Liputan6.com, Seoul - Pemerintah Korea Selatan membuka sisi Gunung Bukak di belakang istana kepresidenan (Cheong Wa Dae atau Blue House/Rumah Biru) setelah ditutup selama puluhan tahun. Tempo dulu, gunung itu dijadikan tempat persembunyian pembunuh.
Menurut laporan Yonhap, Sabtu (9/4/2022), pasukan komando Korea Utara tersebut bersembunyi di Gunung Bukak selama dua pekan sebelum mereka berhasil diberantas pada 1968. Ada 31 pembunuh dari pasukan Korea Utara yang ingin menarget Presiden Park Chung-hee.
Baca Juga
Advertisement
Sisi gunung yang dibuka adalah bagian selatan, sehingga masyarakat bisa lebih leluasa untuk berjalan-jalan di gunung yang berada di kota Seoul itu.
Pada Selasa kemarin, Presiden Moon Jae-in dan Ibu Negara Kim Jung-sook berjalan di sisi gunung tersebut untuk menandakan bahwa gunung telah dibuka. Ini sebenarnya bagian dari janji kampanye Presiden Moon Jae-in agar Gunung Bukak kembali terbuka untuk publik.
Sebelumnya, pemerintah Korsel telah membuka sisi utara gunung itu pada November 2020. Masih ada sejumlah area di gunung itu yang masih tutup demi alasan keamanan.
Upaya pembunuhan kepada Presiden Park Chung-hee dikenang sebagai Insiden 21 Januari (1.21) di Korsel. Presiden Park selamat semasa menjabat, industri di Korea Selatan tumbuh di pemerintahan Presiden Park, termasuk Hyundai dan Samsung.
Namun, Brittanica mencatat Presiden Park berubah jadi makin otoriter pada tahun 1970-an.
Presiden Park kemudian dibunuh oleh kepala intelijen Korea, Kim Jae-gyu. Presiden Park tewas ditembak di kepala. Peristiwa itu dikenal sebagai Insiden 26 Oktober (10.26) di Korsel.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menjadi Taman
Presiden Korsel yang baru terpilih, Yoon Suk-yeol, juga berjanji untuk membuka area di Gedung Biru kepada publik untuk jadi taman. Pasalnya, Yoon akan memindahkan istana menuju pusat ibu kota Seoul.
Gedung Biru memang memiliki area yang sangat luas dan hijau. Yonhap menyebut luas area mencapai 250 ribu meter persegi atau 3,4 kali lebih besar daripada Gedung Putih di Washington DC.
Rencana ini akan dilakukan usai Yoon dilantik pada 10 Mei mendatang. Hal tersebut akan mengakhiri lokasi Gedung Biru sebagai simbol pemerintahan sejak 1948.
Namun, area Gedung Biru sebetulnya sudah menjadi tempat pemerintahan sejak era Dinasti Joseon, tepatnya di Istana Gyeongbok yang dibangun pada 1395. Istana itu sempat hancur ketika invasi Jepang di era Hideyoshi Toyotomi, namun kembali dibangun lagi.
Sebelumnya, area Gedung Biru juga menjadi pusat pemerintahan Dinasti Koryo selama beberapa tahun. Awalnya, ibu kota Dinasti Koryo berada di Kaesong yang kini menjadi bagian Korea Utara.
Pembunuhan Presiden Park juga sebetulnya dilakukan di villa yang masih di area Gedung Biru.
Advertisement
Rezim Kim Jong-un Emosi Akibat Presiden Baru Korsel
Rezim Kim Jong-un merasa geram dengan retorika Presiden Terpilih Korea Selatan: Yoon Suk-yeol. Ucapan Yoon dianggap membangkitkan sentimen negatif terhadap Korea Utara.
Media propaganda Korut, The Tongil Voice, menyorot bahwa pendakatan Yoon Suk-yeol mirip dengan mantan Presiden Lee Myung-bak dan Park Geun-hye yang punya posisi keras terhadap Korut.
