Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia punya banyak variasi menu ketika berbuka puasa, sebagai takjil. Mulai dari gorengan, kolak pisang, kurma, hingga aneka minuman dingin. Makanan dan minuman manis menjadi jenis yang dicari masyarakat.
Makanan atau minuman manis saat berbuka dinilai dapat mengembalikan gula darah yang turun setelah seharian berpuasa.
Advertisement
Namun hal berbeda dilakukan oleh Gunawan. Sejak beberapa tahun terakhir, dia tak lagi mengkonsumsi makanan manis yang terbuat dari campuran gula. Gunawan menderita diabetes sejak tahun 2019.
Sebelumnya, kolak pisang, es pisang hijau, hingga menu manis lainnya dikonsumsinya tanpa pandang bulu ketika berbuka puasa. Tapi, saat ini pun menu berbuka puasanya sudah sangat berbeda. Untuk menemukan rasa manis dia biasanya minum air kelapa hijau atau pun air sirup bebas gula dari salah satu brand. Lalu dilanjutkan dengan makan sejumlah buah, seperti melon hingga apel.
"Belum bisa jauh dari gorengan, tapi makan porsi dikit enggak kaya dulu. Lalu lanjut makan buah-buahan, jumlahnya juga dibatasi. Kalau buka puasa emang enggak makan nasi, cuma di sahur aja. Obat diabetes juga tetap diminum biasanya setelah pukul 19.30 atau 20.00 WIB," kata Gunawan kepada Liputan6.com.
Minuman sirup kata dia, dikonsumsinya ketika buka puasa selama Ramadan saja. Istrinya juga seringkali mengingatkan ketika dia ingin mengkonsumsi minuman manis buatan yang dijual di pasaran. "Tapi kalau istri dan anak tetap makan dan minuman takjil yang ada di pasaran. Iya gue cuma lihatin aja, kalau pengen istri langsung ingetin biar bisa umur panjang," ujar Gunawan sambil tertawa.
Menu Favorit Buka Puasa
Setiap orang memang memiliki menu favorit tersendiri ketika buka puasa. Ria Atrya, misalnya. Dia harus menyediakan menu wajib yakni kolak pisang, gorengan, dan sop buah untuk berbuka bersama keluarga. Kata dia, sejumlah hidangan tersebut hanya ada di keluarganya saat Ramadan saja.
"Itu disediain waktu puasa aja di luar puasa jarang makan-makan manis. Biasanya kalau buka itu kolak pisang dulu satu mangkok, sama sop buah. Kalau di keluarga kami sop buah susu terpisah tergantung selera masing-masing, jeda salat Magrib baru makan berat," kata Ria kepada Liputan6.com.
Sejumlah hidangan itu juga tak semua masak sendiri. Ria memilih untuk membeli kolak pisang dan gorengan di pedagang takjil dekat rumahnya. "Sekeluarga kita enggak minum teh manis jadi penggantinya kolak sama sop buah. Karena suka buah jadi sop buah wajib ada setiap buka puasa," dia menjelaskan.
Anjuran Islam dalam Berbuka Puasa
Saat Ramadan, penjual takjil selalu menjadi magnet tersendiri untuk masyarakat. Sajian takjil dengan cita rasa manis hingga gurih selalu menjadikan buruan untuk berbuka puasa. Menu buka puasa yang dicari mulai dari kurma, es buah, kolak, hingga martabak.
Karena hal itu sejumlah sentra takjil pun bermunculan di setiap wilayah saat jelang buka puasa. Salah satunya di kawasan Bendungan Hilir (Benhil) Jakarta Pusat. Sentra takjil itu juga sudah beroperasi sejak lama dan menjadi salah satu lokasi yang didatangi. Para penjual sempat tidak berjualan selama dua tahun pendemi Covid-19.
Sebenarnya seperti apakah anjuran berbuka buka menurut Islam?
Sekretaris PCNU Bandung Wahyul Afif Al-Ghafiqi atau Mako menyatakan saat zaman Nabi Muhammad SAW melakukan buka puasa dengan kurma kering dan air putih yang berdasarkan hadis riwayat Ahmad, Abu Dawud, Imam At-Tirmizi. Namun ada pula yang menyebutkan secara khusus Nabi Muhammad SAW berbuka dengan air putih ketika tidak ada kurma.
Hadis riwayat At-Tirmidzi dan Abu Dawud berbunyi, Rasulullah bersabda apabila salah seorang di antara kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma, karena dia adalah berkah, apabila tidak mendapatkan kurma maka berbukalah dengan air karena dia adalah bersih.
Pengibaratan Menu Buka Puasa
Berdasarkan dasar yang ada seperti halnya Al Quran, hadis hingga sunnah yang ada, Mako menyatakan sejumlah ulama pun melakukan pengambilan hukum Islam untuk aturan berbuka puasa. Selain kesepakatan para ulama ada pula melalui qiyas atau pengibaratan. Indonesia bukanlah negara penghasil kurma sehingga dari kesepakatan tersebut dapat diibaratkan dengan makanan dengan rasa manis.
"Kalau di Indonesia kurma misalkan tidak umum. Kurma ini umumnya apa yang manis-manis sama (seperti) pisang atau buah yang manis, misalkan rambutan. Jenis mangga ada yang memiliki rasa yang manis, lalu kolak dan lain sebagainya ada unsur manisnya. Bisa masuk ke dalam apa yang dimaksud oleh hadis Rasulullah tadi," kata Mako kepada Liputan6.com.
Dia juga menjelaskan saat berbuka puasa Rasulullah juga membatasi asupan makanannya. Seperti halnya hanya memakan kurma dalam jumlah sedikit misalnya tiga butir atau jumlah ganjil lainnya. Makanan manis lanjut Mako dikonsumsi dalam jumlah banyak memang dinilai tidak bagus untuk kesehatan.
"Jadi tidak boleh berlebihan makan yang manis-manis itu juga. Kolak dan lain sebagainya itu kan unsur manisnya luar biasa. Jadi kalau kemudian berlebihan maka akan menyebabkan malah bisa tidak bagus untuk kesehatan kita itu," ucapnya.
Advertisement
Makanan Manis untuk Buka Puasa
Dokter Spesialis Gizi Klinik, Johanes Chandrawinata menyatakan asupan makanan manis ketika berbuka puasa berfungsi mengembalikan gula darah yang sempat turun selama berpuasa. Selain kadar gula darah yang turun, tubuh juga kehilangan cairan saat melaksanakan puasa. Sehingga makan makanan manis sangat dianjurkan.
Makanan manis yang cukup baik dimaksud Johanes yaitu yang dapat memberikan manfaat tambahan untuk tubuh. Contohnya kurma yang banyak mengandung gula alami. Kandungan gula di dalam kurma tidak terlalu cepat menaikan gula di dalam darah atau naik secara perlahan. Kurma juga dinilai mengandung serat pangan yang dapat membantu dalam proses buang air besar (BAB).
Kemudian kurma juga mengandung antioksidan yang membantu menurunkan peradangan serta dapat membuat seseorang awet muda. Asupan kurma lanjut dia juga dinilai lebih bagus daripada kita minum teh manis.
"Idealnya kurma tiga sampai lima butir. Tergantung besarnya ya. Nah, jadi kurma itu sehat karena dia mengandung gula, kemudian juga mengandung serat dan antioksidan," kata Johanes kepada Liputan6.com.
Kendati begitu tak semua masyarakat mengkonsumsi kurma ketika berbuka puasa. Biasanya ada yang memilih kolak ataupun sop buah. Johannes menyebut sop buah masih cukup bagus untuk berbuka puasa. Kendati begitu penggunaan susu kental manis dan gula harus dibatasi.
Sebab buah-buahan yang digunakan sudah memiliki rasa yang cukup manis. Kemudian untuk kolak dia menyarankan agar masyarakat tidak menghabiskan air dalam besaran yang dikonsumsi. Air dalam kolak kata Johanes mengandung banyak gula dan santan.
Sebab jika dikonsumsi berlebihan akan berakibat pada naiknya asupan kalori dalam tubuh. Selain itu secara umum dapat mengakibatkan timbulnya kenaikan berat badan dan juga memicu munculnya sejumlah penyakit tidak menular. Misalnya diabetes, darah tinggi, trigliserida hingga asam urat.
"Misalnya kolak biji salak itu dari ubi dan ada tepungnya ya, jadi tidak banyak mengandung serat. Ada seratnya, tapi jauh lebih rendah dibandingkan kalau kita makan sop buah misalnya. Tapi untuk variasi boleh sesekali kita makan kolak, tapi di hari hari lain utamakan kurma atau sop buah lebih bagus untuk kelancaran pencernaan kita selama bulan puasa," ucapnya.
Kemudian Johanes juga menyoroti mengenai gorengan yang menjadi primadona saat berbuka puasa di masyarakat. Secara fisiologis kata dia, gorengan memerlukan waktu lebih lama untuk menaikkan kadar gula darah. Kemudian untuk masyarakat yang memiliki riwayat kolesterol tinggi dianjurkan untuk mengurangi gorengan.
Cakupan Cairan
Sementara itu untuk minuman berbuka puasa masyarakat juga sering memilih teh manis. Johanes menganjurkan agar masyarakat dapat minum tidak lebih dari satu gelas atau cukup 250 ml. Lanjut dia, saat berpuasa cakupan cairan juga harus tercukupi dengan benar.
"Disarankan pada saat berbuka puasa jangan langsung makan berat. Kita penuhi dulu kebutuhan tubuh, yaitu kurangnya cairan dan kurangnya gula di darah kita. Jadi kita minum air dua gelas ditambah makanan yang manis-manis. Utamakan kurma kalau mau sehat ya tiga butir kurma," ujar dia.
Kemudian setelah salat Magrib, kata Johanes dapat dilanjutkan dengan minum dua gelas air putih dan makan besar secukupnya. Hal tersebut dikarenakan saat berpuasa kegiatan rutin olahraga jarang dilakukan. Porsi secukupnya juga untuk menghindari kenaikan berat badan.
"Kita tetap mengikuti piring makan sehat. Anjuran piring makan sehat ini di Depkes juga ada, yaitu piringnya diameter 20 senti itu kita bagi dua setengahnya sayuran ditambah buahnya satu buah ukuran sedang. Yang setengahnya lagi dibagi seperempat bagiannya, itu adalah karbohidrat, seperempat piring protein. Ya, proteinnya harus yang bebas lemak ya," papar Johanes.
Makanan Manis Jahat dan Baik
Hal yang sama juga disampaikan oleh ahli gizi, Widi Siti Rodhiah. Asupan makanan atau minuman manis dibutuhkan saat berbuka puasa, kata dia. Sebab tubuh tidak menerima asupan apapun selama lebih dari 12 jam yang mengakibatkan adanya penurunan glukosa darah. Makanan manis berfungsi untuk meningkatkan kembali kadar glukosa darah kita.
Kendati begitu tak semua makanan manis dapat dikonsumsi. Makanan manis kata Widi terbagi menjadi dua, yakni yang sehat dan tidak sehat. Makanan manis yang baik yaitu diperoleh secara alami.
"Makanan manis (untuk buka puasa) yang baik itu yang berasal dari buah-buahan. Jadi kalau kita buka puasa nih bisa dari jus buah. Selanjutnya dari air kelapa, yang terakhir sesuai anjuran tadi ya, bisa juga dari kurma," kata Widi kepada Liputan6.com.
Sedangkan yang kurang sehat yaitu mengandung gula ataupun sirup. Kedua jenis tersebut tidak sehat jika dikonsumsi secara berlebihan. Sebab gula dan sirup mengandung indeks glikemik yang memiliki indikator cepat atau lambat untuk meningkatkan kadar glukosa darah dalam tubuh.
Makanan yang cepat menaikkan kadar gula akan membuat pankreas bekerja keras menghasilkan insulin setelah makan. Kemudian makanan yang mengandung gula dan sirup, contohnya kolak itu memiliki indeks glikemik yang tinggi.
"Makanya kenapa pas awal-awal makanan yang manis dan bergula tuh rasanya kayak seger, udah bertenaga lagi nih. Karena dia cepat meningkatkan kadar glukosa darah. Tapi sayangnya, selain dia meningkatkan, dia juga cepat menurunkan. Artinya kita cepat kenyang, tapi kita cepet laper, karena glukosa darah kita cepet turun," ucap dia.
Hal yang ditakuti menurut Widi yaitu setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung indeks glikemik yaitu mudah lapar dan berdampak pada konsumsi yang berlebihan. Selain makanan manis masyarakat Indonesia seringkali menyediakan gorengan untuk berbuka puasa. Gorengan merupakan jenis makanan yang berlemak.
Angka Kasus Diabetes di Indonesia
Karena hal itu, Widi mengimbau agar masyarakat dapat membatasi asupan makanan yang digoreng menggunakan minyak dengan suhu tinggi ataupun pengguna yang berulang. Apalagi jika seseorang yang mengkonsumsi gorengan kurang gerak atau tidak berolahraga.
"Lama-kelamaan akan menjadi apa? Bisa jadi berat badan kita naik, kita bisa jadi obesitas. Dan dalam jangka waktu yang panjang, dia tuh akan berbahaya bagi kesehatan jantung kita, dan juga berakibat atau beresiko terhadap penyakit tidak menular lainnya. Seperti stroke, hipertensi dan diabetes," ujar dia.
Untuk penyakit diabetes, Indonesia merupakan salah satu negara dengan penderita paling tinggi di dunia. Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF) 2021 Indonesia menempati urutan ke lima dengan jumlah penderita sebanyak 19,5 juta kasus. Jumlah tersebut diprediksi meningkat menjadi 28,6 juta kasus pada 2045.
Kemudian berdasarkan laman Kementrian Kesehatan terdapat sejumlah langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes. Yaitu dengan mempertahankan berat badan ideal, kemudian rutin beraktivitas fisik 30 menit setiap hari. Lalu, makan makanan sehat antara 3-5 porsi buah dan sayuran sehari.
Masyarakat juga diimbau mengurangi asupan gula, garam dan lemak jenuh. Selanjutnya menghindari penggunaan tembakau seperti halnya merokok, tembakau kunyah dan hindari mengonsumsi alkohol. Selanjutnya mengelola stres dan melakukan tes glukosa darah dan kadar HbA1c secara teratur.
Advertisement
Anjuran Pola Hidup Sehat saat Puasa
Widi menyatakan terdapat sejumlah prosedur yang harus dilakukan masyarakat agar dapat mencukupi asupan makanan dan cairan ketika bulan Ramadan. Pertama yaitu dianjurkan untuk meminum 1 gelas air putih. Menurut dia terdapat berbagai tipe berbuka puasa di masyarakat. Yaitu cukup makan takjil ada pula yang langsung makan berat atau nasi dengan lauk pauknya.
Meskipun habis berpuasa, masyarakat dianjurkan tidak tidak langsung makan dengan porsi banyak. Sebab pada prinsipnya ketika sedang berpuasa keadaan lambung kosong dan tidak bekerja. Karena itu makanan dengan porsi kecil dimaksudkan untuk melakukan penyesuaian sistem pencernaan. Ketika pencernaan tidak baik dapat berdampak pada susah buang air besar hingga diare.
"Bisa juga perut kita begah atau ngerasa enggak enak di daerah perut. Itu resiko dari langsung makan makanan yang berat. Oleh karena itu, dianjurkan untuk kita makan makanan porsi kecil terlebih dahulu. Makanan manis tadi, terus dilanjutkan ke salat Maghrib. Setelah salat Maghrib baru konsumsi makanan berat," paparnya.
Lanjut Widi, porsi makan berat yang dikonsumsi harus mencakup sumber karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, serta buah. Jumlahnya juga seimbang atau tidak ada yang lebih banyak atau lebih sedikit berdasarkan "isi piringku". Kemudian untuk cairan pun juga harus tercukupi yaitu 8 gelas sehari atau setara dengan dua liter.
Cakupan air dapat dimulai sejak bangun tidur saat sahur. Kemudian setelah sahur dan ketiga saat buka puasa. Dilanjutkan kembali setelah salat Magrib.
"Selanjutnya kan setelah salat Magrib ini kita makan nih, setelah makan (minum). Kemudian setelah salat Isya atau setelah taraweh, dan yang terakhir adalah saat kita akan tidur. Jadi harus dicukupi 8 gelas air minum perhari," Widi menandaskan.