Bursa Saham China Lesu pada Awal Pekan, Ini Penyebabnya

Bursa saham China menghadapi banyak tantangan di dalam dan luar negeri, menyebabkan investor menjual saham lagi.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 11 Apr 2022, 19:46 WIB
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Saham China jatuh pada Senin (11/4/2022), seiring meningkatnya kekhawatiran kasus COVID-19 di dalam negeri dan kenaikan suku bunga global menambah hambatan regulasi yang terus-menerus.

Melansir Yahoo Finance, sektor teknologi kembali tertekan, dengan indeks Hang Seng teknologi turun 5,2 persen di Hong Kong. Indeks Hang Seng merosot 2,5 persen, sementara Indeks acuan CSI 300 China juga merosot 3 persen.

Bursa saham China menghadapi banyak tantangan di dalam dan luar negeri, menyebabkan investor menjual saham lagi meskipun pada pertengahan Maret ada janji dari pihak berwenang untuk mendukung ekonomi dan sektor properti dan teknologi yang babak belur.

Rekor kasus COVID-19 di Shanghai, lonjakan harga  pabrik China yang lebih dari perkiraan, kekhawatiran tentang peraturan teknologi dan lonjakan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) semuanya digabungkan untuk memicu kerugian Senin.

"Sangat sedikit yang bisa optimis,” kata Analis senior di Shanghai PD Fortune Asset Management (LLP), Zhang Fushen.

"Cahaya dari janji kebijakan beberapa minggu lalu mulai memudar, terutama dengan situasi di Shanghai. Ada suasana yang suram,” ia menambahkan.

Regulator pasar modal China memberikan panduan ke perusahaan manajer investasi untuk menahan diri dari aksi jual saham seri A pada Senin, 11 April 2022, menurut sumber.

Namun, indeks CSI 300 melemah ke level terendah sejak 15 Maret karena investor asing menjual 5,8 miliar yuan atau USD 910 juta saham lokal terbesar dalam tiga minggu, berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pemulihan

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Bursa saham lokal menguat dari koreksi tajam pada pertengahan Maret, karena pejabat tinggi membuat serangkaian janji dari mengakhiri tindakan keras terhadap teknologi hingga mendukung listing atau pencatatan saham di luar negeri.

Mayoritas manajer investasi dan analis yang disurvei oleh Bloomberg pada akhir bulan lalu mengatakan mereka berencana untuk menambah kepemilikan saham.

Optimisme investor sedang diuji karena penguncian atau lockdown di kota-kota China mengancam operasi bisnis.

Kemudian, pengumuman oleh produsen kendaraan listrik China Nio Inc yang menghentikan produksi mobil karena gangguan lockdown, mendorong saham logam dan baterai lebih rendah pada indeks CSI 300. Saham raksasa baterai Contemporary Amperex Technology Co dan Tianqi Lithium Corp masing-masing turun lebih dari 7 persen.

"Reli pemulihan baru-baru ini di ekuitas China berisiko dari periode berlarut-larutnya pengeluaran konsumen yang lebih rendah untuk layanan dari penguncian yang merusak penjualan perumahan," kata Managing Partner di SPI Asset Management, Stephen Innes.

Pengukur Intelijen Bloomberg dari pengembang China kehilangan lebih dari 4 persen pada Senin sebelum memangkas beberapa kerugian.

 


Lonjakan Imbal Hasil Obligasi AS Tekan Sektor Saham Teknologi

Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Bilibili Inc anjlok lebih dari 11 persen dan alami penurunan terbesar pada indeks Hang Seng Tech, yang berada di jalur untuk kerugian hari keempat.

Dewan Negara China mengeluarkan pedoman baru selama akhir pekan untuk menghapus monopoli data di perusahaan platform dan mencegah mereka membatasi persaingan.

Saham teknologi lebih rendah di seluruh Asia pada karena imbal hasil AS 10 tahun naik hingga 2,75 persen untuk pertama kalinya sejak Maret 2019.

Bahkan, investor juga sangat memperhatikan perkembangan terkait dengan potensi delisting perusahaan China di bursa Amerika karena Beijing berjanji untuk meredakan risiko dengan proposal radikal.

"Apa yang kami lihat pada Maret adalah pengurangan premi risiko regulasi dengan putaran balik oleh regulator China mengenai potensi penghapusan listing di AS,” kata Kepala Riset APAC di Qontigo, Olivier d'Assier.

"Apa yang kami lihat sejauh ini di April, adalah peningkatan premi risiko regulasi dari penguncian COVID-19, penurunan peringkat ekonomi, dan hubungan AS-China yang memburuk. Ini akan terus membebani sentimen dan pasar dalam waktu dekat,” ia menambahkan.


Awal Sesi Perdagangan

Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik dibuka bervariasi pada Senin pagi (11/4/2022) seiring investor mencermati rilis data inflasi China pada Maret 2022.

Bursa saham China memimpin koreksi di Asia. Indeks Shanghai melemah 1,19 persen. Sementara itu, indeks Shenzhen susut 2,158 persen.

Indeks Hang Seng tergelincir 2,21 persen. Saham produsen kendaraan listrik Nio yang tercatat di Hong Kong merosot lebih dari 7 persen. Hal ini setelah umumkan suspensi produksi karena gangguan rantai pasokan seiring dampak COVID-19.

China umumkan rilis data ekonomi inflasi. Inflasi produsen China pada Maret 2022 lebih tinggi dari yang diharapkan. Indeks harga produsen melonjak 8,3 persen dibandingkan tahun lalu. Rilis data ekonomi tersebut diharapkan 7,9 persen.

Rilis data inflasi konsumen China juga menguat lebih dari yang diharapkan pada Maret 2022. Indeks harga konsumen naik 1,5 persen.

Rilis data ekonomi China hadiri di tengah pemerintah China berjuang kendalikan COVID-19 seiring kasus COVID-19 yang buruk sejak awal pandemi COVID-19.

Indeks Nikkei 225 di Jepang tergelincir 0,61 persen di awal perdagangan sementara indeks Topix turun 0,35 persen. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,47 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,1 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,08 persen lebih rendah.

 

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya