Jalan Tol Trans Sumatera Jadi Penopang Ekonomi Kawasan Barat Indonesia

Kehadiran Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) menjadi salah satu penopang ekonomi di Sumatera.

oleh Tira Santia diperbarui 09 Apr 2022, 20:15 WIB
Jalan Tol Sigli Banda Aceh (Sibanceh) Seksi 4 (Indrapuri–Blang Bintang) yang menjadi bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sepanjang 2.765 km. (Dok Hutama Karya)

Liputan6.com, Jakarta Kehadiran Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) menjadi salah satu penopang ekonomi di Sumatera. PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) mencatat JTTS yang menghubungkan Pulau Jawa menuju Pulau Sumatra khususnya di Provinsi Lampung dan Sumatera Utara, telah memberikan manfaat yang signifikan bagi berbagai industri.

Salah satu manfaat Jalan Tol Trans Sumatera yaitu, menguntungkan industri logistik dengan memperlancar jalur logistik antar wilayah. Sehingga, proses pendistribusian barang menjadi lebih cepat dan memangkas biaya angkutan yang dikeluarkan.

Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto mengatakan, Hutama Karya selaku pengelola ruas-ruas JTTS memastikan setelah hadirnya JTTS di Sumatera, telah tercipta pusat ekonomi baru. Salah satunya yaitu melalui proporsi prioritas UMKM lokal yang ada di Rest Area.

“Saat ini kami memprioritaskan minimal 30 persen space lahan untuk UMKM lokal di masing-masing rest area yang dikelola dengan harga sewa yang lebih rendah dari harga komersil, sehingga masyarakat sekitar dapat tetap mengembangkan usahanya. Selain itu, banyak wisata wisata baru yang hadir setelah adanya JTTS, salah satunya yakni Tubaba Islamic Centre & Pasar Sarijadi dengan melibatkan desainer interior ternama Andra Matin,” kata Budi, Sabtu (9/4/2022).

Lebih lanjut, kata Budi, banyak industri yang bisa dikembangkan di Sumatera, mulai dari industri pengolahan hasil hutan, perkebunan, industri tekstil, hingga industri elektronik dan otomotif.

Untuk menopang industri hilir, industri baja, petrokimia, dan industri barang modal bisa dibangun di Sumatra, dalam satu kawasan terintegrasi yang posisinya dekat dengan pelabuhan dan bandara. Setiap kawasan industri yang dibangun memiliki industri yang terintegrasi, hulu hingga hilir. Untuk menopang industri elektronik dan otomotif, diperlukan industri baja yang ada di satu kawasan.

Demikian pula dengan industri hulu tekstil. Seluruh industri tersebut bisa terintegerasi dan ditopang oleh JTTS, sebagai jalur utama yang menghubungkan setiap provinsi di Sumatera saat ini dan kedepannya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Perlancar Distribusi Pemasaran Buah Lokal

Tol Bakauheni-Terbanggi Besar-Kayu Agung bagian dari Tol Trans Sumatera ruas. (Dok Kementerian PUPR)

Tak sampai di situ, di Provinsi Lampung terdapat salah satu produsen nanas dalam kaleng terbesar di dunia. Nanas olahan yang diproduksi oleh Great Giant Pineapple tersebut, berlokasi di Lampung dengan luas lahan produksi mencapai 33 ribu hektar.

Perusahaan yang berhasil memproduksi nanas dalam kaleng sebanyak 200 ribu ton per tahun, yang terdiri dari jus serta konsentrat nanas. Sejauh ini, Great Giant Pineapple pun telah memasarkan ke lebih dari 60 negara tujuan ekspor di Eropa, Amerika, Timur Tengah, Afrika, dan Asia Pasifik.

Tak hanya nanas, Sumatra juga dikenal sebagai penghasil pisang berkualitas merek “Sunpride” oleh PT Sewu Segar Nusantara yang memiliki luas lahan 3500 hektar. Lokasi perkebunannya tak jauh dari Bandar Lampung, tepatnya di perbatasan Taman Nasional Way Kambas, Kecamatan Labuhan Batu, Lampung Timur. (sumber website resmi perusahaan)

“Dengan adanya JTTS di wilayah Lampung, Hutama Karya berharap dapat berkontribusi untuk memperlancar distribusi pemasaran buah lokal tersebut,” lanjutnya.

Begitu pula dengan Provinsi Sumatera Utara, hadirnya JTTS tak hanya akan mempermudah kecepatan dan konektivitas antar kabupaten, melainkan dapat menumbuhkan potensi-potensi ekonomi baru seperti seperti ke Kawasan Wisata Bukit Lawang Ecotourist, Tangkahan, Wisata Rohani Tuan Guru dan Tanjung Pura di Kabupaten Langkat.

“Kami pastikan, kesempatan ini sangat baik untuk mengembangkan potensi daerah yang dikelola masyarakat lokal,” imbuh Budi.

Potensi tumbuhnya pariwisata imbas JTTS pun terjadi di wilayah sekitar Ruas Bakter, Terpeka dan Mebi. Pasalnya, wilayah tersebut menjadi lebih mudah untuk di akses. Tak sedikit pula wisatawan dari arah Pulau Jawa menuju Pulau Sumatra melintas di JTTS untuk roadtrip dengan destinasi wisata yang berada di ruas – ruas tersebut.

“Seperti Pantai Pasir Putih, Taman Nasional Way Kambas, & Little Europe yang berada di sekitar Lampung atau Wisata Bukit Lawang, Pemandian Pelaruga, Wisata Tangkahan Langkat dan masih banyak wisata lainnya.” tuturnya.

 

 


JTTS Semakin Diminati Masyarakat  

Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Ruas Binjai-Langsa Seksi 1, Binjai-Stabat (Dok: Hutama Karya)

Memasuki 3 tahun diresmikannya JTTS, Hutama Karya memastikan peminat tol ini semakin tinggi setiap tahunnya. Hal ini tergambar dari terus meningkatnya volume kendaraan yang melintas di JTTS.

“Tercatat pertumbuhan Lalu lintas Rata-rata Harian (LHR) pada 2021 di JTTS mengalami kenaikan hingga 19,78 persen dari 2020. Nantinya trafik kendaraan JTTS akan terus membaik menjelang ruas-ruas di JTTS terhubung secara penuh dari Lampung hingga Aceh,” terang Budi.

Meskipun akibat pandemi Covid-19 dan kebijakan PPKM menyebabkan volume kendaraan sempat mengalami penurunan, trafik kendaraan terus membaik. Setiap harinya masyarakat semakin tahu manfaat JTTS karena telah memangkas lama tempuh.

Sebelum adanya JTTS, pengemudi yang ingin menuju kota Palembang dari arah Pulau Jawa dapat menempuh waktu hingga 12 jam perjalanan, setelah adanya JTTS pengemudi hanya menempuh 4-5 jam perjalanan saja.

“Dengan efisiensi waktu tersebut berdampak pada biaya transportasi & perawatan kendaraan yang lebih efisien, kecepatan pendistribusian barang logistik hingga kualitas barang menjadi lebih baik,” pungkasnya.

Infografis 4 Ruas Jalan Tol Trans Sumatera Siap Beroperasi Pertengahan 2019.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya