Liputan6.com, Jakarta - Warganet di Indonesia dibuat murka dengan kabar yang menyebutkan, Malaysia berencana untuk mengklaim Reog Ponorogo sebagai warisan budaya mereka ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Adapun kabar Malaysia ingin megklaim budaya Reog Ponorogo ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
Advertisement
"Untuk Reog, Negara Malaysia rencananya mau ajukan juga, maka dari itu kita harus lebih dulu. Karena ini kan sudah menjadi budaya dan warisan kita," terangnya baru-baru ini.
Baginya, mengklaim suatu budaya sebetulnya tidak salah dan masing-masing negara boleh mengajukan. Meski begitu, Muhadjir menegaskan kesenian Reog memiliki bukti sejarah dan tradisi yang sudah mengakar di Indonesia.
Mendengar kabar Malaysia akan mengklaim salah satu budaya identik Indonesia sebagai milik mereka, sontak warganet di Tanah Air bereaksi keras. Toh, ini bukan pertama kalinya Negeri Jiran itu mengklaim kebudayaan Indonesia.
Selain ramai di platform media sosial, seperti Twitter. Sebuah petisi online Save Reog Ponorogo yang dibuat oleh akun Ponorogo Hebat, muncul di laman change.org.
Dalam petisi itu, disebutkan Reog Ponorogomerupakan satu dari rekomendasi Warisan Budaya Tak Benda yang diajukan ke UNESCO, selain dari Tempe, Budaya Sehat Jamu, Ulos, Tenun Ikat Sumba Timur, dan Kolintang.
Hingga artikel ini diterbitkan, petisi online Save Reog Ponorogo di change.org tersebut sudah mengantongi 20,991 tanda tangan dari targetnya di angka 25 ribu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Suara Warganet Soal Reog Ponorogo
Di sis lain, warganet pun juga menyuarakan dukungan mereka terhadap kesenian Reog Ponorogo berasal dari Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa cuitan yang dikumpulkan oleh tim Tekno Liputan6.com, Senin (11/4/2022).
Advertisement
Melengkapi Dokumen
Di sisi lain, Untuk memperjuangkan dan memastikan Reog Ponorogo menjadi WBTB yang diakui UNESCO merupakan manifestasi dalam memperteguh jati diri bangsa dan bentuk pelestarian budaya. Hal itu dilindungi oleh Undang-Undang No 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
"Atas dasar itu, KSP juga mendorong percepatan diplomasi kebudayaan di level dunia, agar reog bisa segera dinobatkan oleh UNESCO sebagai milik kita," terang Abet.Sebagai informasi, pemerintah sudah mengajukan kesenian Reog Ponorogo ke UNESCO sebagai WBTB milik Indonesia pada 18 Februari 2022.
Kepastian ini disampaikan Menko PMK Mihasjir Effendy, pada Kamis, 7 April lalu. Sementara itu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa meminta kepada pemerintah Kabupaten Ponorogo segera melengkapi dokumen tentang sejarah warisan budaya Reog Ponorogo kepada UNESCO.
"Pak Menko PMK, Muhadjir Effendy mengkonfirmasi bahwa kemungkinan ada negara tetangga kita (Malaysia) yang juga akan mengajukan Reog ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage/ICH)," ucap Khofifah Indar Parawansa, melansir kanal Jatim Liputan6.com.
Brand Tetap Ponorogo
Menurut Khofifah, ini menjadi pertaruhan bagi pemerintah Indonesia dan Jawa Timur, khususnya Bupati Ponorogo. Dengan menyiapkan dokumen-dokumen yang bisa memberikan penguatan kepada UNESCO bahwa Reog memang adalah Warisan Budaya Tak Benda dari Ponorogo.
"Ini waktunya memang sangat pendek, maksimalisasi untuk menyiapkan dokumen-dokumen yang terkait dari keabsahan bahwa Reog Ponorogo itu memang terlahir dari Ponorogo Jawa Timur Indonesia menjadi penting karena pengiriman ke UNESCO itu atas nama pemerintah Indonesia," imbuhnya.
Dia menambahkan, dari kelemahan yang harus menjadi catatan adalah sejarah dari proses sampai lahirnya Reog Ponorogo tidak diikuti oleh dokumen yang lengkap. “Tiap kali Pemprov Jatim melakukan misi dagang ke berbagai daerah di Indonesia, kelompok Reog Ponorogo adalah yang paling solid. Mau ditampilkan di daerah manapun, namanya tetap Reog Ponorogo,” jelasnya.
Artinya, lanjut Khofifah, dari sisi terminologi yang menjadi brand tetap Ponorogo. Akan tetapi kalau diajukan sebagai Warisan Budaya Tak Benda ke UNESCO tidak cukup hanya brand.
(Ysl/Isk)
Advertisement