB, Sergiy Kyslystya.
"Anda tidak mengajukan pengunduran diri setelah dipecat," ujar Sergiy.
Rusia sejatinya sedang berada dalam tahun keduanya di Dewan HAM PBB. Setiap negara mendapat jatah tiga tahun menjadi anggota.
Advertisement