Liputan6.com, Jakarta - Tana Tidung adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Utara, Indonesia, yang disetujui pembentukannya pada Sidang Paripurna DPR RI pada 17 Juli 2007. Ibu kota Tana Tidung berada di Desa Tideng Pale, kecamatan Sesayap. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari tiga wilayah kecamatan di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur, yakni Kecamatan Sesayap, Sesayap Hilir dan Tanah Lia.
Sejak 2012, kabupaten ini merupakan bagian dari provinsi Kalimantan Utara, seiring dengan pemekaran provinsi baru tersebut dari provinsi Kalimantan Timur. Penduduk kabupaten ini paling sedikit dari semua kabupaten/kota di Kalimantan Utara, yakni 25.584 jiwa (2020), dengan kepadatan penduduk 6 jiwa/km persegi.
Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Tana Tidung. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Tana Tidung yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
Baca Juga
Advertisement
1. Asal Usul Nama Tideng Pale
Nama Ibu kota Kabupaten ini memang unik dengan ejaannya yang khas Tideng Pale (baca: Tidung Pala). Nama Tideng Pale berasal dari dua kosakata yakni "Tideng" dan "Pale". Dalam Bahasa Tidung "Tideng" artinya Gunung sementara "Pale" berarti "Tawar/Hambar",
Jika disatukan maka bermakna "Gunung Hambar". Gunung Hambar yang dimaksud adalah gunung yang di bawahnya mengalir Sungai Sesayap. Air Sungai Sesayap ini jika terjadi musim kemarau maka terbagi dua yaitu ada perbatasan antara air sungai yang berasa tawar dan air sungai yang berasa asin.
Maka daerah di sungai itu disebut Tideng Pale atau gunung pembatas antara air tawar dan air asin. Sedangkan nama Tanah Tidung sendiri konon berasal dari bahasa Belanda yaitu Afdeeling Tidoengschelanden (artinya Wilayah Tanah Tidung) dan kemudian berganti menjadi Kabupaten Tana Tidung.
2. Deklarasi Tana Tidung
Terbentuknya Kabupaten Tana Tidung, adalah hasil dari sebuah deklarasi yang dilakukan sejumlah tokoh masyarakat dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Bulungan.
Deklarasi yang sekaligus pembentukan presidium untuk memperjuangkan Kabupaten Tana Tidung, waktu itu dilaksanakan pada 22 November 2002 di Kayan Restoran Hotel Tarakan Plaza, Tana Tidung. Acara yang dihadiri sekitar 148 tokoh dari berbagai etnis masyarakat Kalimantan Utara itu, berlangsung dengan nuansa budaya yang sangat kental.
Ada pantun dalam bahasa Tidung, hingga tarian dan pakaian adat, mewarnai malam pendeklarasian Kabupaten Tana Tidung itu. Tak ketinggalan, sejumlah pejabat pemerintahan turut hadir dalam acara yang tema utamanya adalah mendeklarasikan keinginan masyarakat untuk membentuk sebuah kabupaten baru yang dinamakan Kabupaten Tana Tidung.
Advertisement
3. Prosesi Adat Tepung Tawar
Saat melakukan kunjungan kerja di Kalimantan Utara, Presiden Jokowi sempat mendatangi Kabupaten Tana Tidung, pada 19 Oktober 2021. Jokowi langsung disambut prosesi adat tepung tawar setibanya di Desa Bebatu, Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung. Ketua Adat Tidung Armansyah Ali Ketua Adat terlihat melantunkan selawat.
Dalam prosesi penyambutan adat, Ketua Adat juga memercikkan air dan memberikan ikat kepala khas daerahnya yang bernama sesingal tidung. Dalam bahasa adat setempat, prosesi tepung tawar disebut dengan timug bensaluy.
"Timug itu air, bensaluy itu pendingin. Beras kuning ini satu keagungan kami di Kalimantan sebagai ucapan syukur kepada pendatang," ujar Armansyah Ali, dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden.Jokowi datang ke Desa Bebatu untuk menanam mangrove bersama masyarakat setempat dan para pegiat lingkungan.
4. Hutan Mangrove
Taman Hutan Mangrove Tana Tidung terletak di Desa Tideng Pale Timur, Kecamatan Sesayap. Tempat ini sering menjadi tujuan dan pilihan wisatawan untuk menghabiskan masa liburan. Pemandangan dan kenyamanan udara di hutan bakau ini cukup menarik perhatian dan menggoda untuk terus dikunjungi.
Hutan seluas kurang lebih dua hektare ini telah mengalami banyak perubahan. Banyak sarana dan prasarana penunjang di sana telah dibenahi, termasuk jembatan ulin yang sebelumnya sudah ada beberapa papan yang berlubang. Tersedia pula gazebo untuk bersantai yang membuat pengunjung lebih betah menikmati pemandangan hutan bakau tersebut.
Banyak infrastruktur yang akan dibangun di sekitar hutan mangrove. Di antaranya akan dibuat rumah makan terapung di sepanjang jalur lintasan wisata mangrove, penangkaran buaya, perpustakaan baca, dan kolam ikan koi.
Dalam kunjungannya ke Tana Tidung pada Oktober 2021, Presiden Jokowi sempat menanam mangrove bersama sejumlah duta besar (dubes) negara sahabat dan masyarakat di Desa Bebatu, Penanaman mangrove ini merupakan upaya rehabilitasi hutan mangrove yang perlu diperbaiki.
Advertisement
5. Wisata Tana Tidung
Kabupaten Tana Tidung memiliki potensi wisata yang cukup besar karena kekayaan alam, tradisi seni dan budaya serta sejarah. Salah satu destinasi wisata populer di Tana Tidung adalah Gunung Rian.
Gunung Rian merupakan salah satu Hutan Lindung yang luas dan memiliki batu putih serta air terjun yang tinggi dan jernih dengan tujuh tingkat. Objek Wisata Alam Gunung Rian, khususnya air terjunnya punya potensi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata bagi masyarakat di dua daerah kabupaten, yakni Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Malinau.
Hal ini dikarenakan letaknya di antara kedua daerah kabupaten tersebut. Sehingga pada setiap akhir pekan maupun pada hari-hari libur selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal.
Ada juga Hutan Lindung Sungai Sesayap di sepanjang Sungai Sesayap. Terdapat Pohon Perengat yang merupakan tempat berlindung dan berteduh berbagai hewan yang dilindungi. Kita juga disuguhkan oleh pemandangan para nelayan yang sedang menangkap ikan dan menjala Udang, karena daerah ini merupakan daerah penghasil Udang.
Destinasi wisata lainnya adalah Persemaian Inhutani, Batu Mapan, Goa Buong Baru, Tugu Latsitarda, Air Terjun Long Beluah, Boloi Adat Tidung, dan masih banyak lagi.
6. Kuliner khas Tana Tidung
Ada beragam kuliner khas Tana Tidung. Ada Sate Temburung yang bahan utamanya temburung yaitu salah satu jenis hewan laut yang tampilannya mirip seperti kerang.
Cita rasanya sangat unik terutama karena perpaduan rasa gurih dari bumbu rempahnya dan rasa segar dari jeruk nipis. Ada juga Nasi Subut. Tampilan nasi ini sangat unik karena berwarna keunguan yang berasal dari ubi ungu.
Cita rasa nasi subut gurih dan lezat. Biasanya masyarakat setempat menyajikan nasi subut bersama dengan taburan jagung di atasnya. Kuliner khas lainnya dari Tana Tidung, ada Sambal Ikan Asin, Udang Galah, Sate Ikan Pari, Kue Tambi, dan Jahe Bawang Dayak.
Advertisement