Liputan6.com, Jakarta Sejak diterapkannya sanksi dari beberapa negara sebagai respons invasi Rusia ke Ukraina, beberapa perusahaan menarik diri dari negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin itu.
Terbaru, perusahaan teknologi Acer, mengumumkan penangguhan bisnis mereka di Rusia. Langkah ini disampaikan perusahaan asal Taiwan ini melalui akun Twitter mereka pada Jumat pekan lalu.
Advertisement
Dikutip dari pengumuman tersebut, Senin (11/4/2022), Acer menyatakan bahwa mereka patuh pada regulasi dan hukum perdagangan internasional yang sedang diterapkan.
Selain itu, perusahaan juga mengawasi secara cermat konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
"Karena perkembangan terakhir, Acer telah memutuskan untuk menangguhkan bisnisnya di Rusia," tulis produsen laptop tersebut dalam keterangan resminya.
Acer menambahkan, perusahaan pun akan berfokus pada keselamatan semua karyawannya, yang mencakup upaya berkelanjutan, untuk membantu setiap individu dan keluarga mereka yang terdampak situasi perang Ukraina saat ini.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Berharap Kedamaian Pulih
"Acer berharap kedamaian akan pulih sesegera mungkin," imbuh mereka.
Menutup pengumuman tersebut, Acer mengatakan sedang bekerja dengan beberapa organisasi dan lembaga nirlaba internasional, dalam rangka memberikan dukungan kemanusiaan.
Dikutip dari Gadgets 360, bulan lalu, produsen komputer terkemuka Taiwan lainnya, Asus, juga mengumumkan bahwa pengirimannya ke Rusia terhenti, disebabkan kondisi perang.
Pengumuman Acer muncul beberapa hari usai Wakil Perdana Menteri Ukraina Mykhailo Fedorov, menerbitkan surat kepada Chairman Asus, Jonney Shih, yang meminta perusahaan "mengakhiri hubungan apa pun" dengan Rusia.
Sebelumnya, Fedorov, yang juga Menteri Urusan Digital Ukraina, juga mendesak perusahaan teknologi multinasional seperti Intel, Microsoft, dan PayPal, untuk menghentikan operasinya di Rusia.
Advertisement
Pusat Manufaktur Microchip
Sementara itu, beberapa waktu lalu, pemerintah Taiwan merilis daftar 57 "komoditas teknologi tinggi strategis" yang tunduk pada kontrol ekspor yang lebih ketat.
Beberapa perangkat tersebut termasuk komputer, perangkat telekomunikasi dan avionik, serta peralatan untuk membuat semikonduktor.
Dengan keberadaan daftar ini, eksportir harus meminta persetujuan terlebih dulu dari Biro Perdagangan Luar Negeri, apabila mereka ingin mengirimkan barang yang dikontrol ke Rusia.
Taiwan sendiri merupakan pusat manufaktur utama untuk microchip dan rumah bagi pembuat chip kontrak terbesar di dunia, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC).
Beberapa perusahaan teknologi sebelumnya sudah menarik bisnis mereka dari Rusia, sebagai imbas dari perang yang terjadi di Ukraina, misalnya Samsung.
Dalam pengumumannya, perwakilan Samsung dalam menyebut, "Karena perkembangan geopolitik saat ini, pengiriman produk ke Rusia telah ditangguhkan."
Perusahaan Teknologi Tarik Diri dari Rusia
Mengutip The Verge, Senin (7/3/2022), pihak Samsung juga mengatakan mereka akan terus memantau situasi yang terjadi untuk menentukan langkah selanjutnya.
Tak hanya produk smartphone Samsung yang dihentikan pengirimannya ke Rusia. Berbagai produk lain ikut disetop.
"Penangguhan Samsung mencakup produk mulai dari chip hingga smartphone dan produk elektronik konsumen," kata sebuah sumber kepada Bloomberg.
Apple, pengembang gim FIFA EA, hingga Cyberpunk 2077 CD Projekt Red telah menghentikan penjualan di Rusia. Microsoft juga mengumumkan bahwa semua penjualan baru produk dan layanan Microsoft di Rusia dihentikan.
Sementara, platform teknologi juga mengambil tindakan serupa. Google misalnya, menghentikan semua penjualan iklan di Rusia.
Forum online Reddit juga melarang tautan ke seluruh situs media yang disponsori oleh pemerintah Rusia. Tidak hanya itu, Facebook juga menghentikan visibilitas media pemerintah Rusia secara global.
(Dio/Isk)
Advertisement