Tahan, Berbuka Puasa dengan yang Manis tapi Jangan Berlebihan

Makanan dan minuman manis memang penting saat berbuka puasa.

oleh Ika Defianti diperbarui 12 Apr 2022, 17:35 WIB
Pembeli memilih makanan untuk berbuka puasa (takjil) di kawasan Pasar Lama, Kota Tangerang, Selasa (20/4/2021). Bulan Ramadhan, membuat sejumlah pedagang takjil musiman bermunculan dan menawarkan aneka makanan dan minuman untuk umat Islam yang menjalankan puasa. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Penjual takjil kini banyak diburu menjelang waktu buka puasa di bulan Ramadan ini. Kebanyakan, yang dicari adalah takjil atau makanan kecil untuk berbuka puasa dengan rasa manis.

Berbagai menu khas takjil memang selalu identik dengan cita rasa yang manis hingga makanan gurih. Ini juga sesuai dengan lidah dan taste orang Indonesia.

Makanan dan minuman manis memang penting saat berbuka puasa.Makanan atau minuman manis saat berbuka puasa dinilai dapat mengangkat kembali gula darah di tubuh kita yang turun setelah seharian berpuasa.

Macam macam menu takjil pun beredar di kalangan para penjual takjil. Yang paling dicari masyarakat adalah k urma, es buah, kolak, hingga martabak manis.Tak heran, beberapa sentra takjil pun bermunculan di setiap wilayah saat jelang buka puasa. Salah satunya di kawasan Bendungan Hilir (Benhil) Jakarta Pusat. Sentra takjil itu juga sudah beroperasi sejak lama.

Sebenarnya seperti apakah anjuran berbuka buka menurut Islam ?

Saat zaman Nabi Muhammad SAW, beliau melakukan buka puasa dengan kurma kering dan air putih yang berdasarkan hadis riwayat Ahmad, Abu Dawud, Imam At-Tirmizi. Hal ini dijelaskan Sekretaris PCNU Bandung Wahyul Afif Al-Ghafiqi atau Mako.

Tapi, ada pula yang menyebutkan secara khusus Nabi Muhammad SAW berbuka dengan air putih ketika tidak ada kurma.

Contohnya yaitu, Rasulullah bersabda "Apabila salah seorang di antara kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma, karena dia adalah berkah, apabila tidak mendapatkan kurma maka berbukalah dengan air karena dia adalah bersih (At-Tirmidzi dan Abu Dawud)"

 


Kesepakatan Melalui Qiyas

Berdasarkan dasar yang ada seperti halnya Al Quran, hadis hingga sunnah yang ada, Mako menyatakan sejumlah ulama pun melakukan pengambilan hukum Islam untuk aturan berbuka puasa.

Selain kesepakatan para ulama ada pula melalui qiyas atau pengibaratan. Indonesia bukanlah negara penghasil kurma sehingga dari kesepakatan tersebut dapat diibaratkan dengan makanan dengan rasa manis.

"Kalau di Indonesia kurma misalkan tidak umum. Kurma ini umumnya apa yang manis-manis sama (seperti) pisang atau buah yang manis, misalkan rambutan. Jenis mangga ada yang memiliki rasa yang manis, lalu kolak dan lain sebagainya ada unsur manisnya. Bisa masuk ke dalam apa yang dimaksud oleh hadis Rasulullah tadi," kata Mako kepada Liputan6.com.


Jangan Berlebihan

Ilustrasi buka puasa dengan teman. (Photo by PNW Production: https://www.pexels.com/photo/women-in-hijab-having-picnic-on-the-beach-8995836/)

Mako juga menjelaskan saat berbuka puasa Rasulullah juga membatasi asupan makanannya. Seperti halnya hanya memakan kurma dalam jumlah sedikit misalnya tiga butir atau jumlah ganjil lainnya. Makanan manis lanjut Mako dikonsumsi dalam jumlah banyak memang dinilai tidak bagus untuk kesehatan.

"Jadi tidak boleh berlebihan makan yang manis-manis itu juga. Kolak dan lain sebagainya itu kan unsur manisnya luar biasa. Jadi kalau kemudian berlebihan maka akan menyebabkan malah bisa tidak bagus untuk kesehatan kita itu," ucapnya.

infografis Ini Daftar Kalori Makanan Berbuka Puasa. (Liputan6.com/Tri Yasni).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya