Harga Emas Gagal Melambung karena Komentar The Fed

Tekanan terhadap harga emas terjadi usai Presiden the Fed Chicago Charles Evans mengisyaratkan tidak akan menentang kenaikan suku bunga yang agresif.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 12 Apr 2022, 07:30 WIB
Petugas menunjukkan sampel logam mulia di Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis, (23/7/2020). Usai cetak rekor ke posisi termahalnya di Rp 982 ribu, harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Emas Antam) kembali turun Rp 5.000 menjadi Rp 977 ribu per gram pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas di pasar spot dan berjangka naik tipis pada perdagangan Senin. Dalam sesi perdagangan harga emas sebenarnya naik tinggi tetapi kemudian mengalami tekanan karena salah satu presiden Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) berkomentar soal suku bunga.

Mengutip CNBC, Selasa (12/4/2022), harga emas di pasar spot naik 0,1 persen ke level USD 1.947,80 per ounce setelah mencapai level tertinggi sejak 14 Maret di USD 1.968,91 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup naik 0,1 persen ke level USD 1.948,2 per ounce.

Harga emas menyerah setelah mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Tekanan terhadap harga emas terjadi usai Presiden the Fed Chicago Charles Evans mengisyaratkan tidak akan menentang kenaikan suku bunga yang agresif.

Ia memastikan bahwa kenaikan suku bunga the Fed akan berjalan cepat dengan beberapa kali kenaikan sebesar 50 basis poin pada pertemuan bank sentral yang akan datang.

"Pertanyaan sebenarnya adalah apakah (The Fed) benar-benar akan mengambil sikap yang cukup kuat terhadap tekanan inflasi ini untuk mencegah potensi apa yang kami yakini masih bisa mendukung harga emas?" kata Direktur Perdagangan Logam Mulia High Ridge Futures, David Meger.

Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Namun kenaikan suku bunga akan menekan harga emas yang tidak memberikan imbal hasil. Ia harus bersaing dengan obligasi yang memberikan dua keuntungan yaitu imbal hasil dan kenaikan harga

Fokus sekarang adalah pada laporan harga konsumen AS bulan Maret yang akan dirilis pada hari Selasa. Para pelaku pasar mengharapkan kenaikan lebih lanjut karena dampak perang Ukraina pada biaya energi.

"Perang terus berlanjut dan tanpa solusi yang jelas dan menjadi bukti bahwa itu menjadi masalah jangka panjang," kata analis pasar luar negeri Kinesis Carlo Alberto De Casa. Hal ini menurutnya mendukung harga emas.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Harga Paladium

Petugas menunjukkan emas batangan di gerai Butik Emas Antam di Jakarta, Jumat (5/10). Harga emas PT Aneka Tambang Tbk atau Antam naik Rp 1.000 menjadi Rp 666 ribu per gram pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Harga paladium stabil setelah melonjak sebanyak 5 persen pada perdagangan Senin di tengah kekhawatiran pasokan. Kenaikan harga ini menyusul penangguhan baru-baru ini pada perdagangan logam yang bersumber dari Rusia di bursa London.

Harga paladium berada diUSD 2.425,04 per ons pada pukul 18.14 GMT. Paladium mengalami perdagangan yang berombak, setelah sebelumnya mencapai puncaknya sejak 24 Maret di USD 2,550,58 per ons.

Paladium Rusia yang baru dimurnikan ditangguhkan dari perdagangan di Bursa London mulai Jumat. Bursa menolak akses perdagangan paladium karena perang Ukraina.

"Dukungan fundamental yang mendasari kekhawatiran tentang gangguan pasokan tetap menjadi titik fokus utama pasar," kata David Meger.

 


Prediksi Harga Emas Sepekan

Seorang pegawai menunjukan emas batangan di Jakarta, Senin (10/10). Harga jual emas PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (Antam) pada perdagangan awal pekan ini terpantau stagnan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sentimen penguatan harga emas masih terlihat jelas pada perdagangan pekan ini. Hal ini karena logam mulia tersebut mampu melawan kenaikan imbal hasil obligasi karena Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) terlihat secara agresif memperketat kebijakan moneter.

Berdasarkan survei terbaru dari Kitco yang berjudul Kitco News Weekly Gold Survey menunjukkan bahwa tidak ada analis di Wall Street yang memprediksikan harga emas akan bearish pada waktu dekat. Mayoritas analis memperkirakan harga emas akan bergerak lebih tinggi pada minggu ini.

Pada saat yang sama, investor ritel juga mengharapkan hal yang sama. Sebagian investor ritel yang disurbei oleh Kitco pada minggu ini memberikan sinyal bullish yang kuat pada logam mulia.

Banyak analis telah mencatat ketahanan emas terhadap imbal hasil obligasi berjangka waktu 10 tahun telah meningkat ke level tertinggi dalam 3 tahun. sebagian besar investor telah menjual obligasi yang dimiliki karena risalah the Fed di Maret memberikan sinyal anggota komite dapat menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada dua pertemuan berikutnya.

Terlepas dari semua berita bearish ini, harga emas telah berhasil berkonsolidasi antara USD 1.900 per ounce dan USD 1.950 per ounce. Sementara analis belum melihat harga emas belum bisa menembus level atasnya. Mereka memperkirakan harga akan terus menguji di kisaran tersebut.

"Setelah selamat dari tekanan the Fed pada minggu kemarin, saya percaya emas bisa bergerak lebih tinggi mengingat berapa harganya sekarang," kata kepala strategi komoditas di Saxo Bank Ole Hansen.

"Emas masih berada di antara USD 1.890 hingga USD 1.950, tetapi saya semakin menyukai sisi atas untuk diuji selanjutnya." tambah dia.

 


Survei Kitco

Emas batangan diperlihatkan petugas di kantor BNI Syariah, Jakarta, Senin (30/11). Harga jual-beli kembali (buyback) emas Antam turun Rp 1.000 usai akhir pekan kemarin naik di tengah turunnya harga emas global. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Minggu ini, sebanyak 16 analis di Wall Street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Di antara peserta, sepuluh analis atau kurang lebih 63 persen menyerukan harga emas naik minggu ini.

Pada saat yang sama, enam analis atau 38 persen memilih untuk netral terhadap harga. Tak Ada satupun analis yang memperkirakan harga emas akan turun pada pekan ini.

Sementara itu, 842 suara diberikan dalam jajak pendapat secara online di Main Street. Dari jumlah tersebut, 478 responden atau 57 persen memperkirakan harga emas naik pada minggu ini.

Selain itu, sebanyak 198 responden atau 23 persen mengatakan harga emas akan bergerak lebih rendah. Di luar itu, 166 pemilih atau 20 persen memilih netral dalam waktu dekat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya