Liputan6.com, Jakarta - Metaverse menjadi salah satu pembahasan yang menarik di berbagai belahan dunia, bahkan banyak perusahaan besar di dunia mulai melangkah untuk memasuki dunia Metaverse.
Metaverse sendiri adalah realitas campuran yang terdiri dari kombinasi teknologi dan tren seperti Virtual Reality (VR), head-mounted display (HMDs), Internet of Things (IoT), cloud augmented reality (AR), kecerdasan buatan (AI), dan teknologi lainnya.
Advertisement
Lantas bagaimana sebenarnya masa depan metaverse apakah hanya hype belaka atau memang betul-betul menjanjikan?
Head of Ecosystem Multiverse Labs, Wan Wei Soh mengatakan masih banyak skeptisme yang mengitari konsep dan perkembangan metaverse.
"Kita bisa lihat di berbagai berita media massa ketika Mark Zuckerberg mengembangkan META dan metaverse, itu menimbulkan tanya apakah kita akan menghabiskan masa depan bersama keluarga di sana dan apakah masa depan kita akan diatur oleh mereka,” kata Soh dalam webinar bertajuk “Metaverse - Future or Fad?”, Rabu (13/4/2022).
Meskipun begitu, menurutnya metaverse akan tetap bertahan hingga masa yang akan datang karena banyak perusahaan besar yang mulai masuk ke metaverse.
“Alasan metaverse bisa sustain, semua orang, Artificial Intelligence (AI),mulai masuk ke metaverse. Selain itu akan banyak perusahaan besar mengeluarkan uang untuk metaverse,” ujar Soh.
“Metaverse akan menjadi kenyataan, baik kita suka atau tidak, tapi yang jadi pertanyaannya adalah kapan, kapan semua itu bisa terjadi,” lanjut dia.
Adapun menurut Soh perusahaan yang mengembangkan metaverse akan lebih banyak muncul.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Habiskan Banyak Waktu dalam Interaksi Digital
Seperti diketahui saat ini metaverse sering dikaitkan dengan teknologi Virtual Reality (VR) tetapi menurut SVP, AdColony, Tom Simpson metaverse tak selalu berkaitan dengan VR.
Dia menuturka, metaverse itu adalah sesuatu yang membuat banyak orang menghabiskan waktunya dalam interaksi digital dibandingkan interaksi fisik secara langsung.
“Saya pikir yang orang pikirkan dari metaverse adalah orang akan masuk menggunakan VR dan menghabiskan banyak waktu di sana. Aku pikir virtual reality tidak sepenuhnya adalah metaverse,” ujar Simpson.
“Metaverse lebih seperti kehidupan digital kita yang lebih signifikan dibandingkan kehidupan fisikal kita. Jika kita lihat Gen Z, kita bisa sebut mereka telah banyak menghabiskan waktu di metaverse main game seperti roblox dan fortnite,” lanjut Simpson.
Dalam webinar ini, dibahas juga bagaimana nantinya orang-orang akan masuk ke dunia metaverse. Menanggapi pertanyaan ini, salah satu pembicara yaitu Manajer Sistem Teknik Cisco, Purvi Bajaj mengatakan apapun perkembangan metaverse ke depannya adalah bagaimana orang-orang bisa masuk ke dalamnya.
“Meskipun kita masuk melalui berbagai gadget atau alat, kita tetap bisa merasakan kehidupan nyata di metaverse, yang terpenting adalah bagaimana platform metaverse harus bisa dimasuki oleh semua orang,” tutur Bajaj.
Advertisement
NFT Bakal Dimanfaatkan sebagai Iklan
Metaverse akan semakin diminati di masa depan yang membuat banyak orang, hingga perusahaan besar masuk ke dalamnya. Berdasarkan analisis perusahaan riset, Gartner Pada 2026, 30 persen organisasi di dunia akan memiliki produk dan layanan yang siap untuk metaverse.
Sejalan dengan hal tersebut, Simpson mengatakan di masa depan NFT juga akan digunakan sebagai iklan bagi brand di seluruh dunia.
“NFT akan dimanfaatkan jadi iklan, dan itu menjadi perubahan signifikan berbagai perusahaan dan brand besar,” ujar Simpson.
Pada akhir acara webinar “Metaverse - Future or Fad?” yang diselenggarakan oleh Yellow.ai, seluruh pembicara setuju, metaverse adalah masa depan. Namun mereka masih belum tahu kapan tepatnya metaverse menjadi sangat populer, bisa besok, lusa atau beberapa tahun ke depan. Adapun di masa depan, metaverse juga akan menjadi saluran digital berikutnya.
Masuk Metaverse dan NFT, PSG Ajukan Merek Dagang
Sebelumnya, Paris Saint-Germain (PSG), klub sepak bola Prancis dengan banyak pengikut di Eropa, tertarik untuk hadir di metaverse, dan sekarang mengamankan namanya untuk digunakan di ekosistem ini.
PSG mengajukan serangkaian aplikasi merek dagang yang berusaha untuk membangun merek pada beberapa memorabilia virtual dan kartu perdagangan, semuanya diautentikasi oleh Non Fungible Token (NFT).
Aplikasi merek dagang, yang diperkenalkan 16 Maret, mencakup rekaman audio dan video yang dapat diunduh, file multimedia yang dapat diunduh yang berisi teks, audio, dan video berkaitan dengan sorotan olahraga, serta barang untuk digunakan secara offline dan online.
Semua barang tersebut diautentikasi melalui NFT. Selain itu, PSG juga menyertakan perangkat lunak dompet cryptocurrency dalam aplikasi ini.
Michael Kondoudis, seorang pengacara paten yang berbagi berita di media sosial, menyatakan pengajuan ini mewakili langkah logis berikutnya untuk melindungi merek saat bergerak ke Metaverse.
“Jelas, PSG melihat potensi Metaverse dan sedang mempersiapkan merek dagangnya untuk ekonomi virtual yang akan mendominasinya,” kata Kondoudis, dikutip dari Bitcoin.com, Kamis, 31 Maret 2022.
PSG bukanlah klub sepak bola Eropa pertama yang menyadari pentingnya metaverse sebagai alternatif untuk memperluas jangkauan dan meraih peluang bisnis baru.
Klub sepak bola lainnya, FC Barcelona, sedang mempersiapkan serangkaian aksi untuk pindah ke produk metaverse dan NFT. Ini adalah tren yang diikuti oleh banyak organisasi olahraga karena peluang bisnis yang ada dalam elemen-elemen ini.
Advertisement