"Yoon sedang berusaha membangkitkan kebijakan-kebijakan anti-republik yang konfrontasional yang dipromosikan kekuatan-kekuatan konservatif di masa lalu," tulis The Tongil Voice, seperti dikutip Yonhap, Minggu (27/3/2022).
Kebijakan presiden baru Korsel itu juga dituduh berusaha agar terjadi denuklirisasi Korut, serta menjaga adanya sanksi-sanksi kuat untuk tujuan tersebut.
Sebelumnya, Yoon sempat kampanye kebijakan "perdamaian melalui kekuatan". Ia pun memberi sinyal untuk menyerang terlebih dahulu jika ada ancaman dari Korea Utara, serta ingin mengerahkan tambahan unit sistem anti-misil THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) milik AS.
Saat kampanye, Yoon Suk-yeol juga ingin mengajarkan tata krama kepada Kim Jong-un yang ia sebut sebagai "bocah tidak sopan".
Korea Utara Sebut Bakal Gunakan Senjata Nuklir Jika Diserang Korsel
Turut dilaporkan juga, Korea Utara menentang perang, tetapi jika Korea Selatan memilih konfrontasi militer atau melakukan serangan pendahuluan, maka kekuatan nuklir Korea Utara harus menyerang, kata saudari kuat pemimpin Kim Jong-un pada Selasa (5 April).
Dilansir dari laman Channel News Asia, Selasa (5/4/2022), Kim Yo-jong, seorang pejabat senior di pemerintah dan partai yang berkuasa, mengatakan itu adalah "kesalahan yang sangat besar" bagi menteri pertahanan Korea Selatan untuk membuat pernyataan baru-baru ini membahas serangan terhadap Korea Utara, kantor berita negara KCNA melaporkan.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Suh Wook mengatakan pada hari Jumat bahwa militer negaranya memiliki berbagai rudal dengan jarak tembak, akurasi dan kekuatan yang ditingkatkan secara signifikan, dengan "kemampuan untuk secara akurat dan cepat mengenai target apa pun di Korea Utara.
Korea Utara telah menguji coba berbagai rudal yang semakin kuat tahun ini, dan para pejabat di Seoul dan Washington khawatir Korea Utara mungkin bersiap untuk melanjutkan pengujian senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017 di tengah negosiasi yang macet.
Kim dan pejabat Korea Utara lainnya mengeluarkan pernyataan sebelumnya pada hari Minggu mengutuk pernyataan itu , dan memperingatkan bahwa Pyongyang akan menghancurkan target utama di Seoul jika Selatan mengambil "tindakan militer berbahaya" seperti serangan pendahuluan.
Dalam pernyataan keduanya, pada hari Selasa, Kim mengatakan Pyongyang menentang perang, yang akan membuat semenanjung itu hancur, dan tidak memandang Korea Selatan sebagai musuh utamanya.
"Dengan kata lain, itu berarti bahwa kecuali tentara Korea Selatan mengambil tindakan militer terhadap negara kami, itu tidak akan dianggap sebagai target serangan kami," katanya.
"Tetapi jika Korea Selatan, untuk alasan apa pun - apakah itu dibutakan oleh salah penilaian atau tidak - memilih tindakan militer seperti 'serangan pendahuluan' yang digembar-gemborkan oleh (Suh Wook), situasinya akan berubah," tambah Kim.
"Kalau begitu, Korea Selatan sendiri yang akan menjadi target."
Jika militer Korea Selatan melanggar bahkan satu inci pun dari wilayah Korea Utara, itu akan menghadapi "bencana yang sangat mengerikan" dan kekuatan tempur nuklir Korea Utara pasti harus melaksanakan tugasnya, katanya.
"Ini bukan hanya ancaman. Ini adalah penjelasan rinci tentang reaksi kami terhadap kemungkinan aksi militer sembrono oleh Korea Selatan," kata Kim, seraya mencatat bahwa Selatan dapat menghindari nasib ini dengan menjatuhkan "lamunan fantastis" untuk meluncurkan serangan pendahuluan ke negara bersenjata nuklir.
Advertisement