Liputan6.com, Kiev - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Sabtu (9/4) berjanji akan memberikan lebih banyak bantuan ekonomi dan militer ke Kiev.
Bantuan itu diberikan di tengah konflik Ukraina-Rusia setelah bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, demikian dikutip dari laman Xinhua, Minggu (10/4/2022).
Baca Juga
Advertisement
Boris Johnson tiba di Kiev lebih awal pada Sabtu (9/4) untuk kunjungan satu hari.
Menurut pernyataan Downing Street, Johnson memberikan bantuan militer baru berupa 120 kendaraan lapis baja dan sistem rudal anti-kapal baru ke Ukraina selama perjalanannya.
Dia juga menjanjikan tambahan 500 juta dolar AS dalam pinjaman Bank Dunia ke Ukraina.
Pada konferensi pers setelah pembicaraan mereka, Zelensky mengatakan bahwa dia telah memberi tahu Johnson tentang kemajuan pembicaraan damai Ukraina dengan Rusia.
Zelensky mengharapkan London memainkan "peran kunci" dalam memberikan "jaminan keamanan" untuk Ukraina.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ukraina Umumkan Keadaan Darurat
Ukraina pada Rabu 23 Februari 2022 mengumumkan keadaan darurat 30 hari, kini perang telah berjalan lebih dari hari tersebut. Selain itu juga mendesak warga Ukraina di Rusia untuk segera meninggalkan negara itu ketika Kiev mengambil langkah-langkah untuk mempersiapkan kemungkinan invasi lebih lanjut oleh Rusia.
Semua pria yang memenuhi syarat untuk berperang diperintahkan untuk berpartisipasi dalam wajib militer oleh Ukraina, lapor Reuters.
Perkembangan tersebut merupakan indikator lain bahwa pintu menuju diplomasi sedang ditutup dan bahwa Ukraina sekarang sedang mempersiapkan diri untuk kemungkinan konflik bersenjata.
"Memprediksi apa yang mungkin menjadi langkah selanjutnya dari Rusia, separatis atau keputusan pribadi presiden Rusia - saya tidak bisa mengatakannya," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, menurut Reuters.
Mengutip The Hill, deklarasi tersebut disebutkan muncul ketika citra satelit baru yang diambil pada hari Selasa oleh Maxar Technologies menunjukkan pengerahan baru kendaraan militer dan tenda pasukan dan tempat perlindungan di Belarus selatan kurang dari 30 mil dari perbatasan Ukraina.
Para pejabat memperkirakan bahwa hingga 190.000 tentara Rusia telah dikumpulkan di dekat perbatasan Ukraina.
Para pejabat Rusia pekan lalu mengklaim bahwa mereka telah mulai menarik kembali beberapa pasukan mereka, tetapi para pejabat NATO dan AS mengatakan bahwa mereka yakin Rusia tampaknya hanya melakukan yang sebaliknya.
The New York Times mencatat bahwa pengerahan terbaru kemungkinan besar datang dari Rusia.
Advertisement
PBB Kecam Serangan Rudal Rusia terhadap Stasiun Kereta Api Ukraina
PBB menyebut serangan mematikan hari Jumat (8/4) terhadap stasiun kereta api Ukraina dan serangan-serangan lainnya “sama sekali tidak dapat diterima” dan merupakan "pelanggaran berat hukum humaniter (kemanusiaan) internasional dan hukum hak asasi manusia internasional, dan untuk itu pelakunya harus bertanggung jawab."
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengulangi seruan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres untuk "segera diakhirinya perang brutal ini," demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia.
Pejabat kereta api negara Ukraina mengatakan 50 orang tewas, termasuk lima anak-anak, dan sedikitnya 87 terluka dalam serangan rudal terhadap sebuah stasiun di Ukraina timur yang digunakan untuk mengevakuasi warga sipil.
Dua rudal dikatakan telah menghantam stasiun di Kramatorsk.
Gubernur wilayah Donetsk mengatakan ribuan orang berada di stasiun untuk berusaha pergi ke daerah-daerah yang lebih aman selagi wilayah itu bersiap untuk serangan besar Rusia, lapor Reuters.
Pejabat Ukraina menyalahkan Rusia atas serangan itu. Rusia telah membantah bertanggung jawab.
Kebutuhan Militer Ukraina
Juga pada hari Jumat, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berbicara dengan Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov tentang "kebutuhan militer Ukraina untuk mempertahankan negaranya," lapor VOA.
Austin memuji pengumuman yang disampaikan oleh Slovakia pada hari Jumat (8/4) bahwa negara itu akan mengirim sistem pertahanan udara S-300 ke Ukraina. Austin menyebut sistem itu sebagai "kemampuan pertahanan yang kritis."
AS "akan terus berkoordinasi dengan sekutu dan mitra kami untuk mendukung kebutuhan militer dan rakyat Ukraina," tambah Lloyd Austin.
Advertisement
Imbas Perang Ukraina, Finlandia Akan Usir 2 Diplomat Rusia
Finlandia akan mengusir dua diplomat Rusia dan tidak meneruskan visa salah satu di antaranya karena invasi Rusia terhadap Ukraina, demikian diumumkan Pemerintah Finlandia, Jumat (8/4).
Pada Jumat pagi, Presiden Finlandia Sauli Niinisto meminta dukungan maksimal negara-negara Barat untuk Ukraina dalam pertempuran Kiev melawan yang Rusia sebut sebagai operasi khusus.
Sebelumnya, sejumlah negara juga melakukan langkah serupa, di antaranya Italia yang mengusir 30 diplomat Rusia lantaran masalah keamanan, Reuters mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara, Minggu (10/4/2022).
Kemudian, Denmark mengusir 15 diplomat Rusia, Austria (4) dan Jepang (8) sebagai buntut dari konflik Rusia-Ukraina tersebut.