Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan bahwa Indonesia akan mengajak semua anggota G20 untuk hadir di Indonesia. Ia meminta agar para anggota tetap ingat bahwa tujuan G20 adalah memberikan solusi ekonomi jangka panjang.
Pernyataan itu dilontarkan Menlu Retno ketika muncul suara-suara yang protes terhadap kehadiran Rusia ke forum G20. Menteri Keuangan AS Janet Yellen berkata delegasi negaranya enggan untuk hadir di pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral pada 20 April mendatang.
Baca Juga
Advertisement
"Kita seharusnya tidak kehilangan tanggung jawab jangka panjang G20 sebagai diskusi ekonomi teratas dan pemicu pemulihan ekonomi," ujar Menlu Retno dalam konferensi pers virtual bersama Menlu Kanada Mélanie Joly, Senin pagi (11/4/2022).
"Indonesia akan terus melanjutkan komunikasi dan konsultasi terbuka dengan semua anggota G20," tegas Menlu Retno Marsudi.
Kedaulatan Wilayah Ukraina
Terkait invasi Rusia, Menlu Retno mengaku turut prihatin dan meminta agar kedaulatan wilayah di semua negara dijaga. Isu tersebut menjadi pembahasan dengan Menlu Joly.
"Kami berbagi pandangan yang sama tentang menjunjung prinsip menghormati integritas dan kedaulatan wilayah. Saya menggarisbawahi bahwa prinsip-prinsip tersebut perlu dijunjung secara konsisten oleh semua negara," kata Menlu Retno.
"Saya juga menggarisbawahi seruan Indonesia untuk mengakhiri perang sekarang," lanjut Menlu Retno tanpa menyebut nama negara yang menyerang.
Menlu Kanada pun menegaskan dukungannya kepada Indonesia sebagai tuan rumah G20 di tengah "isu-isu geopolitik yang kompleks."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dubes Rusia Tak Pusingkan Ancaman Boikot Janet Yellen
Kedutaan Besar Rusia di Indonesia memberikan respons dingin terhadap ucapan Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen. Ia mengaku siap memboikot salah satu pertemuan G20 jika Rusia turut diundang.
Sasaran Yellen adalah forum pada 20 April 2022 yakni pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral.
Ketika ditanya respons Rusia, Duta Besar Rusia Lyudmila Vorobieva ternyata tidak ambil pusing atas ancaman itu.
"Itu urusan mereka," ujarnya kepada Liputan6.com, Sabtu (9/4).
Pertemuan 20 April bertajuk Pertemuan Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Apabila ancaman Janet Yellen terwujud, maka pertemuan itu berpotensi tidak dihadiri oleh gubernur Bank Sentral AS alias the Federal Reserve (the Fed).
Liputan6.com telah menghubungi juru bicara Kementerian Keuangan, Rahayu Puspasari, untuk mengetahui respons kementeriannya. Namun, Rahayu hanya meminta untuk bertanya kepada Kementerian Luar Negeri. Mantan Direktur Utama Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) itu juga tidak menjawab apa yang terjadi jika Janet Yellen dan the Fed tidak hadir.
Sebelumnya, Dubes Rusia berkata Presiden Vladimir Putin ingin datang ke Indonesia, meski belum ada kabar informasi pasti.
Amerika Serikat juga belum secara tegas akan memboikot pertemuan puncak G20 pada November 2022. Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, menjelaskan bahwa Presiden Joe Biden ingin Rusia tidak disertakan di pertemuan G20. Akan tetapi, itu bukan berarti AS akan memboikot.
Advertisement
Harapan Kemlu RI Jika AS Lanjut Boikot
Pihak Kemlu RI telah mengetahui bahwa penolakan AS ini adalah terkait sesi pertemuan menteri keuangan negara anggota G20, bukan secara keseluruhan.
"Pernyataan tersebut sudah diklarifikasi Jubir Menteri Keuangan AS bahwa yang dimaksudkan adalah di track keuangan," ujar juru bicara Kemlu Teuku Faizasyah kepada Liputan6.com melalui pesan singkatnya, Jumat (8/4).
Dalam kesempatan tersebut, Teuku Faizasyah juga menyampaikan harapan agar aksi boikot seperti diungkapkan Menteri Yellen tak berbuntut panjang hingga ke perhelatan inti G20 Indonesia yang digelar akhir tahun ini.
"semoga tidak berkepanjangan ya," pungkasnya.
Sementara itu, pengamat Hubungan Internasional Hikmahanto Juwana menilai sikap Amerika Serikat yang seperti demikian bak meninggalkan Indonesia untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
"Sikap AS seolah memperlakukan Indonesia sama dengan Ukraina saat diserang oleh Rusia, ditinggalkan sendirian untuk memecahkan masalah," ujar Hikmahanto ketika dihubungi Liputan6.com.
AS Perlu Empati ke Tuan Rumah
Menurut Hikmahanto, Indonesia sebelumnya selalu menuruti kemauan Amerika Serikat. Padahal seperti Ukraina yang hendak bergabung dalam NATO, Indonesia sebelumnya telah menuruti kemauan AS dan sekutunya untuk berhadapan dengan Rusia
Indonesia telah menjadi co-sponsor di mana AS menjadi sponsor utama atas Resolusi Majelis Umum PBB untuk mengutuk serangan Rusia. Hikmahanto menambahkan, tentu Indonesia layak dihukum oleh AS dan sekutunya bila suara Indonesia abstain, bahkan menentang Resolusi PBB yang mengutuk Rusia.
"Lebih lanjut sikap AS seolah tidak berempati dengan posisi Indonesia sebagai Tuan Rumah G20," ungkapnya.
Hal ini mengingat Indonesia telah melakukan berbagai persiapan, bahkan menyelenggarakan pertemuan-pertemuan di tingkat teknis untuk membahas terobosan bagi tumbuhnya perekonomian dunia.
Semua ini dimatikan karena medan perang antara Rusia dengan AS dan sekutunya telah dipindahkan dari Ukraina ke Indonesia.
"Indonesia masih memiliki ketergantungan dengan Rusia yang cukup signifikan mulai dari suku cadang pesawat tempur Shukoi hingga BBM yang telah disuling," jelasnya lagi.
Advertisement